Duniaindustri.com (Juni 2020) – Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menggencarkan upaya efisiensi dan penyederhanaan BUMN sekaligus membentuk holding per sektor. Kabar terbaru menyebutkan bahwa holding BUMN farmasi dan asuransi menjadi tulang punggung dari upaya efisiensi dan penyederhanaan tersebut.
Menteri BUMN Erick Thohir menegaskan upaya efisiensi dan penyederhanaan jumlah perusahaan BUMN ditujukan agar kinerjanya makin optimal. Saat ini, jumlah BUMN yang sebelumnya mencapai 142 perusahaan, sudah dipangkas menjadi 107 perusahaan. Penurunan jumlah BUMN ini seiring dengan lahirnya konsolidasi BUMN, di antaranya di sektor farmasi dan asuransi.
Menurut Erick, pandemi Covid-19 ini merupakan saat yang tepat untuk melakukan restrukturisasi demi memperkuat posisi BUMN, baik posisi keuangan maupun posisi dalam industri. “Dari 142 BUMN, sekarang bisa diturunkan menjadi 107 BUMN. Ini akan terus dilakukan, kalau bisa ke angka 80,” ujar Erick dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (9/6).
Di sektor farmasi, Kementerian BUMN telah membentuk holding BUMN farmasi dengan menetapkan PT Bio Farma (Persero) sebagai induk atau holding BUMN. Sementara anggota perusahaannya adalah PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF). Selain untuk efisiensi, holding ini bertujuan memperkuat kemandirian industri dan meningkatkan ketersediaan produk kesehatan.
Di sektor asuransi, PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia (Persero) atau ( BPUI ) didapuk menjadi perusahaan induk (holding BUMN) dengan anggotanya yaitu PT Asuransi Jasa Raharja, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) dan PT Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo). Terbentuknya holding asuransi ini dilandasi Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 20 Tahun 2020 Tentang Penambahan Penyertaan Modal Negara ke Dalam Modal Saham PT Bahana Pembinaan Usaha Indonesia ( BPUI ).
Erick menilai efisiensi dan restrukturiasi BUMN perlu dilakukan karena saat ini masih banyak BUMN yang memiliki lini bisnis yang sama dan berpotensi untuk dikonsolidasi. Bersama dengan Kementerian Keuangan, Kementerian BUMN telah membuat Surat Keputusan Bersama (SKB) mengenai tata kerja pelaksanaan Tim Restrukturisasi BUMN. “Saat ini, SKB sedang dikaji oleh Kementerian Keuangan. Selanjutnya kami juga akan berdiskusi dengan kementerian teknis terkait,” tegasnya.
Sementara BUMN terus melakukan konsolidasi dan efisiensi, sektor swasta nasional mulai bergerak cepat untuk mengejar momentum akselerasi pemulihan iklim usaha di Indonesia pasca pandemi Covid-19. Titik fokus sektor swasta saat ini justru terletak pada lonjakan kebutuhan modal kerja bagi sektor industri. Geliat bisnis yang mulai bergerak pasca pandemi serta usainya momentum Lebaran 2020 membawa aura positif di sektor industri.
Tim Duniaindustri.com menilai saat ini para pelaku bisnis, baik skala besar, menengah, kecil, dan mikro, mulai bangkit diiringi dengan peningkatan kebutuhan modal kerja. Hal itu menjadi salah satu kunci penting dalam adopsi strategi pemulihan cepat (fast recovery strategy) pasca pandemi Covid-19. Pemulihan iklim bisnis diyakini dapat mendongkrak permintaan pasar (market demand) seiring gencarnya promosi dan gimmick yang ditawarkan.
Lonjakan kebutuhan modal kerja untuk pemulihan sektor industri akan mengirimkan sinyal positif bagi pelaku industri keuangan, terutama perbankan, lembaga keuangan, investor, dan private equity. Kondisi ini menandakan transmisi ekonomi mulai bergerak dari sektor riil ke sektor keuangan dan menciptakan dampak berantai yang positif bagi perekonomian nasional.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) juga telah meminta Pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan memberikan stimulus modal kerja Rp 625,107 triliun. Stimulus ini dibutuhkan dunia usaha yang mengalami defisit cash flow akibat wabah virus corona.
Ketua Umum Apindo, Hariyadi Sukamdani, mengatakan bahwa wabah Covid-19 telah mengakibatkan dunia usaha mengalami defisit cash flow. “Diharapkan pemerintah bersama OJK memberikan stimulus terkait modal kerja,” kata Hariyadi dalam diskusi online “Menjaga Kinerja Sektor Industri Selama Pandemi Covid-19” di Jakarta, akhir pekan lalu.
Apindo mengusulkan stimulus modal kerja yang diberikan pemerintah bersama OJK kepada dunia usaha mencapai Rp 625,107 triliun. Jumlah tersebut terdiri dari stimulus untuk sektor tekstil dan produk tekstil (TPT) sebesar Rp 283,1 triliun. Disusul stimulus untuk sektor makanan dan minuman sebesar Rp 200 triliun. Ditambah lagi dengan stimulus untuk sektor alas kaki Rp 99 triliun. Kemudian stimulus untuk sektor hotel dan restoran sebesar Rp 42,6 triliun. “Terakhir untuk sektor elektronik dan alat listrik rumah tangga sebesar Rp 407 miliar,” ujar Haryadi.
Haryadi menegaskan stimulus modal kerja penting untuk diberikan kepada seluruh sektor dunia usaha, bukan hanya industri manufaktur. Stimulus penting diberikan kepada seluruh lini produksi dan penjualan. “Hal ini karena produk manufaktur tidak bisa dikomersialkan tanpa ada penjualan,” tambah Haryadi.
Apindo meminta stimulus modal kerja diberikan untuk jangka waktu selama satu tahun. Ditambah dengan subsidi bunga yang menyesuaikan suku bunga BI sebesar 4,5%. Apindo juga meminta pemerintah memberikan penurunan tarif listrik dan gas. Ditambah relaksasi pembayaran listrik dan gas 90 hari atau 3 bulan setelah jatuh tempo. Sementara pembayaran listrik sesuai penggunaan tanpa beban minimal. Apindo juga meminta pemerintah memberikan penangguhan pembayaran PPN selama 90 hari. “Ditambah percepatan waktu restitusi perpajakan,” tutup Haryadi.(*/berbagai sumber/tim redaksi 08 & 10/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 183 database, klik di sini
- Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya: