Latest News
You are here: Home | Elektronik | Pelaku Industri Perlu Antisipasi Tren Digital 2018
Pelaku Industri Perlu Antisipasi Tren Digital 2018

Pelaku Industri Perlu Antisipasi Tren Digital 2018

Duniaindustri.com (Maret 2018) – Perkembangan dunia digital yang pesat telah mengubah landscape perekonomian global. Revolusi tren digital telah melahirkan era baru industri yakni industri 4.0 (generasi keempat), suatu evolusi komputer yang menggabungkan internet of things (IoT), konektivitas, cloud computing, big data, dan artificial intelligence.

Karena itu, tidak heran jika pelaku industri dituntut untuk mengantisipasi setiap tren digital yang berkembang pesat. Tujuannya agar pelaku industri dapat beradaptasi, berinovasi, dan berkembang sesuai tren yang aktual.
International Data Corporation (IDC) Indonesia merilis 10 prediksi transformasi digital dan teknologi yang berdampak terhadap perusahaan lokal pada 2018 dan beberapa tahun ke depan. Dalam acara IDC Indonesia FutureScape 2018, Head of Consulting IDC Indonesia Mevira Munindra mengatakan berdasarkan hasil riset, setidaknya terdapat 10 prediksi terkait transformasi digital dan teknologi yang paling berpengaruh.

Prediksi tersebut diharapkan bisa memperkuat strategi digital perusahaan guna mempersiapkan diri sejalan dengan target untuk menjadi penggerak digital ekonomi terbesar di Asia Tenggara pada 2020 dengan nilai pasar US$ 130 miliar.

Pertama, terkait ekonomi digital, pada 2021 setidaknya 40% dari produk domestik bruto (PDB) akan terdigitalisasi melalui pertumbuhan di seluruh industri. Pada 2021 juga pelaku usaha akan menggunakan platform, data value, dan pengukuran keterlibatan konsumen sebagai valuasi seluruh perusahaan.

Kedua, pada 2021 diperkirakan porsi pelaku usaha yang menempatkan transformasi digital sebagai strategi utama baru untuk IT demi bersaing di ekonomi digital akan menjadi 20%. Mevira menyebut nantinya akan semakin terlihat model bisnis baru seiring meningkatnya kolaborasi. “Sharing economy terus tumbuh dan model bisnis baru terus tumbuh di Indonesia,” ujarnya.

Ketiga, diprediksi bahwa perusahaan akan membelanjakan dananya pada pelayanan komputasi awan atau cloud services dan peranti keras, peranti lunak, dan services cloud-enabling menyentuh US$266 juta dengan 30% di antaranya digunakan pada multicloud.

Keempat, penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) terus naik dan memiliki porsi 10% dari inisiatif digitalisasi pada 2021. Setidaknya 20% perusahaan komersial menggunakan AI berupa aplikasi dan lebih dari 30% konsumen akan berinteraksi dengan bot.

Kelima, aplikasi akan berpindah ke arsitektur hyper-agile dengan 15% pengembangan aplikasi pada platform cloud menggunakan microservices dan fungsi cloud seperti AWS Lambda dan Azure Functions dan lebih dari 25% microservices baru akan dipasang pada kontainer. Hal ini, katanya, akan terjadi pada 2021.

Keenam, pada 2021 pula diperkirakan teknologi human-digital (HD) terus berkembang dengan 30% aplikasi menggunakan suara sebagai penghubung utamanya. Sebanyak 5% perusahaan berbasis konsumerisme akan menggunakan sensor biometrik melalui augmented reality (AR). Mevira menuturkan teknologi itu akan memberikan nilai tambah terhadap pelayanan kepada konsumen.

“Kita lihat juga inisiatif di kesehatan, pendidikan dan juga banking menggunakan AR/VR (virtual reality) untuk enable customer experience,” katanya.

Ketujuh, pada 2021 10% perusahaan Indonesia menggunakan pelayanan berbasis blockchain sebagai dasar kepercayaan digital. Pada 2020, paling tidak, 20% pelaku usaha sektor perbankan dan rantai pasok mulai menggunakan teknologi ini untuk melakukan efisiensi dan meningkatkan kecepatan produksi.

“Bank akan dominan. Supply-chain akan menggunakan blockchain untuk efisiensi dan kecepatan,” kata Mevira.

Kedelapan, di 2020, pelaku usaha di Indonesia mulai mendapatkan pendapatan dari data. Adapun, bentuknya mulai dari penjualan data mentah, metrik, dan rekomendasi. Porsinya akan naik menjadi 15% dalam kurun waktu dua tahun dari hampir 2% pada 2017.

Kesembilan, nantinya pada 2021 semua orang akan menjadi developer. Hal itu ditandai dengan munculnya aplikasi spesifik dari perusahaan-perusahaan tradisional. “2021 traditional enterprise punya aplikasinya sendiri.”

Terakhir, kesepuluh, lebih dari separuh perusahaan Indonesia interaksi digitalnya menggunakan open application program interface (API) setidaknya dengan porsi 20% atau naik dari kondisi 2017 dengan porsi 5%.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05)

Riset Peta Persaingan Industri Semen

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube