Latest News
You are here: Home | Umum | Tren Belanja Konsumen Bergeser, Tekanan Berat bagi Department Store
Tren Belanja Konsumen Bergeser, Tekanan Berat bagi Department Store

Tren Belanja Konsumen Bergeser, Tekanan Berat bagi Department Store

Duniaindustri.com (Oktober 2017) – Kehadiran era digital dan mobilitas tanpa batas mengundang malapetaka bagi industri ritel khususnya department store dan convenience store. Satu per satu ritel department store seakan tidak kuat menahan penurunan penjualan dan sepinya pengunjung, menyusul derasnya tren pergeseran belanja konsumen.

Kabar terbaru, PT Mitra Adiperkasa Tbk (MAPI)–salah satu pemain besar di department store–menyatakan, gerai departement store Lotus dan Debenhams akan tutup pada Oktober 2017 dan akhir tahun ini. “Keputusan untuk menutup gerai-gerai tersebut diambil setelah mempertimbangkan perubahan tren ritel secara global,” kata Head of Corporate Communication Mitra Adiperkasa Fetty Kwartati melalui keterangan resmi di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Dia menambahkan, di seluruh dunia, tren berbelanja generasi millenial telah beralih dari departement store dan memilih untuk berbelanja di specialty store. Hal ini juga terjadi di Indonesia.

Sejalan dengan tren pasar saat ini, Mitra Adiperkasa akan terus berinvestasi pada bisnis active, fashion, dan Food & Beverage. Indonesia juga melihat pertumbuhan signifikan industri e-commerce yang berdampak pada offline store.

Oleh sebab itu, Mitra Adiperkasa telah meluncurkan gerai online, yakni MAPEMALL dan akan secara intens berupaya mengembangkan bisnis O2O sebagai bagian dari visi perusahaan untuk menjadi pemain ritel omnichannel terdepan di Asia.

“Selain itu, hal yang lebih penting adalah terlihatnya perkembangan positif dari berbagai inisiatif perusahaan. Hasil kinerja yang positif untuk semester pertama tahun ini telah diikuti denga kinerja keuangan yang kuat di kuartal tiga, ditandai dengan pertumbuhan penjualan yang signifikan,” paparnya.

Mitra Adiperkasa percaya inisiatif strategis ini akan menunjang pertumbuhan perusahaan dalam jangka panjang dan meningkatnya nilai pemegang saham.

Menurut dia, saat ini, Mitra Adiperkasa tengah melakukan konsolidasi bisnis departement store perusahaan dan fokus pada gerai SOGO, SEIBU, dan Galeri Lafayette.

Sebelumnya, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) juga akan menutup dua gerainya di Pasaraya Manggarai dan Pasaraya Blok M. Corporate Secretary & Legal Director PT Matahari Department Store Tbk (LPPF), Miranti Hadisusilo, mengatakan penutupan cabang tersebut dilakukan karena pemasukannya tidak sesuai yang diharapkan. Hal itu lantaran pengunjung di kedua cabang tersebut terbilang sepi.

Dia mengakui, kinerja keuangan dari kedua gerai tersebut jarang sekali mengantongi untung. Miranti menjelaskan, kedua gerai tersebut beroperasi sejak 2015. Biasanya satu gerai Matahari sudah balik modal dalam waktu 1 tahun. Namun hingga kini kedua gerai itu belum mencapai titik balik modal atau Break Even Point (BEP).

“Untuk cabang lainnya masih dalam keadaan sehat dan mampu meraup penjualan yang positif,” kata dia. Hingga akhir Juni Matahari mengantongi penjualan sebesar Rp 10 triliun dari jumlah toko sebanyak 156 cabang.

Tekanan berat ternyata bukan hanya dialami department store, industri ritel modern segmen convenience store mengalami kondisi yang lebih parah. Ambil contoh 7-Eleven. Seluruh gerai 7-Eleven di Indonesia mulai 30 Juni 2017 tak akan lagi beroperasi. Hal ini seperti diungkapkan PT Modern Sevel Indonesia selaku pemegang bisnis merek waralaba 7-Eleven.

Mengutip dari Keterbukaan Informasi yang dirilis 22 Juni lalu, Direktur PT. Modern International Tbk (Persero) (PT MSI merupakan satu entitas anak PT. Modern International), Chandra Wijaya, mengungkapkan penutupan ini karena keterbatasan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menunjang kegiatan opersaional gerai 7-Eleven.

“Hal ini disebabkan oleh keterbatasan sumber daya yang dimiliki Perseroan untuk menunjang kegiatan operasional gerai 7-Eleven setelah Rencana Transaksi Material Perseroan atas penjualan dan transfer segmen bisnis restoran dan convenience store di Indonesia,” demikian pernyataan tertulis dari Chandra.

Selain itu, kata dia, MSI juga gagal melakukan kesepakatan dengan PT. Charoen Pokphand Restu Indonesia dalam hal pengambilalihan kegiatan usaha. “Hal-hal material yang berkaitan dengan yang timbul sebagai akibat dari pemberhentian operasional ini akan ditindaklanjuti sesuai dengan peraturan dan hukum yang berlaku dan akan diselesaikan secepatnya,” demikian tulis Chandra.(*/berbagai sumber tertulis/tim redaksi 03)

Riset Peta Persaingan Industri Semen

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top