Duniaindustri.com (Juni 2016) — Tiga kelompok bisnis yakni Wings Group, Grup Mayora, dan Cerestar Group akan mengoperasikan tiga pabrik baru terigu tahun ini. Tiga pabrik itu mampu mengurangi importasi terigu nasional karena penambahan kapasitas ketiganya mencapai 1.500 ton giling per hari.
Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Franciscus Welirang menyampaikan hal itu usai bertemu Menteri Perindustrian Saleh Husin di Jakarta.
“Ketiga pabrik tersebut dibangun oleh PT Nutrindo Bogarasa milik Grup Mayora, PT Paramasuka Gupita milik Grup Wings dan PT Cerestar Flour Mills yang masing-masing berlokasi di Cilegon, DKI Jakarta, dan Sumatera Utara,” kata Franky.
Menurutnya, hasil produksi ketiga pabrik baru tersebut ditujukan untuk kebutuhan industri hilir terigu yang diproduksi masing-masing perusahaan.
Rencananya, Grup Mayora sendiri akan menggunakan pabrik baru itu untuk memproduksi biskuit, sementara Wings Group akan menggunakannya untuk memproduksi mie instan.
“Tapi kemungkinan tepung yang mereka produksi juga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Seharusnya sih kebutuhan dalam negeri mampu memenuhi hal tersebut,” ujar Franciscus.
Ia menambahkan, beberapa pabrik juga melakukan ekspansi usaha, sehingga sebenarnya, industri terigu Tanah Air telah mampu memenuhi kebutuhan dalam negeri.
Menurut data Aptindo, konsumsi tepung terigu hingga kuartal I/2016 tercatat sebesar 1,46 juta ton, atau mencapai 26,5 persen dari konsumsi tahun lalu tercatat sebesar 5,5 juta ton. Sedangkan, produksi tepung terigu dalam negeri pada tahun yang sama tercatat 11,4 juta ton yang dihasilkan dari 30 pabrik yang tersebar di seluruh Indonesia.
Diketahui, pada 2013, impor tepung mencapai 205 ribu ton, terus turun menjadi 197 ribu ton di 2014 dan 97 ribu ton pada 2015.
Pasar terigu di Indonesia memang menggiurkan, besarnya mencapai lebih dari 5,5 juta ton per tahun. Hal ini jelas membuat banyak investor yang kepincut ingin menikmatinya. Namun dengan total kapasitas produksi dari empat produsen yang ada mencapai sekitar 4,79 juta ton per tahun, ditambah dengan empat perusahaan baru serta impor yang semakin membanjir, bakal semakin ketatlah persaingan pasar di bisnis bahan baku roti, biskuit dan mie ini.
Jika kita melihat perkembangan industri tepung terigu Indonesia, setiap tahun pangsa pasarnya tumbuh rata-rata sekitar 5%. Meningkatnya pangsa pasar ini tidak terlepas dari semakin besarnya minat masyarakat untuk mengonsumsi makanan yang bukan nasi— misalnya roti, mie, dan biskuit, serta kue-kue lainnya. Kehadiran restoran cepat saji (fast food) yang menjual jenis makanan seperti burger, hot dog, pizza, donat, dan sebagainya pasti juga berpengaruh terhadap meningkatnya kebutuhan terigu.
Saat ini terdapat empat perusahaan yang memproduksi tepung terigu, di mana Bogasari merupakan produsen terbesar dengan kapasitas produksi mencapai 3,6 juta ton per tahun. Bogasari tidak saja terbesar di Indonesia, tapi terbesar pula di dunia. Bogasari adalah market leader di industri ini dengan pangsa pasar sebesar 57,3%. Posisi berikutnya ditempati oleh impor yang memasok 15,5%; kemudian diikuti oleh Eastern Pearl Flour Mills (10,3%); Sriboga (5,5%); dan Panganmas (3,2%), Pundi Kencana (0,4%).
Selama ini tepung terigu paling banyak digunakan untuk pembuatan mie basah yang konsumsinya mencapai 30% dari total konsumsi terigu nasional. Pembuatan roti menyerap hingga mencapai 25%, mie instan menyerap 20%, biskuit 15% dan lainnya 10%. Kemudian berdasarkan sektor pengguna, sektor UKM adalah pengguna terbesar, yaitu sebanyak 63%. Disusul kemudian oleh sektor industri yang menyerap 32% dan rumah tangga sebesar 5%.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: