Duniaindustri.com (Februari 2016) – PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA) atau TPS Food, emiten makanan ringan serta perkebunan kelapa sawit, meraih pinjaman sebesar Rp 1,27 triliun dari dua bank swasta. Kedua bank itu adalah PT Bank Maybank Indonesia dan The Bank of Tokyo-Mitsubishi UFJ Ltd cabang Jakarta.
Menurut Direktur TPS Food Budhi Istanto Suwito, pinjaman itu akan digunakan untuk tambahan modal kerja beberapa anak usaha. Perseoran dan kreditor menandatangani perjanjian fasilitas pinjaman tersebut pada 25 Januari 2016.
Budhi Istanto mengungkapkan, perseroan mendapatkan pinjaman tersebut melalui anak usahanya, PT Dunia Pangan, PT Indo Beras Unggul, PT Jatisari Srirejeki, dan PT Sukses Abadi Karya Inti. “Alasan diadakannya perjanjian tersebut adalah kebutuhan tambahan modal kerja untuk Dunia Pangan dan anak-anak usahanya,” ungkap dia dalam keterangan resmi.
TPS Food memiliki sejumlah lini usaha yang menopang pendapatan perusahaan, yakni lini bisnis makanan ringan, beras, dan perkebunan kelapa sawit. Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (Gapmmi) memperkirakan nilai total penjualan produk makanan dan minuman pada 2015 menembus Rp 1.000 triliun. Dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,2% tahun 2016, duniaindustri.com mengestimasi pertumbuhan industri makanan dan minuman di Indonesia tumbuh 6,2%-7,5% tahun 2016. Nilai penjualan industri makanan dan minuman di Indonesia pada 2016 diestimasi Rp 1.062 triliun – Rp 1.075 triliun.
Di antara kategori makanan dan minuman, segmen packaged food dan minuman ringan menawarkan potensi pertumbuhan penjualan paling tinggi, selama 2013-2017 akan berada di atas angka 10%. Minuman ringan diperkirakan tumbuh rata-rata 12% per tahun. Pertumbuhan yang tinggi diperkirakan terjadi untuk produk ready to drink (RTD) coffee (18,8%), fruit/vegetable juice (15,6%), sports and energy drink (14,8%), dan RTD tea (13,7%).
Karena itu, tidak heran TPS Food juga akan menjajal produksi produk minuman kemasan, Capri Sun, mulai 2017. Perseroan bakal memproduksi 25,92 juta kantong pada tahun pertama. “Kami sudah rencanakan volume produksi akan naik bertahap jadi 51,84 juta kantong pada 2018 dan 60,48 juta kantong di 2019,” ujar Direktur Keuangan TPS Food Sjambiri Lioe.
Perseroan telah mengantongi lisensi untuk memproduksi merek itu secara eksklusif dari Capri Sun AG melalui anak usaha, PT Polymedista Indonesia, pada Oktober 2015. Capri Sun dimiliki oleh perusahaan Jerman bernama WILD dan diproduksi sejak 1969.
Sesuai rencana, perseroan bakal memulai pembangunan fisik pabrik Capri Sun pada awal tahun ini. Pabrik senilai Rp 100 miliar itu dapat beroperasi komersial pada tahun depan. Dengan demikian, diharapkan lini bisnis minuman perseroan tersebut dapat mulai berkontribusi pada 2017.
Sebelumnya, Sjambiri mengatakan, perseroan juga bakal terus memacu lini bisnis makanan. Perseroan menargetkan mampu mengantongi pendapatan sekitar Rp 3,5 triliun tahun ini dari penjualan 4 produk. Sjambiri menjelaskan, produk pertama adalah Taro yang diproyeksikan mampu menyumbangkan penjualan di atas Rp 1 triliun. Guna mencapai target itu, perseroan akan meluncurkan dua varian baru tahun depan yaitu Potato Stick dan Corn Puff.
Produk selanjutnya adalah merek Bihunku dan Superior (bihun dan mie kering) yang masing-masing ditargetkan bisa membukukan penjualan sebesar Rp 1 triliun. Pada 2016, perseroan juga akan meluncurkan tiga varian baru dari merek bihun dan mie kering Superior.
Sjambiri mengatakan, perseroan telah bekerjasama dengan Alfamart dan Indomaret. Dengan demikian, per Februari 2016, perseroan akan menjual produk Bihunku melalui dua perusahaan ritel tersebut. Upaya itu diharapkan bisa memperluas jangkauan pasar. “Terbukti Bihunku awal 2015 penjualan hanya Rp 700 juta akhir tahun sudah Rp 5 miliar. Kami akan pacu terus,” ujar dia.
Produk terakhir, menurut Sjambiri adalah ’mie kremez’. Produk makanan ringan tersebut ditargetkan bisa melampaui pendapatan di atas Rp 500 miliar.
Lebih jauh, Sjambiri menjelaskan, perseroan juga akan meningkatkan alokasi biaya promosi sejalan dengan pertumbuhan target penjualan. Adapun porsi biaya promosi setara dengan 6% – 7% dari target penjualan. “Kalau penjualan naik, biaaya promosi juga akan naik. Tahun ini jadi awal kami mempromosikan banyak produk,” ujar dia.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: