Latest News
You are here: Home | Otomotif | Toyota Benamkan Rp 2,3 Triliun Bangun Pabrik Mesin Kedua di Karawang
Toyota Benamkan Rp 2,3 Triliun Bangun Pabrik Mesin Kedua di Karawang

Toyota Benamkan Rp 2,3 Triliun Bangun Pabrik Mesin Kedua di Karawang

Duniaindustri.com (Februari 2014) – PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN) membenamkan investasi senilai Rp 2,3 triliun untuk membangun pabrik mesin keduanya di Indonesia yang berlokasi di kawasan industri Karawang Jabar Industrial Estate (KJIE), Karawang Barat, Jawa Barat. Investasi itu merupakan kelanjutan dari arus masuk modal dari prinsipal otomotif Jepang ke Indonesia yang mengalir deras sejak tahun lalu.

Pabrik dengan nilai investasi sebesar Rp 2,3 triliun ini memiliki kapasitas produksi 216.000 unit kendaraan per tahun, pabrik baru ini juga menyerap lebih dari 600 tenaga kerja di tahap awal pembangunan.

Presiden Direktur PT. Toyota Motor Manufacturing Indonesia Masahiro Nomani mengatakan pembangunan pabrik kedua ini juga berdekatan dengan fasilitas perakitan toyota yang sudah ada sebelumnya yaitu Karawang Plant I dan Plant II yang berada di Kawasan Industri Karawang International Industrial City (KIIC).

Menurut dia kehadiran pabrik baru seluas 150 hektare ini membuktikan bahwa Indonesia bukan hanya mempunyai prospek pasar yang hebat tetapi juga mempunyai potensi yang besar sebagai negara tujuan investasi manufaktur berteknologi tinggi di dunia.

“Semua persiapan sudah selesai kami lakukan, pada hari ini kami melakukan groundbreaking pembangunan fisik pabrik mesin kedua di Indonesia,” ujar dia dalam acara ” Pemancangan Tiang Pertama (Groundbreaking) Pabrik Toyota Motor Manufacturing Indonesia” di Kawasan Industri Karawang Jabar Industrial Estate (KJIE), Karawang Barat, Jawa Barat, Selasa (25/2).

Masahiro Nonami mengatakan kesiapan industri manufaktur sangat dibutuhkan untuk menghindari perekonomian nasional agar tidak terjebak ke dalam middle income trap. Salah satu upaya agar negara tidak terjebak dalam middle income trap adalah meningkatkan kualitas SDM melalui pengembangan industri berbasis teknologi tinggi. Ia berharap dengan dibangunnya pabrik mesin kedua ini bisa mendongkrak perekonomian Indonesia menjadi lebih maju dan tentunya menghasilkan kualitas SDM yang hebat.

Sementara itu Vice President Director TMMIN Warih Andang Tjahjono mengatakan pabrik mesin kedua ini merupakan sebuah pabrik modern dan ramah lingkungan dengan efisiensi yang cukup tinggi dengan menggunakan konsep through line, pabrik ini menyatukan tiga proses dalam pembuatan mesin yaitu casting (pengecoran), machining dan assembling (perakitan) di dalam satu gedung. “Ini merupakan pabrik pertama Toyota di luar Jepang yang menggunakan konsep through line,” ujar dia

Secara umum, tiga tahapan proses produksi mesin dilakukan pada tiga lokasi berbeda namun dengan konsep through line ketiga proses dilakukan dibawah satu atap sehingga mampu meningkatkan efisiensi terutama dari sisi logistik. Menurut dia, pabrik mesin kedua ini merupakan pabrik ramah lingkungan yang menerapkan prinsip Clean, Bright and Comfort (CBC), dengan konsep CBC penggunaan lampu listrik akan diminimalisasi serta gedung yang banyak menyerap sinar matahari.

Selain mempersiapkan fasilitas produksi pabrik ini juga akan menyiapkan fasilitas pelatihan (learning center) bagi sumber daya manusia, learning center ini akan dibangun berdekatan dengan pabrik mesin karawang, pusat pelatihan ini nantinya tidak hanya diperuntukan bagi internal Toyota tetapi juga bisa digunakan oleh para supplier dan stakeholder dalam rantai produksi Toyota. “SDM merupakan kunci perusahaan kami maka dari itu kami menyiapkan learning center,” ungkap dia

Managing Officer Toyota Motor Corporation dan Presiden Komisaris TMMIN dan Toyota Astra Motor Hiroyuki Fukui mengatakan Toyota sudah mendirikan pabrik pertamanya di Indonesia pada Desember 1982, kegiatan operasional dimulai pada tahun 1985 dengan memproduksi mesin 5K sejak saat itu perkembangan produk produk toyota semakin meningkat.

