Latest News
You are here: Home | Tekstil | Ekspor Tekstil Indonesia Rp 123 Triliun
Ekspor Tekstil Indonesia Rp 123 Triliun

Ekspor Tekstil Indonesia Rp 123 Triliun

Duniaindustri (Maret 2012) — Nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia ditargetkan mencapai US$ 13,7 miliar atau Rp 123 triliun (kurs Rp 9.000/US$) di 2012, naik sekitar 5% dibandingkan tahun lalu. Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) menyatakan ekspor tekstil nasional pada 2011 mencapai US$ 13,1 miliar.

Ketua Umum API Ade Sudrajat Usman mengatakan, ekspor TPT nasional biasanya mengalami kenaikan 10% per tahun. Namun sejak dua tahun terakhir, ekspor naik sekitar 20% per tahun. “Tapi, tahun 2012, ekspor kemungkinan hanya tumbuh 5% karena adanya perlambatan ekonomi akibat krisis di Eropa dan Amerika Serikat,” kata Ade.

Duniaindustri.com mencatat total perdagangan tekstil dunia mencapai US$ 583 miliar pada tahun lalu. Dari nilai itu, Tiongkok dan Hong Kong menguasai pangsa 36,6%, disusul Turki (3,91%), India (3,28%), AS (2,87%), Korea (2,11%), Pakistan (1,92%), dan Indonesia (1,67%).

Produsen TPT nasional harus mampu bersaing di dua pasar ekspor utama, yakni Uni Eropa dan Amerika Serikat. Di pasar Amerika Serikat, industri TPT nasional berada di peringkat lima pemasok utama. Tiongkok mendominasi impor tekstil AS dengan pangsa 35%, kemudian Vietnam (5,82%), India (5,44%), Meksiko (5,31%), dan Indonesia (4,55%).

Pasar tekstil AS setara dengan 25% dari total perdagangan TPT dunia senilai US$ 93,18 miliar. Indonesia harus melampaui Vietnam, India, dan Meksiko untuk menjadi pemain utama di AS, selain Tiongkok.

Industri TPT nasional saat ini merupakan sektor manufaktur dengan penyerapan tenaga kerja yang terbesar sekitar 1,84 juta orang. Industri TPT menyerap tenaga kerja 15% dari total penyerapan pekerja di sektor manufaktur nasional. “Bahkan, saat krisis global tahun lalu, ekspor TPT masih mampu meraih surplus lebih dari US$ 6 miliar,” kata Ade.

Dia menjelaskan, dengan struktur industri yang hampir lengkap, tingkat kandungan dalam negeri untuk produk TPT nasional mencapai 66%. “Ini memperlihatkan kekuatan dan kedalaman struktur industri TPT telah mapan,” katanya.

Namun, sebelum menjadi raksasa tekstil dunia, sejumlah masalah perlu dibenahi untuk mendukung pengembangan industri TPT nasional. Salah satu masalah itu adalah bahan baku tekstil yakni kapas masih diimpor sekitar 99,5%. Kapas menjadi salah satu bahan baku tekstil dengan kontribusi terbesar yakni 38%, disusul serat poliester (produk turunan minyak) dan serat rayon (produk turunan kayu/pulp).

Asosiasi telah menyusun roadmap pengembangan industri TPT nasional. Dalam roadmap itu disebutkan, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional membutuhkan investasi tambahan sebesar Rp 60 triliun untuk mencapai visi 2015. “Dalam lima tahun ke depan, ekspor TPT nasional diprediksi menguasai 2,9% pangsa pasar dunia, 88% pangsa pasar domestik, dan 16% pangsa pasar Asean,” tuturnya.(Tim redaksi 02)