Latest News
You are here: Home | Sosok Industri | Erwin Aksa (CEO Bosowa Corporation)
Erwin Aksa (CEO Bosowa Corporation)

Erwin Aksa (CEO Bosowa Corporation)

Kelompok Usaha Terbesar dari Indonesia Timur

Nama Bosowa Corporation di Indonesia bagian timur mungkin sudah terdengar besar sejalan dengan ekspansi perusahaan yang begitu luas. Dengan lini usaha yang terus melebar, mulai dari semen, otomotif, infrastruktur dan pembangkit listrik, jasa keuangan, properti, agribisnis, dan pertambangan, kelompok usaha yang berbasis di Kota Makassar, Sulawesi Selatan, ini tumbuh pesat sebagai konglomerasi bisnis terbesar di Indonesia bagian timur dengan aset sebesar US$ 550 juta pada 2009.

Berawal dari didirikannya CV Moneter, sebuah perusahaan yang bergerak dalam usaha perdagangan pada 1973, Bosowa mampu menumbuhkan kepeloporan bisnis di Indonesia bagian timur. Di tahun 1980-an, PT Moneter Motor mendapat kepercayaan dari Mitsubishi Motors sebagai sales & distributor merek mobil Mitsubishi untuk kawasan Indonesia timur. Pada tahun yang sama PT Moneter Motor mengubah nama menjadi PT Bosowa Berlian Motor, yang merupakan tonggak penting awal perkembangan Bosowa Corporation.

Di tangan pendiri Bosowa Corporation yakni HM Aksa Mahmud, awal 1990-an perusahaan masuk ke berkembang ke arah manufaktur dengan pendirian Pabrik Semen Bosowa Maros, termasuk mengamankan jalur distribusi dengan mendirikan usaha jasa perdagangan dan transportasi melalui PT Bosowa Trading International, PT Bosowa Lloyd, dan PT Mallomo Transporindo.
Kemudian, tahun 2000 kelompok usaha Bosowa terus mengembangkan sayap bisnisnya, antara lain dengan pendirian Pabrik Semen Bosowa Batam memasuki sektor usaha pengembangan dan pengelolaan infrastruktur.

Pucuk pimpinan dialihkan kepada Erwin Aksa pada tahun 2006. Sebagai Presiden Direktur dengan latar belakang pendidikan ekonomi dari Universitas Pittsburgh, Amerika Serikat, Bosowa Corporation mengalami perubahan signifikan dengan menekankan profesionalisme, efisiensi dan target hasil yang terarah serta perencanaan jangka panjang yang matang dengan mencanangkan periode tahun 2015 sebagai era ‘lepas landas’ menuju Bosowa Excellence.

Tidak puas dengan lini usaha saat ini, Bosowa mengincar sejumlah sektor prospektif seperti perbankan dan investasi, eksplorasi minyak bumi, tambang timah, dan transportasi udara.

Motor Penggerak

Bisnis produksi dan pemasaran semen kini merupakan usaha inti dari Bosowa Corporation. Diawali dengan pembangunan pabrik PT Semen Bosowa Maros yang mulai beroperasi tahun 1999, Semen Bosowa mencatat produksi sebesar 1.8 juta ton pada tahun 2007. Pada tahun yang sama Bosowa melebarkan sayap ke Indonesia bagian barat dengan membangun pabrik semen PT Bosowa Semen Batam yang berkapasitas produksi 1,2 juta ton per tahun. Dengan lebih dari 800 karyawan, , PT Semen Bosowa Maros dan PT Semen Bosowa Batam adalah pabrik semen termuda di Indonesia.

Semen juga menjadi pusat fokus ekspansi Bosowa Corporation. PT Semen Bosowa, anak usaha Bosowa Corporation, menyiapkan investasi US$600 juta dalam 2 tahun ke depan, khusus untuk melakukan pengembangan usaha dengan membangun beberapa cement mill serta menambah pabrik pengolah semen setengah jadi (clinker) di Sulawesi Selatan.

CEO Bosowa Corporation Erwin Aksa mengatakan, untuk membangun satu pabrik pengolah clinker baru, dibutuhkan investasi kurang lebih US$300 juta. Selebihnya, akan digunakan untuk membangun cement mill di Banyuwangi, Cilegon, Sorong, dan daerah lainnya di Sulut, serta satu daerah lainnya di Sumatera. Bosowa juga akan meng-upgrade kapasitas cement mill yang ada di Batam. “Saat ini yang sedang dalam proses pembangunan yaitu cement mill di Banyuwangi, dan Sorong,” ucapnya.

Jika semua pembangunan cement mill itu selesai dan beroperasi, perusahaan mengestimasi total kapasitas semen yang dihasilkan akan menjadi kurang lebih 10 juta ton per tahun. Adapun dua cement mill yang ada di Maros, secara total akan memproduksi 4,5 juta ton semen per tahun, yaitu 2,5 juta ton dari cement mill I dan 2 juta ton lainnya dari cement mill II yang tengah dalam proses pembangunan.

Sementara produksi dari Banyuwangi mencapai 2 juta ton per tahun, Sorong 500.000 ton, Cilegon 2 juta ton, dan Sulut 500.000 ton. Kemudian hasil upgrade dari cement mill di Batam, nanti akan menjadi 2 juta ton, dari sebelumnya hanya mencapai 1 juta ton per tahun.

Dia menuturkan total produksi tersebut masih belum bisa memenuhi permintaan pasar, yang kini mencapai 50 juta ton per tahun sedangkan total produksi tahun lalu hanya mencapai 48 juta ton. “Negeri ini sudah kekurangan 2 juta ton semen di Juni 2012,” papar Erwin.

Di lini usaha infrastruktur, Bosowa makin menunjukkan eksistensinya setelah pada 2006 membeli perusahaan publik, PT Meta Media Technologies Tbk (META) dan mengubah namanya menjadi PT Nusantara Infrastructure Tbk. Nusantara Infrastructure, perusahaan publik yang mayoritas sahamnya dikuasai oleh Bosowa Corporation, mengelola sejumlah jalan tol seperti jalan tol “Reformasi’ di Makassar, Sulawesi Selatan, Jalan tol ‘Bintaro Serpong Damai’ di Tangerang, Banten, jalan tol ‘Seksi Empat’ yang menghubungkan kota Makassar dengan Bandar Udara Hasanuddin, dan jalan tol W1 yang menghubungkan Kebon Jeruk, Jakarta Barat dengan Penjaringan, Jakarta Utara. Ke depan perusahaan ini juga akan mengelola pembangkit listrik Bosowa.

Di lini pembangkit listrik, Bosowa mendirikan anak usaha yakni PT Bosowa Energy yang mengoperasikan Pembangkit Tenaga Listrik Tenaga Uap 2 x 125 MW di Jeneponto, Sulawesi Selatan. PLTU Jeneponto Tahap I menelan investasi sebesar US$ 250 juta dan listrik yang diproduksikannya akan dibeli oleh PLN sebesar 200 MW dengan harga jual US$5,5 sen per kwh.

Bosowa Energy juga siap membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap Jeneponto (PLTU) tahap II berkapasitas 1 x 300 Mega Watt (MW) di Punagaya, Bangkala, Jeneponto, Sulawesi Selatan. Bosowa Energy akan berinvestasi senilai US$ 330 juta untuk proyek PLTU Jeneponto tahap II. Erwin Aksa mengatakan, sumber pendanaan PLTU Jeneponto tahap II nanti berasal dari lembaga keuangan asing China Construction Bank (CCB) dan sisanya dari sindikasi pendanaan dalam negeri.

“Hampir sama juga dengan pembangkit listrik yang pertama, 60% dari investasi untuk pembangkit listrik kedua nanti berasal dari luar negeri melalui China Construction Bank (CCB), sisanya perbankan dalam negeri melalui sindikasi sejumlah perbankan,” tutur Erwin yang juga Anggota Komite Ekonomi Nasional (KEN).

Di lini usaha sumber daya alam, Bosowa mendirikan dua anak usaha yaitu PT Bosowa Mining yang memproduksi limestone (bahan baku semen), block marble & tile marble, serta rental (heavy equipments). Satu lagi anak usaha yakni PT Bosowa Resources memproduksi trash (chipping), batu silika, dan batubara. Tidak puas dengan komoditas tersebut, Bosowa Corporation sedang dalam proses mengembangkan bisnisnya dalam jenis usaha LNG (Liquid and Natural Gas). ***
(Tim redaksi 01/2/3, berbagai sumber)