Duniaindustri.com (Januari 2016) – Volume penjualan barang konsumsi dengan perputaran cepat (fast moving consumer goods/FMCG) pada Desember 2015 tercatat melanjutkan penurunan dari sisi volume, atau dalam tren negatif. Menurut Kantarworldpanel dalam FMCG monitor, seiring kenaikan harga jual produk consumer goods per unit, konsumen cenderung untuk mengurangi belanja pada Desember 2015.
Tidak heran, nilai pasar (market value) penjualan barang konsumsi harian di Indonesia turun -1,2% pada awal Desember 2015 (12 minggu hingga 6 Desember 2015) dibanding periode yang sama tahun lalu. Hal itu terjadi meski inflasi pada Desember 2015 turun menjadi 3,35% dibanding November 2015 sebesar 4,89%. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Desember 2015 tercatat menguat 1% menjadi Rp 13.926 dibanding November 2015.
Penurunan nilai pasar industri consumer goods pada Desember 2015 lebih disebabkan pelemahan volume penjualan sekitar -4,5%, meski harga jual per unit mengalami peningkatan sekitar 3,5%. Pelemahan volume penjualan pada Desember 2015 merupakan yang terparah dalam dua tahun terakhir, meski harga jual telah rebound pada periode tersebut.
Berdasarkan segmentasinya, nilai penjualan makanan (foods) pada Desember 2015 turun -2,1%, dan secara volume turun lebih dalam, sebesar -5,6%. Penjualan produk dairy secara nilai juga turun -1,5% didorong pelemahan volume -0,3%.
Sementara penjualan minuman (beverages) secara nilai tumbuh tipis sebesar 0,1%, meski secara volume turun -3%. Kemudian, penjualan produk home care tumbuh 0,4% secara nilai, meski turun -3,4% secara volume. Dan penjualan produk personal care tumbuh 1,4% secara nilai, meski melemah -0,5% secara volume.
Kategori susu bubuk menjadi produk consumer goods paling laku pada Desember 2015, di tengah perlambatan perekonomian nasional. Volume penjualan susu bubuk keluarga (family milk powder) tumbuh 12,5%, tertinggi di antara seluruh produk FMCG, dengan peningkatan nilai sebesar 4%. Hal ini mengindikasikan meski terjadi pelemahan ekonomi nasional, konsumen Indonesia tetap menyisihkan dana untuk membeli susu bubuk, guna menjaga kesehatan keluarga.
Dari sisi tempat penjualan, minimarket sebagai wadah terbesar penjualan modern trade menikmati pertumbuhan positif sebesar 4,5%. Dengan demikian pangsa pasar minimarket tumbuh menjadi 12,1% dari sebelumnya 11,5%. Sementara hypermarket dan supermarket juga mengalami pertumbuhan positif, dengan pangsa pasar naik jadi 7,9% dari sebelumnya 6,6%.
Tumbuh Melambat
Secara total, pasar fast moving consumer goods (FMCG) di Asia, terutama Indonesia, diperkirakan tumbuh melambat pada tahun ini menjadi 4,6%, hanya separuh dari persentase pertumbuhan dalam dua tahun lalu (10% pada 2014 & 2013). Menurut data Kantar Worldpanel Indonesia–lembaga riset, perlambatan terjadi di semua subwilayah, Asia Utara, Asia Tenggara (terutama Indonesia), dan India.
Soon Lee, General Manager Kantar Worldpanel Indonesia, menjelaskan perlambatan tren pertumbuhan itu dipengaruhi pelemahan penjualan makanan dan minuman yang berkontribusi sekitar 60% dari belanja rumah tangga di Asia.
“Dibandingkan dengan tahun lalu, nilai pasar fast moving consumer goods di Indonesia, Thailand, dan Vietnam melambat secara tajam. Volume penjualan fast moving consumer goods hanya tumbuh 0,4% di Asia. Di sektor non-makanan tumbuh tercepat 3,8%,” paparnya dalam keterangan tertulis.
Nilai penjualan industri minuman Indonesia dan China melambat, sementara Malaysia menderita pertumbuhan negatif. Sementara penjualan industri makanan di sebagian besar negara-negara Asia melambat, kecuali Vietnam yang mengalami kontraksi. Untuk penjualan produk personal care, kategori perawatan pribadi, di China menunjukkan pertumbuhan positif.
Pertumbuhan tinggi masih terjadi di segmen produk home care. Penjualan segmen ini mencakup pelembut, sabun cuci piring, masih bisa tumbuh dua digit di Indonesia. Sementara penjualan susu tumbuh dua digit di China dan Filipina, namun terjadi kontraksi di kategori susu di India dan Malaysia.
Fast moving consumer goods mencakup barang-barang konsumsi yang dibutuhkan sehari-hari atau dibutuhkan secara berkala dalam periode waktu tertentu yang singkat. Barang konsumsi jenis itu mencakup produk-produk makanan (food), peralatan rumah tangga (household), dan perawatan tubuh (personal care). Berbeda dengan barang tahan lama (durable goods), barang-barang fast moving consumer goods memiliki umur simpan yang singkat, baik sebagai akibat dari permintaan konsumen tinggi maupun karena produk yang cepat rusak.
Pasar FMCG di Indonesia tumbuh rata-rata per tahun (compounded annual growth rate/CAGR) sebesar 16,6% periode 2004-2010, di tengah fluktuasi inflasi yang dapat menahan maupun menggerus daya beli masyarakat. Sementara periode 2011 hingga saat ini, pertumbuhan pasar diperkirakan sekitar 13%.
Lee menambahkan sejumlah produk FMCG diperkirakan masih dapat tumbuh digit ganda pada tahun ini seperti frozen food dan diapers. Berdasarkan riset Kantar Worldpanel pada tiga bulan terakhir terhadap 20.000 responden, produk siap minum (ready to drink product) seperti kopi siap minum, minuman isotonik, dan minuman energi mempunyai kontribusi volume paling besar untuk konsumsi di luar rumah.
Perusahaan riset itu menemukan hal yang menarik pada pola konsumsi di luar rumah pada setiap kelompok umur. Pada kelompok anak di bawah 10 tahun, preferensi kategori kelompok ini terutama susu cair, biskuit, dan es krim. Remaja usia 11-20 tahun terutama teh siap minum, biskuit, susu cair, dan es krim. Preferensi untuk dewasa usia 31-45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik. Sementara preferensi untuk dewasa di atas 45 tahun terutama teh siap minum, air minum kemasan, dan isotonik.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: