Duniaindustri.com (Maret 2020) – Makin meluasnya dampak wabah virus corona secara global, dengan isolasi lockdown diterapkan sejumlah negara, berpotensi membuat shock perdagangan global. Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) memperkirakan volume perdagangan global bakal terkoreksi 8% pada 2020 dan mempengaruhi pelemahan ekspor Indonesia hingga 6,8%.
“Menurut perhitungan saya, perdagangan dunia akan menurun 8% pada 2020, dan dampak terhadap Indonesia cukup besar, dimana ekspor kita berpotensi anjlok 6,8%. Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan kalkukasi Global Trade Analysis Project (GTAP),” ujar Ahmad Heri Firdaus, Peneliti INDEF, dalam sebuah diskusi di Jakarta, Minggu (15/3).
Ahmad menerangkan, shock dalam perdagangan global terjadi secara jangka pendek telah terlihat saat kuartal I 2020, ketika pandemi virus corona merebak di China. Setelah itu, dampak virus corona makin meluas hingga ke Timur Tengah, Eropa, Amerika Serikat. “Yang paling penting adalah bagaimana upaya pemerintah agar lebih cepat dalam mengembalikan kondisi stabil, dengan memitigasi dampak negatif dan mengoptimalkan peluang yang ada,” ujarnya.
Dia menilai stimulus yang telah diberikan belum lengkap karena terkesan hanya meringankan beban (PPh holiday) dan upaya non fiskal (kemudahan prosedur administrasi tata niaga). “Di luar paket kebijakan ekonomi yang telah dikeluarkan pemerintah baru-baru ini, perlu strategi jangka pendek untuk mengupayakan agar produktivitas output industri dan perdagangan tetap tumbuh sesuai target,” jelasnya.
Tim duniaindustri.com mencoba menghubungi sejumlah pengusaha di China untuk mengetahui bagaimana perkembangan pelaku industri di sana. Diperoleh kabar bahwa pelaku industri China baru mulai melakukan persiapan untuk kembali beroperasi. Hal itu pun masih belum optimal karena beberapa daerah seperti Wuhan belum lepas dari isolasi regional. “Situasi di China tambah baik, tapi belum pulih seperti sedia kala,” kata Vivien, pelaku industri kosmetik, saat dihubungi tim duniaindustri.com.
China diketahui telah menerapkan lockdown saat mencoba membatasi penyebaran dari virus yang pertama ditemukan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei, mulai Januari 2020. Lockdown itu diberlakukan pemerintah setempat di 16 kota sekitar Provinsi Hubei, termasuk Wuhan. Pada puncaknya, lockdown China diberlakukan di setidaknya 20 provinsi dan wilayah.
Sementara itu, sejumlah langkah akan dilakukan pemerintah Indonesia termasuk berencana memberlakukan relaksasi impor. Namun, langkah itu justru dinilai kontraproduktif oleh sebagian pengusaha.
Mestinya relaksasi impor diterapkan untuk produk yang belum diproduksi di dalam negeri. Jika seluruh produk diberikan relaksasi impor, dikhawatirkan kebijakan ‘blunder’ ini justru mematikan produsen lokal yang saat ini sedang berupaya survive di tengah himpitan kenaikan biaya produksi dan fluktuasi pasar, sebagai dampak lanjutan wabah virus corona yang makin mengglobal.
Ambil contoh di sektor industri tekstil dan produk tekstil (TPT). Inkonsistensi kebijakan perdagangan selama 10 tahun terakhir kerap menghantui industry tekstil dan produk tekstil (TPT) hingga sector ini terpuruk dengan tingkat utilisasi saat ini di bawah 50%. Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (APSyFI) menyatakan bahwa keengganan para pejabat pemerintah untuk menjadikan pasar domestik menjadi jaminan pasar bagi produk dalam negeri sangat berbanding terbalik dengan kebijakan lain yang menaikkan biaya produksi.
Selama 10 tahun terakhir importasi terus-terusan dibuka bahkan difasilitasi melalui Kawasan Berikat dan Kemudahan Impor Tujuan Ekspor hingga yang terakhir Pusat Logistik Berikat. “Untuk produk dalam negeri ada tata niaga melalui larangan terbatas (lartas) namun kebijakan ini kan terus diamputasi dan sengaja dibuat masuk angin, pengenaan BMAD dan BMTP sulitnya minta ampun,” jelas Redma kepada tim Duniaindustri.com di Jakarta, akhir pekan lalu.
Ia pun menuding bahwa kebijakan perdagangan yang tidak pernah mempertimbangkan integrasi hulu hilir dan cenderung berpihak pada barang impor memang sengaja dibuat kebijakannya atas upaya lobi importer pedagang.
Namun di sisi lain tarif listrik, gas, upah karyawan, biaya logistik dan pungutan lainnya terus naik ditambah berbagai pengetatan aturan lainnya menambah beban biaya industri. “Tax holiday dan tax allowance belum bisa membantu industri TPT karena tidak langsung bisa mengurangi biaya produksi plus harus ada investasi untuk dapatkan fasilitas itu,” ungkap Redma. “Yang ada saja pada gulung tikar, kapasitas idle sampai 50%, siapa mau investasi,” tegasnya.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 180 database, klik di sini
- Butuh 23 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: