Duniaindustri.com (Februari 2016) – PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI), emiten produsen minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) yang juga anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), mencatatkan penurunan volume penjualan CPO pada 2015 sebesar 24,2% menjadi 1,04 juta ton, dari 2014 sebesar 1,37 juta ton. Sementara harga jual rata-rata perseroan sepanjang 2015 anjlok 15,8% menjadi Rp 6971 per kilogram dari harga rata-rata 2014 yakni Rp 8.282 per kg.
Rudy Limardjo, Investor Relations Astra Agro, menerangkan produksi CPO AALI sepanjang 2015 mencapai 1,736 juta ton atau turun 0,4% dibanding dengan tahun sebelumnya. Kendati produksi CPO turun, produksi tandan buah segar (TBS) AALI masih mengalami peningkatan 0,7% dari tahun sebelumnya menjadi 5,6 juta ton.
Peningkatan produksi CPO tersebut terjadi di wilayah Sulawesi sebesar 5,1%, sedangkan produksi wilayah Kalimantan dan Sumatera turun masing 0,1% dan 0,2%.
Tak hanya CPO, penjualan kernel AALI juga turun tahun lalu sebesar 8,8% dari 366.288 ton pada tahun 2014 menjadi 334.078 ton. Sedangkan produksinya hanya turun sebesar 0,7% menjadi 370.637 ton. Adapun harga rata-rata penjualan kernel sampai Desember 2015 mencapai Rp 4.393 per kg atau turun 15,8%.
Ekspor CPO Indonesia cenderung melemah pada akhir dan awal tahun sesuai dengan musim produksi rendah serta pelemahan permintaan dari sejumlah pasar potensial. Pada Desember 2015, ekspor CPO Indonesia diyakini turun hingga ke level terendah dalam empat bulan terakhir, di tengah perkiraan penurunan permintaan dari China.
Menurut perkiraan sejumlah analis yang memperhitungkan proyeksi stok di kilang dan data dari kalangan praktisi perkebunan, ekspor CPO – termasuk minyak kernel – turun 2,5% dibandingkan angka ekspor November menjadi 2,33 juta ton. Jika benar, angka tersebut merupakan yang terendah sejak Agustus 2015.
Untuk diketahui, pada akhir dan awal tahun merupakan musim produksi rendah dan untuk kali ini bertepatan juga dengan penurunan pasokan dari Malaysia, yang merupakan produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia. Di pihak lain, pola cuaca El Nino yang disebut-sebut terburuk dalam dua dekade dan memicu musim kering yang lebih panjang telah menekan produksi di Asia Tenggara.
Selain itu, pola cuaca La Nina yang diperkirakan terjadi pada paruh kedua tahun ini akan memicu hujan yang lebih banyak dan bisa menunda panen. Faktor penekan lain, harga minyak mentah mendekati level terendah 12 tahun sehingga membuat CPO tak ekonomis jika digunakan untuk bahan baku biofuel.
“Permintaan, khususnya dari India dan China, melemah,” ungkap Direktur Eksekutif Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia (GIMNI), Sahat Sinaga, seperti dikutip dari Bloomberg. Menurut dia, ekspor anjlok karena harga minyak yang rendah telah menekan penggunaan CPO sebagai biofuel.
Karena pasokan ekspor yang rendah, harga berjangka CPO di Bursa Komoditas Kuala Lumpur naik tipis 0,3% menjadi 2.441 ringgit (US554) per ton pada perdagangan siang hari ini. Tahun lalu, harga CPO naik 9,7% menjadi 2.508 ringgit pada 31 Desember, tertinggi sejak Juni 2014. Untuk perbandingan, harga minyak dunia anjlok 30% sepanjang 2015.
“Pasar sangat lemah,” tegas Direktur PT Nusantara Sawit Persada, Teguh Patriawan. “China biasanya sangat aktif menjelang Tahun Baru Imlek, namun sekarang agaknya sangat lamban.”
Dari survei diketahui, cadangan CPO Indonesia pada Desember sekitar 2,9 juta ton dengan produksi sebesar 2,43 juta ton, dari cadangan 3,1 juta ton pada November dan produksi 2,7 juta ton.
Outlook 2016
Produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) Indonesia sebagai produsen terbesar di dunia pada 2016 diestimasi mencapai 35 juta ton, tumbuh 9,3% dibanding proyeksi tahun ini 32 juta ton, menurut data United State Department of Agriculture (USDA). Kenaikan tersebut akan mendorong peningkatan produksi CPO global sebesar 5,96% menjadi 65,1 juta ton pada 2016 dibanding proyeksi tahun ini 61,44 juta ton.
Dengan demikian, produksi CPO Indonesia tahun depan diperkirakan menyumbang 53,7% dari total produksi CPO global. Sementara Malaysia, produsen CPO terbesar kedua setelah Indonesia, diperkirakan memproduksi CPO sebanyak 21 juta ton pada 2016, dengan kontribusi 32,25% terhadap pasar global.
Berbeda dengan USDA, Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI) memperkirakan produksi CPO Indonesia pada 2016 mencapai 33 juta ton, lebih rendah 500 ribu ton dari prediksi awal menyusul adanya fenomena El-Nino yang menurunkan produksi industri perkebunan di Indonesia.
Derom Bangun, Ketua DMSI, memperkirakan kenaikan produksi CPO Indonesia pada 2016 menjadi 33 juta ton akan ditopang penanaman kembali yang dilakukan pada 2010-2011. Namun, efek fenomena El-Nino akan membatasi pertumbuhan produksi di 2016.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: