Duniaindustri.com (Januari 2016) – PT Ultrajaya Milk Industry & Trading Company Tbk (ULTJ), emiten produsen susu ultra high temperature (UHT) dan teh siap minum (ready to drink tea), menguasai 46,1% pasar susu UHT di Indonesia, terbesar di negeri ini, dan 64,6% pasar teh siap minum dalam kemasan karton, menurut data yang diperoleh duniaindustri.com. Volume pasar susu cair diperkirakan tumbuh 2% pada 2015, sedangkan teh siap minum tumbuh lebih tinggi sebesar 6%.
Dengan pangsa pasar yang besar, Ultrajaya merupakan market leader di industri susu UHT dan teh siap minum. Ultrajaya menyisihkan sejumlah kompetitor di industri susu UHT antara lain Frisian Flag yang berada di posisi kedua dengan pangsa pasar 19%, Indomilk 16%, Real Good 5%, Milo 5%, Clevo 4%, Diamond 1%, dan produsen lainnya 4%.
Sedangkan di segmen teh siap minum, Ultrajaya mengungguli Sosro yang berada di peringkat kedua dengan pangsa 21%, Teh Gelas 7%, Fruit Tea 3%, dan produsen lain 5%.
Ultrajaya menguasai pangsa 46,1% pasar susu cair UHT dengan beberapa line up produk yakni Ultra Milk, Low Fat Hi Cal, Ultra Mimi, dan susu kental Cap Sapi. Hingga kuartal III 2015, segmen produk susu perusahaan mencatatkan penjualan Rp 2,12 triliun atau berkontribusi 64,9% dari total penjualan. Sedangkan di segmen teh siap minum, line up produk perusahaan yakni Teh Kotak Jasmine Reguler dan Less Sugar serta Teh Kotak Rasa. Hingga kuartal III 2015, segmen teh dan minuman kesehatan mencatatkan penjualan Rp 826 miliar atau menyumbang 25,3% dari total penjualan.
Konsumsi susu cair di Indonesia mencapai 13,91 liter per kapita, tergolong rendah dibanding negara-negara ASEAN lain yakni Malaysia 54,11 liter per kapita, Thailand 34,04 liter per kapita, Filipina 14,56 liter per kapita. Segmen UHT membentuk segmen terbesar susu cair. Konsumsi susu cair di Indonesia berpotensi terus tumbuh ditopang urbanisasi dan peningkatan pendapatan, serta tren kebugaran dan kesehatan.
Hingga kuartal III 2015, Ultrajaya mencatatkan kinerja yang positif, meskipun di tengah perlambatan ekonomi. Kinerja ini didorong oleh tiga faktor utama, yaitu penjualan yang tahan krisis, harga susu tanpa lemak (skim milk) yang lebih rendah, dan penurunan utang.
Hingga September 2015, Utrajaya mencatatkan penjualan Rp 3,27 triliun, tumbuh 13,54% dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 2,88 triliun. Sedangkan laba bersih tercatat Rp 393,55 miliar, melonjak 90,9% dari sebelumnya Rp 206,14 miliar.
“Sejak akhir 2014, penjualan Ultrajaya memang relatif solid. Penjualan yang stabil ditambah harga bahan baku yang lebih rendah telah meningkatkan margin penjualan dari 25,8% pada akhir 2014 menjadi 31,3% pada kuartal III-2015,” ungkap analis KDB Daewoo Securities Dang Maulida dalam risetnya.
Adapun bahan baku utama adalah skim milk yang menjadi pendorong margin. Harga skim milk dari Selandia Baru sudah berfluktuasi sejak September 2014, dan tren downward sudah terlihat sejak kuartal I tahun ini. Sejak awal tahun, harga skim milk tercatat sekitar US$ 2.500/MT dan menurun ke level US$ 1.750 pada November 2015.
Dang melanjutkan, kinerja Ultrajaya ditopang juga oleh penurunan utang atau deleveraging pada awal tahun ini. Pada kuartal I-2015, perseroan memangkas utang berbunga senilai Rp 9,2 miliar.
“Deleveraging telah mengurangi beban bunga menjadi Rp 262 juta pada kuartal III-2015 dari Rp 3,9 miliar tahun lalu. Deleveraging juga meningkatkan margin operasi dari 8,4% tahun lalu menjadi 14,7% per September 2015, dengan tarif pajak yang stabil pada 23%, net margin tumbuh dari 7,2% (Q314) ke 12% (Q315),” imbuh Dang.
Adapun dengan profitabilitas yang kuat, posisi kas Ultrajaya juga moncer menjadi Rp 719,2 miliar pada September 2015 dibandingkan Rp 578,9 miliar year on year (yoy).
“Dengan kondisi finansial yang kuat, Ultrajaya berhasil meningkatkan kinerja di tengah kondisi ekonomi yang mulai recovery. Dengan kondisi makro yang diperkirakan bertumbuh tahun depan, tentu saja penjualan perseroan ikut mengalir deras,” papar Dang.
Ia memprediksi, akhir tahun ini penjualan Ultrajaya tumbuh 13,3% menjadi Rp 4,42 triliun dibandingkan tahun lalu yang sebesar Rp 3,9 triliun. Laba bersih diperkirakan melonjak 54,9% menjadi Rp 451 miliar dari sebelumnya Rp 291 miliar.
Sebagai informasi, Ultrajaya yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 1990 ini adalah produsen dan distributor susu ultra high temperature (UHT) dan teh siap minum. Adapun produknya yang terkenal adalah Ultra Milk, Teh Kotak, Sari Kacang Ijo, dan Sari Asem Asli. Semuanya memiliki pangsa pasar yang signifikan di Indonesia.
“Jaringan distribusi Ultrajaya yang luas membuat produk-produknya selalu tersedia bagi masyarakat Indonesia. Dengan daya beli masyarakat yang tumbuh seiring level pendidikannya, kami melihat prospek cerah ke depannya untuk Ultrajaya,” ujar Dang.(*/berbagai sumber/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: