Duniaindustri (Februari 2012) — PT Pertamina (Persero) meraih laba bersih sebelum diaudit tahun 2011 sebesar Rp25,01 triliun, naik 49% dari realisasi laba bersih di 2010 sebesar Rp 16,78 triliun. Sementara pendapatan perusahaan pelat merah itu sepanjang 2011 mencapai Rp 371,17 triliun.
“Tingginya laba bersih tersebut ditunjang pendapatan operasi anak perusahaan selama tahun buku 2011 unaudited sebesar Rp371,17 triliun,” ujar Juru Bicara Pertamina M Harun dalam siaran pers di Jakarta.
Laba bersih itu di atas target Rencana Kegiatan dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2011 sebesar Rp21,16 triliun. Hampir seluruh anak perusahaan membukukan laba bersih, bahkan 13 dari 18 anak perusahaan melampaui target RKAP 2011.
Menurut dia, 13 anak perusahaan yang melebih target laba bersih RKAP 2011 adalah PT Pertamina EP, PT Pertamina Geothermal Energy, PT Pertamina EP Cepu, PT Pertagas, PETRAL, PT Patra Niaga, PT Pertamina Trans Kontinental, PT Pertamina Retail, PT Pertamina Dana Ventura, PT Pertamina Bina Medika, PT Patra Jasa, dan PT Pertamina Training & Consulting.
Laba bersih terbesar berasal dari anak perusahaan sektor hulu yaitu sebesar Rp24,01 triliun atau mencapai 96% dari total laba bersih seluruh anak perusahaan. Sedangkan laba bersih anak perusahaan sektor hilir mencapai Rp702 miliar, dan laba bersih “unaudited” anak perusahaan “non-core” mencapai Rp293 miliar.
Pada 2011, Pertamina mencatat produksi minyak mentah 74, 6 juta barel, gas 558,6 miliar kaki kubik, dan uap 54,03 juta ton.
Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan sebelumnya menerangkan, Pertamina menargetkan laba bersih sebesar Rp 23,5 triliun pada 2012, meningkat 32% dari perkiraan 2011 sebesar Rp20,7 triliun.
Menurut dia, prognosa laba bersih di 2011 sebesar Rp20,7 triliun melampaui target semula sebesar Rp 17,7 triliun. “Kami akan memasuki 2012 lebih optimistis lagi,” kata Karen.
Kenaikan laba terjadi meskipun Pertamina mengalami kerugian dari BBM subsidi Rp640 miliar dan elpiji nonsubsidi Rp4,9 triliun. Prognosa laba bersih di 2011 naik 23,4% dibandingkan 2010 senilai Rp 16,78 triliun.(*)