Dia mengatakan tidak hanya untuk memenuhi permintaan domestik, produk produk Toyota juga merambah pasar ekspor dengan 12 negara tujuan di kawasan Asia, Afrika, Timur Tengah dan Amerika Latin dengan merek andalan Fortuner, Innova dan Hilux. Dari tahun 1989 hingga kini, TMMIN mencatatkan volume ekspor lebih dari 1,1 juta unit mesin utuh dalam berbagai macam tipe. Menurut dia pabrik mesin kedua ini juga memenuhi permintaan pasar domestik dan tujuan ekspor.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Perindustrian MS Hidayat mengatakan Kementerian Perindustrian terus mendorong pengembangan industri kendaraan bermotor dalam negeri.

Menurut dia industri kendaraan bermotor mengalami perkembangan yang cukup pesat hal tersebut terlihat dari angka penjualan maupun produksi yang semakin meningkat dimana penjualan kendaraan bermotor roda empat pada tahun 2013 mencapai 1,2 juta unit dibandingkan tahun 2012 sebesar 1,1 juta unit.

Angka penjualan tersebut diharapkan semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. “Saya memberikan apresiasi kepada PT. Toyota Indonesia karena dengan dibangunnya pabrik mesin kedua ini akan menambah investasi dan tenaga kerja,” ujar dia

Dia mengatakan industri komponen harus menjadi kekuatan industri kendaraan bermotor nasional dengan dukungan industri komponen yang kuat maka daya saing industri otomotif nasional semakin tinggi.

Disamping itu, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Mahendra Siregar mengatakan berdasarkan data BKPM investasi di sektor otomotif terus mengalami peningkatan, hal tersebut terlihat dari realisasi investasi sektor otomotif pada 2013 yang mencapai US$ 3,7 miliar dari US$ 1,68 miliar di tahun 2012.

Dia mengatakan perkembangan sektor otomotif secara tidak langsung berdampak positif terhadap perekonomian khususnya penyerapan tenaga kerja. “BKPM akan terus dorong investasi di sektor otomotif agar perekonomian juga tumbuh,” ujar dia.

Duniaindustri.com menilai tingginya arus investasi masuk ke sektor otomotif Indonesia karena prospek industri ini cukup cerah. Rasio kepemilikan mobil di Indonesia terus meningkat. Duniaindustri.com mencatat pada akhir 2010, rasio kepemilikan mobil di Indonesia 1:34, dalam arti dari 34 orang hanya 1 orang yang memiliki mobil. Rasio tersebut meningkat di 2012, dari 20 orang hanya 1 orang yang memiliki mobil.

Sedangkan di Malaysia dan Thailand rasionya adalah 1:5 orang, di Amerika rasionya adalah 1:1,75 orang. Jika menggunakan jumlah populasi sebagai dasar, potensi di Indonesia 5 kali lipat lebih besar dibanding Thailand dan Malaysia. Hal ini menunjukkan bahwa pasar mobil di Indonesia masih mempunyai banyak ruang untuk bertumbuh.

Presiden Direktur Astra Group (produsen otomotif terbesar di Indonesia) Prijono Sugiarto mengatakan rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih rendah dibanding negara tetangga mendorong pemerintah meluncurkan program mobil murah ramah lingkungan (low cost and green car/LCGC). “Penetrasi kendaraan bermotor masih rendah di Indonesia, padahal jumlah masyarakat menengah ke atas naik,” ujar Prijono.

Potensi kepemilikan mobil tersebut cukup tinggi, seiring dengan pertumbuhan pendapatan perkapita masyarakat  dan kelas menengah Indonesia. Perusahaan konsultan bisnis McKinsey misalnya, memprediksi pada 2030 jumlah kelas menengah di Indonesia akan meningkat sampai 90 juta orang.

Kenaikan masyarakat golongan menengah ke atas yang saat ini mencapai 40 juta orang dan diperkirakan bisa meningkat menjadi 90 juta jiwa juga diyakini akan meningkatkan permintaan terhadap mobil, khususnya produk mobil murah ramah lingkungan ini yang diperkirakan akan dijual di bawah Rp100 juta. “Masyarakat membutuhkan mobil yang murah. Harganya dapat ditekan dengan pemberian insentif pengurangan PPnBM,” katanya.(*/berbagai sumber)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top