Duniaindustri.com (September 2015) – Dengan dukungan jumlah penduduk yang tercatat 252 juta jiwa dan penetrasi internet yang makin besar, bisnis berbasis online akan makin tumbuh subur di negeri ini. Khusus terkait layanan jual-beli online (e-commerce), ke depan terdapat lima jenis e-commerce yang diprediksi tetap booming.
Indonesia dinilai sebagai salah satu negara dengan pasar e-commerce yang tumbuh pesat, yang diproyeksikan akan menghasilkan total pendapatan hingga US$4 miliar (Rp 48 triliun) pada 2016. Hal ini membuat tempat yang ideal untuk memulai sebuah kerajaan e-commerce. Dan untungnya, masih ada banyak ruang dan peluang untuk kehadiran pemain baru.
Laporan UBS yang dilansir Juni lalu menyebutkan bahwa pasar ritel melalui internet (e-retail market) negara-negara Asia Tenggara sedang berada pada “titik perubahan”. Dengan penetrasi internet yang tinggi dan meluasnya penggunaan telepon pintar (smartphone) menyediakan ruang bagi para pedagang ritel yang relatif masih rentan untuk bisa bertumbuh.
Indonesia dengan jumlah penduduk terbesar ke empat di dunia, merupakan rumah bagi sekitar 76 juta pengguna jaringan internet pada tahun 2013, terbanyak di Asia Tenggara. Menurut eMarketer, jumlah itu akan mencapai 93 juta pada 2015. Peluncuran berbagai produk smartphone murah diperkirakan akan mendongkrak jumlah pengguna telepon pintar hingga 71 juta orang pada 2015.
Para analis meyakini, meningkatnya produk layanan data bergerak berbiaya murah akan membantu menggenjot jumlah pengguna internet yang tentunya akan mempengaruhi jumlah transaksi belanja dalam jaringan (daring/online).
Mengetahui potensi tersebut, tren yang berkembang di segmen e-commerce akan mengerucut pada lima jenis e-commerce:
Pertama, pedagang menjual di beberapa saluran online existing. Ini adalah salah satu yang paling jelas untuk melihat di pasar negara berkembang seperti Indonesia. Bangsa ini masih memiliki saluran pasar online yang sangat terfragmentasi bagi pedagang untuk mendirikan toko. Jenis ini telah melahirkan perusahaan raksasa ‘semalam’ yang terus disuntik dana segar oleh investor. Sebut saja, Tokopedia, Bukalapak, Elevenia, Blanja, Blibli, dan banyak lagi. Jika pemain baru ingin bersaing dengan para raksasa tersebut, haruslah memperhitungkan modal dan diferensiasi bisnis, agar mampu bertahan.
Kedua, pembeli mendapatkan harga terendah. Berkat internet, ada banyak cara pembeli di Indonesia dapat menemukan penawaran online yang terbaik. Mereka dapat menggunakan platform harga perbandingan seperti PriceArea, Telunjuk, pricepanda, PriceBook, Priceza untuk beberapa nama. Selain itu, mereka dapat mengambil jaminan harga termurah yang ditawarkan oleh toko online besar seperti Agoda atau Lazada dari waktu ke waktu.
Tapi setelah melihat apa yang terjadi di pasar yang lebih jenuh seperti AS dan Inggris, sekarang hanya masalah waktu sebelum pembeli Indonesia menemukan lebih banyak cara untuk menghemat belanja online mereka. Sebagai contoh, pelanggan akan dapat menghemat ukuran keranjang besar saat berbelanja di Jet.com. Ada juga Flubit di Inggris. Pelanggan dapat menyisipkan link dari produk yang mereka inginkan ke dalam bidang di situs tersebut, dan mereka akan menghasilkan kesepakatan yang lebih baik untuk produk yang sama yang sama persis.
Pemain Indonesia akan bijaksana untuk memperhatikan solusi inovatif seperti yang ditawarkan di luar negeri, dan menemukan cara untuk mengadopsi mereka untuk pasar lokal. Sebagai pembelanja, saya akan selalu terbuka untuk mencoba produk baru yang bisa menyelamatkan saya uang.
Ketiga, layanan logistik. Infrastruktur logistik di Indonesia memiliki masalah tersendiri. Sebagian besar dijalankan secara tradisional. Satu-satunya penjual dan pembeli fitur dapat menggunakan digital adalah kemampuan untuk melacak status pengiriman secara online. Itu dia.
Tidak hanya itu, Indonesia masih memiliki masalah besar ketika datang untuk keandalan logistik. Banyak paket tersesat, dan perusahaan logistik mengalami kesulitan dalam menangani rentetan perintah pengiriman selama musim puncak. Sebagai tanggapan, berbagai layanan logistik alternatif telah dipotong di Indonesia dalam bentuk e-commerce (solusi end-to-end e-commerce), HappyFresh (untuk bahan makanan), Go-Jek (untuk kurir), dan PopBox (loker paket).
Keempat, penyebaran cepat mobile money. Berbagai pemain di Indonesia mencoba untuk mendorong peran lebih bagi solusi e-money, termasuk pemerintah. Saat ini, Indonesia sudah bisa membayar beberapa layanan publik seperti transportasi bus, air, dan penagihan listrik menggunakan e-money.
Ideosource Managing Partner Andi S Boediman percaya Indonesia akan menjadi pengguna mobile money terbesar kedua di dunia. Klaim ini bersumber dari rencana pemerintah untuk mendistribusikan subsidi langsung tunai kepada orang-orang yang kurang mampu melalui uang elektronik. Jika semua berjalan sesuai rencana, sekitar 15 juta orang yang kurang mampu di Indonesia akan mengadopsi e-money pada akhir tahun ini.
Kelima, pedagang menjual dengan skema anonim. Akan datang suatu waktu ketika seseorang mencoba untuk menyediakan platform tersebut, di mana pedagang dapat menjual produk di harga apa pun yang mereka inginkan, anonim dalam ekosistem pribadi. Sebagai imbalannya, pembeli juga akan mendapatkan penawaran terbaik. Tentu, platform itu perlu untuk memilih sendiri semua pedagang yang bisa menjadi anonim untuk menjamin semua listing yang sah.
Khusus untuk poin kelima, duniaindustri.com sebagai salah satu pionir komunitas industri menggagas ide jual-beli-kontes data industri di Indonesia melalui fitur datapedia marketplace. Fitur baru ini memiliki keunggulan antara lain anonim. Keunggulan lainnya, 1) Identitas pemilik data dan user dirahasiakan dan dijaga oleh duniaindustri.com terutama terkait persaingan bisnis dan kompetisi pasar. 2) User dapat membuat kontes pencarian data untuk menarik kesempatan penelusuran data dari publik secara luas, sehingga memudahkan pencarian data. 3) Transaksi jual-beli data akan menguntungkan kedua pihak, baik user maupun pemilik data.(*/berbagai sumber)