Duniaindustri (April 2012) — Ekspor tekstil dan produk tekstil Indonesia selama kuartal I-2012 diperkirakan naik sekitar 5% berada di kisaran US$ 3 miliar sampai US$ 3,4 miliar dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu.
Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Ade Sudrajat Usman mengatakan, “Kami masih menghitung, tapi dari angka kasarnya naik 5% dibandingkan tahun lalu,” kata Ade saat jumpa pers.
Nilai ekspor tersebut naik karena banyaknya pesanan dari sejumlah negara, seperti Amerika Serikat (AS) dan Jepang. Total ekspor tekstil Indonesia 2012 diperkirakan naik tipis menjadi US$ 14 miliar dari realisasi tahun lalu US$ 13,3 miliar.
Ade memperkirakan permintaan pasar tekstil dunia mencapai US$ 630 miliar, turun 11% dibandingkan 2011 sebesar US$ 700 miliar. “Pasar global slow down,” ucapnya.
China pun mulai melirik Indonesia sebagai basis produksi tekstil mengingat negeri ini menjadi raksasa peringkat 9 terbesar dunia dengan nilai devisa ekspor sekitar US$ 19 miliar atau Rp 171 triliun pada 2015. Produsen tekstil nasional PT Sri Rejeki Isman (Sritex) menggandeng China Hi-Tech Group Corporation untuk membenamkan investasi US$ 6 miliar atau Rp 54,6 triliun untuk megaproyek tekstil di Wonogiri, Jawa Tengah. Megaproyek tekstil tersebut diperkirakan menyerap tenaga kerja baru sekitar 75.000 karyawan.
Presiden Direktur (Presdir) PT Sritex Iwan Setiawan Lukminto menjelaskan investasi Rp 54,6 triliun itu akan digunakan untuk sejumlah proyek di Wonogiri, seperti membangun kawasan pabrik tekstil terintegrasi. Investasi tersebut digunakan untuk wilayah Jawa Tengah selatan sebagai bagian dari Master Plan Percepatan Perluasan dan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI).
“Investasi US$ 6 miliar tersebut bagian dari total investasi dari China ke Indonesia sebesar US$ 17 miliar dalam nota kesepakatan yang disaksikan oleh Presiden SBY,” kata Iwan Setiawan ketika perwakilan perusahaan China Hi-Tech Corporation berkunjung ke Sritex.(Tim redaksi 02)