Duniaindustri.com (Agustus 2014) – Pasar saham Indonesia yang terus menguat didongkrak euforia pemilihan umum (pemilu) berpotensi fluktuatif saat Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) menghentikan stimulus moneter quantitative easing. Investor disarankan untuk tetap waspada akan terjadinya capital reversal.
Gubernur Bank Indonesia, Agus Martowardojo, kembali menegaskan normalisasi kebijakan Federal Reserve AS berpotensi memicu capital reversal di Indonesia akibat berlanjutnya defisit neraca transaksi berjalan.
“Yang perlu kita persiapkan, tapering-off akan berakhir pada Oktober 2014. Kita perlu mempersiapkan diri dengan membenahi fundamental secara baik. Jika tidak, ini bisa berdampak pada risiko capital reversal di Indonesia,” kata Agus Marto di Gedung DPR.
Sejauh ini, jelas Agus Marto, pihaknya bersama pemerintah sudah mengupayakan langkah antisipatif sejak pertengahan 2013 dalam upaya menyehatkan neraca transaksi berjalan (current account).
“Kami melihat ada perbaikan dari defisit neraca transaksi berjalan. Tetapi, seharusnya bisa lebih baik lagi. Perbaikan ini karena diimbangi oleh surplus transaksi modal dan finansial,” paparnya.
Dia menyebutkan, defisit transaksi berjalan senilai US$9,1 miliar atau sebesar 4,27 persen dari produk domestik bruto (PDB) sudah lebih baik dibandingkan periode yang sama di 2013, yakni sebesar US$10,1 miliar atau 4,47 persen. “(Kenaikan) Fed fund rate bisa-bisa dilakukan semester pertama 2015, ini juga perlu diwaspadai,” ucapnya.
Guna mengantisipasi dampak buruk global, kata Agus Marto, sudah seharusnya semua pihak memperbaiki kondisi fundamental domestik. “Kalau tidak mempunyai fundamental yang kuat, maka akan ada tekanan yang besar,” jelas mantan menteri keuangan ini.
Dia menambahkan, selama ini BI terus mengintensifkan koordinasi dengan Kementerian Keuangan, Otoritas Jasa Keuangan dan Lembaga Penjamin Simpanan dalam kerangka Forum Komunikasi Stabilitas Sistem Keuangan (FKSSK).
“Selama delapan bulan terakhir kami melakukan stabilisasi secara terpadu yang diharapkan bisa membuat perekonomian lebih sustainable, sehingga meningkatkan minat investasi asing, baik FDI dan portofolio,” katanya sembari menyebutkan bahwa dana masuk hingga pertengahan Agustus 2014 mencapai Rp145 triliun.
Target Kenaikan Saham
Terpilihnya Joko Widodo-Jusuf Kalla sebagai presiden Indonesia ketujuh menyusul pengumuman resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) membuat investor di lantai bursa semakin bergairah. Mahkamah Konstitusi juga menolak gugatan pilpres yang dilayangkan oleh kubu Prabowo-Hatta.
Kim Eng Indonesia, salah satu broker asing mervisi kenaikan target indeks harga saham gabungan (IHSG) untuk jangka panjang menjadi 6.000 poin pada tahun depan.
“Market Indonesia bullish (menguat) dengan target IHSG pada 2015 sebesar 6.000,” tulis riset Kim Eng Indonesia, Kamis (24/7).
Riset tersebut menyebutkan, kebijakan presiden dan wakil presiden terpilih Jokowi-JK akan memicu pertumbuhan ekonomi untuk jangka menengah dan panjang, sehingga berdampak positif pada bursa saham lokal.
Menurut riset Kim Eng, sejumlah sektor saham yang berpotensi menguat dari kebijakan Jokowi-JK adalah infrastruktur, kesehatan, consumer, serta industri properti.
Selain itu, Kim Eng juga merekomendasikan sektor saham komoditas seperti logam, minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) menyusul potensi menguatnya harga di tingkat global.
Kim Eng merekomendasikan sejumlah saham yakni Bank Rakyat Indonesia (BBRI), Adhi Karya (ADHI), PP Persero (PTPP), Jasa Marga (JSMR), Indocement (INTP), Kalbe Farma (KLBF), Vale Indonesia (INCO), Timah (TINS), Astra Agro (AALI), Bumi Mineral (BRMS), Wijaya Karya (WIKA), Semen Indonesia (SMGR), Kimia Farma (KAEF), Siloam (SILO).
Berikutnya Ramayana (RALS), Gudang Garam (GGRM), Tiga Pilar (AISA), Mayora (MYOR), Lippo Cikarang (LPCK), Surya Semesta (SSIA), Mandiri (BMRI), BCA (BBCA), Timah (TINS), London Sumatera (LSIP).
investor kini fokus pada kinerja semester pertama perusahaan tercatat (emiten). Di sisi lain, terpilihnya Joko Widodo dan Jusuf Kalla sebagai presiden dan wakil presiden terpilih direspons positif oleh pelaku pasar, tidak terkecuali investor asing. Ke depan, pelaku pasar menanti susunan kabinet yang akan membantu Joko Widodo dan Jusuf Kalla dalam menjalankan pemerintahan lima tahun ke depan.
Menurut Analis Teknikal Mandiri Sekuritas, IHSG diperdagangkan di atas EMA 200 hari. Indeks memasuki fase konsolidasi dikisaran 5.165 – 4.989. Indeks bergerak menguat 0,19% setelah mengalami koreksi cukup tajam. Hari ini Indeks akan bergerak mixed to up. Indeks bergerak di kisaran support 5.074 dan resistance 5.126.(*)