Duniaindustri.com (Agustus 2020) — Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan pertumbuhan ekonomi nasional triwulan II 2020 minus 5,32 persen secara tahunan (YoY). Pelemahan ekonomi secara signifikan itu terjadi akibat terseret imbas negatif pandemi Covid-19 serta resesi di sejumlah negara mitra dagang utama.
Pandemi Covid-19 telah mengubah landskap bisnis secara radikal dengan perubahan yang dimotori pembatasan interaksi fisik secara luas. Anjloknya pertumbuhan ekonomi di triwulan II 2020 juga diyakini sebagai imbas dari pandemi covid-19 yang memukul seluruh sektor mulai dari usaha mikro kecil menengah (UMKM) hingga sektor korporasi.
Suhariyanto, Kepala BPS, mengatakan bahwa pertumbuhan ekonomi yang tercatat minus 5,32 persen ini adalah yang terendah sejak tahun 1999. Pada triwulan I tahun 1999, angka pertumbuhan ekonomi RI sebesar -6,13 persen.
Jika dilihat berdasarkan produk domestik bruto (PDB) atas dasar harga berlaku ( ADHB ) pada triwulan II 2020 sebesar Rp3.687,7 triliun. Sedangkan apabila dilihat atas dasar harga konstan ( ADHK ) mencapai Rp2.589,6 triliun. Catatan negatif pertumbuhan ekonomi nasional ini juga terjadi di beberapa negara mitra dagang Indonesia. Bahkan beberapa di antaranya sudah menyatakan secara resmi terjadi resesi.
Pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi minus 5,32 persen, kalau dibandingkan secara kuartalan juga kontraksi minus 4,19 persen. Sementara kumulatif terhadap semester I 2019 terjadi kontraksi minus 1,26 persen. “Kontraksi PDB menurut triwulanan cukup dalam karena covid-19 yang luar biasa dampaknya,” ujar Suhariyanto dalam konferensi pers virtual, Rabu (5/8).
Menurut dia, sumber pertumbuhan ekonomi sepanjang triwulan II 2020 berdasarkan lapangan usaha, sektor pertanian, informasi dan komunikasi (Infokom) dan pengadaan air menjadi penopang utama. Sementara yang menjadi faktor pendorong utama pertumbuhan ekonomi di kuartal II 2020 jatuh ke level negatif adalah sektor transportasi dan pergudangan. Sektor ini pertumbuhannya anjlok menjadi -29,22 persen. Disusul berikutnya adalah sektor akomodasi dan makanan – minuman.
Pertumbuhan PDB sektor pertanian pada periode tersebut mencapai 16,24 persen dan sekaligus menjadi yang tertinggi. Kemudian infokum tumbuh 2,44 persen dan sektor pengadaan air sebanyak 1,28 persen. “Sektor pertanian yang tumbuh positif karena ada pergesesan panen raya, kalau tahun lalu panennya pada Maret, tahun ini April dan Mei masih ada panen. Kemudian juga ditopang oleh tanaman perkebunan dan kehutanan yang masih tumbuh positif,” ulasnya.
Sementara itu, lanjut Suhariyanto, jika dilihat dari sisi pengeluaran, pertumbuhan ekonomi triwulan II 2020 ditopang oleh konsumsi pemerintah yang memberikan andil sebesar 22,32 persen. Sementara untuk kelompok pengeluaran lainnya semuanya mengalami pertumbuhan negatif.
Untuk konsumsi rumah tangga yang selama ini menjadi penopang utama, saat ini justru terkontraksi mencapai 6,51 persen yoy. Kemudian untuk komponen PMTB (pembentuk modal tetap bruto) struktur pertumbuhan PDBnya juga negatif sebesar 9,71 persen. Sementara untuk komponen belanja pemerintah dan juga konsumsi Lembaga non profit yang mensuport rumah tangga (LNPRT) juga tumbuh negatif 0,78 persen.
“PMTB juga melemah, ekspor impor juga negatif. LNPRT juga anjlok jika dibandingkan tahun lalu sebab tahun lalu LNPRT terbantu karena adanya Pilpres sementara untuk tahun ini pilkada digeser karena adanya covid-19,” sambungnya.
Suhariyanto berharap agar di triwulan III 2020 angka pertumbuhan ekonomi akan mulai membaik meskipun belum bisa sepenuhnya kembali normal seperti sebelum adanya covid-19. Berbagai kebijakan pemerintah yang memberikan stimulus mulai dari sektor UMKM hingga korporasi diharapkan menjadi pemicu perbaikan.
“Kita harap pertumbuhan ekonomi di triwulan III akan lebih bagus dibandingkan triwulan II 2020 syukur-syukur bisa positif. Kunci pentingnya untuk itu adalah penerapan protokol kesehatan supaya covid tidak nyebar kemana – mana,” pungkas Suhariyanto.
Berdasarkan data BPS, dari sisi produksi, lapangan usaha transportasi dan pergudangan mengalami kontraksi pertumbuhan tertinggi sebesar 30,84 persen. Dari sisi pengeluaran, komponen ekspor barang dan jasa serta impor barang dan jJasa mengalami kontraksi pertumbuhan masing-masing sebesar 11,66 persen dan 16,96 persen.
Struktur ekonomi Indonesia secara spasial pada triwulan II-2020 didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa sebesar 58,55 persen, dengan kinerja ekonomi yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 6,69 persen. Sementara itu kelompok Pulau Maluku dan Papua mencapai pertumbuhan tertinggi sebesar 2,36 persen, walaupun kontribusinya terkecil (kurang dari tiga persen) dibanding kelompok pulau lainnya.(*/berbagai sumber/tim redaksi 05 & 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 188 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 188 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: