Latest News
You are here: Home | Makanan & minuman | Wings Group, Unilever, dan Kao Bersaing Kuasai Pasar Deterjen
Wings Group, Unilever, dan Kao Bersaing Kuasai Pasar Deterjen

Wings Group, Unilever, dan Kao Bersaing Kuasai Pasar Deterjen

Duniaindustri.com (Agustus 2015) – Tiga raksasa consumer goods di Indonesia, yakni Wings Group, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR), dan PT Kao Indonesia, makin ketat bersaing di pasar diterjen di indonesia. Tahun lalu, pasar deterjen nasional diprediksi tumbuh 6% menjadi Rp 9,54 triliun, dibandingkan 2013 sebesar Rp 9 triliun.

Berdasarkan penelusuran Duniaindustri.com, Wings Group masih menguasai pasar deterjen nasional (mencakup deterjen bubuk dan krim) dengan pangsa 52,6%. Wings Group mengandalkan produk utama seperti Wings, Ekonomi, Daia, dan So Klin untuk bersaing dengan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) yang menguasai 33% pasar deterjen nasional. Unilever mengandalkan produk deterjen seperti Rinso, Surf, dan Omo.

Sedangkan produsen lainnya, seperti PT Kao Indonesia dengan merek Attack dan Dino, menguasai 10%-11% pasar deterjen nasional. Sisanya dikuasai sejumlah produsen seperti PT Sinar Antjol dengan merek B-29, dan PT Jayabaya Raya dengan merek Suroboyo, yang menguasai 4,4% pasar deterjen di Indonesia.

Persaingan di industri deterjen sangat tinggi. Penguasaan pasar suatu produk dapat berubah dengan cepat. Perpaduan pemasaran, mulai dari produk, promosi, harga, hingga akses jangkauan oleh konsumen menjadi strategi penting bagi perusahaan-perusahaan produsen deterjen untuk mempertahankan volume penjualan serta posisi pangsa pasar.

Salah satu faktor yang akan dihadapi oleh industri deterjen saat ini adalah kenaikan bahan baku dan kemasan. Perusahaan harus mampu menyeimbangkan kenaikan harga dengan daya beli konsumen serta strategi pesaing. Industri deterjen juga menghadapi peralihan pilihan merek oleh konsumen yang cepat.

Unilever dan Wings Group memiliki strategi yang berbeda untuk mempertahankan dominasi di pasar deterjen nasional. Jika Unilever menggandeng produsen elektronik terutama mesin cuci untuk memasarkan produk barunya, Wings Group justru memperkuat ekspansi ke sektor hulu, yakni bahan baku deterjen.

Lewat anak usahanya yakni PT Unggul Indah Cahaya, Wings Group memiliki pabrik bahan baku deterjen berupa alkylbenzene terbesar di Asia Pasifik, dengan kapasitas terpasang lebih dari 200 ribu metrik ton per tahun. Selain itu, Wings Group menjalin kerja sama dengan Djarum Group dan Lautan Luas Group untuk membeli Ecogreen Oleochemicals dari Salim Group, yang merupakan produsen bahan baku deterjen, sabun, dan body care dengan kapasitas 100 ribu ton per tahun.

Strategi Kao

Tidak mau ketinggalan dengan Wings Group dan Unilever, Kao berekspansi dengan menambah pabrik dan kapasitas produksi. Pada pertengahan tahun 2014, PT Kao Indonesia, meresmikan pabrik kedua di Karawang Jawa Barat senilai US$ 128 Juta. Rencananya pabrik tersebut akan memproduksi deterjen dan popok bayi.

Musa Chandra, Vice President Marketing PT Kao Indonesia, mengatakan, keberadaan pabrik baru ini dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Pasalnya, pangsa pasar di Indonesia untuk kedua produk tersebut terbilang cukup tinggi. “Deterjen pasarnya di Indonesia Rp 5 triliun per tahun, Popok bayi hampir Rp 6 triliun per tahun,” kata dia.

Namun demikian, ia mengatakan dari potensi yang besar tersebut perseroan hanya mampu menyerap 10%-11% untuk deterjen dan popok sebanyak 5%.

Hal tersebut karena selama ini perusahaan hanya menjual popok impor didominasi kelas menengah atas. Sementara untuk deterjen yang diproduksiĀ  masih kualitas premium sehingga pihaknya mengeluarkan produk terbaru kualitas biasa untuk menjangkau semua lapisan.

Presiden Direktur Kao Indonesia Michio Koike berharap keberadaan pabrik ini mampu meningkatkan penjualan seiring kenaikan jumlah produksi. Namun pihaknya belum merinci peningkatan penjualan tersebut hanya menyebut kenaikan sebesar 2 digit. “Jadi sekarang angka penjualan belum bisa kita sampaikan, pertumbuhannya 2 digit. Dalam 3 tahun belakang 15%,” tukasnya. Sebagai tambahan, dengan adanya pabrik ini akan menyerap pekerja baru sebanyak 300 hingga 400 tahun 2014.(*/berbagai sumber)

DIVESTAMA2 (1)