Duniaindustri.com (Desember 2013) – PT Pertamina (Persero) dan PT Global Chemical Public Company Limited (PTTGC), produsen petrokimia asal Thailand, berencana membangun kompleks industri petrokimia di Plaju Sumatera Selatan dengan nilai investasi US$ 5 miliar. Kerjasama kedua perusahaan itu mencakup model investasi, spesifikasi site, termasuk juga kekuatan dari masing pihak, untuk meningkatkan daya saing perusaahaan patungan yang dibentuk.
“Proyek ini adalah tonggak penting bagi strategi pengembangan bisnis hilir petrokimia Pertamina,” ujar Dirut Pertamina, Karen Agustiawan.
Pertamina menyiapkan lahan seluas 450 hektare area (ha) di Plaju Sumatera Selatan untuk pembangunan komplek industri petrokimia yang menelan investasi US$ 5 miliar. Direktur Pengolahan Pertamina Chrisna Damayanto mengatakan, dalam pembangunan dan pengembangan komplek petrokimia tersebut Pertamina menggandeng produsen petrokimia Thailand, PTT Global Chemical Public Company Limited dengan membuat anak usaha patungan, dengan saham mayoritas Pertamina. “51% saham Pertamina. Sisanya 49% dimiliki PTT,” kata Chrisna.
Krisna mengaku pembangunan komplek petrokimia di Plaju tersebut didirikan di atas lahan milik Pertamina sehingga tidak perlu melakukan pembebasan tanah.
Nilai pasar petrokimia Indonesia diperkirakan mencapai US$ 30 miliar pada 2018 dan perusahaan patungan ini menargetkan dapat menguasai 30% pangsa para setelah komplek petrokimia tersebut beroperasi. Saat ini, produksi petrokimia di dalam negeri belum dapat memenuhi kebutuhan nasional, sehingga masih harus mengimpor dengan nilai sekitar US$ 5 miliar per tahun.
Selain membentuk perusahaan patungan yang akan menggarap komplek petrokimia, dalam waktu dekat kedua perusahaan juga akan membentuk usaha patungan untuk memasarkan dan mendistribusikan produk polimer.
Pertamina memiliki dan mengoperasikan 6 kilang di seluruh Indonesia dengan total kapasitas sekitar 1 juta barel per hari. Kapasitas kilang Indonesia merupakan yang terbesar kelima di Asia. Hal ini menjadikan Pertamina memiliki potensi yang sangat besar untuk mengintegrasikan bisnis kilang dan petrokimia yang akan memberikan nilai tambah terhadap sumber daya alam Indonesia. Dengan berbagai keunggulan ini, Pertamina bertekad untuk dapat menjadi pemain utama petrokimia di Indonesia dan juga di kawasan.
Presiden dan CEO PTTGC, Bowon Vongsinudom mengatakan, kompleks petrokimia yang dibangun akan menghasilkan nilai tambah melalui berbagai sinergi dan integrasi bisnis pada lokasi yang akan dipilih.
“Kerjasama ini merupakan model kepemilikan yang tepat dengan pilihan mitra yang tepat, didesain untuk menangkap peluang pertumbuhan pada pusat ekonomi terbesar di antara negara-negara ASEAN,” kata Vongsinudom.
Direktur Perencanaan Investasi Manjemen Resiko Pertamina Afdal Badarudin mengatakan, komplek petrokimia kelas dunia yang dibangun tersebut ditargetkan beroperasi komersial 2018. Kerjasama tertuang dalam penandatanganan kerjasama (Joint Venture-Heads of Agreement/JV-HoA) yang menjadi dasar pelaksanaan studi kelayakan dari komplek petrokimia yang akan dibangun.
“Kolaborasi ini dapat diwujudkan setelah tuntasnya feasibility study awal yang telah dilakukan secara ekstensif, pada April lalu,” kata Afdal.
Manufacturing JV-HoA ditujukan untuk segera mewujudkan kesepakatan prinsip-prinsip perusahaan patungan dan lingkup investasi. Ini termasuk untuk memungkinkan kedua pihak mengakhiri detail rencana proyek pada awal 2014, sebelum melaksanakan detail bankable feasibility study dan Front End Engineering Design (FEED).
Afdal menambahkan, kedua perusahaan telah menemukan satu pemikiran dalam beberapa hal. Seperti tujuan dan sasaran proyek, modal investasi, spesifikasi site, juga termasuk kekuatan dari masing-masing pihak sehingga dapat meningkatkan daya saing perusahaan patungan yang akan dibentuk nanti. “Keputusan FID ditargetkan bisa ditetapkan pada 2015,” tegas dia.
Pertamina dan PTTGC telah menuntaskan survei pasar polimer Indonesia melalui kegiatan distribusi dan pemasaran. Keduanya juga telah memutuskan konfigurasi awal komplek petrokimia dan kajian teknis terhadap ruang lingkup investasi.
Pembangunan komplek terkait prediksi permintaan produk petrokimia domestik akan meningkat seiring tren positif pada sektor manufaktur.(*)