Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Coca Cola, raksasa produsen minuman ringan asal Amerika Serikat, akan melakukan investasi US$ 500 juta untuk perluasan dan penambahan produksi, pergudangan, distribusi, dan infrastruktur minuman ringan. Investasi itu bakal dilakukan di Indonesia periode 2015-2018.
Rencana investasi tersebut terungkap dalam kesepakatan bisnis yang disaksikan Presiden Joko Widodo (Jokowi) antara para pengusaha Indonesia dan Amerika Serikat (AS) yang digelar Kamar Dagang Amerika Amerika Serikat. Pada kesempatan itu hadir 250 pengusaha dan pengambil kebijakan dari Indonesia dan AS.
Presiden Jokowi hadir di Kantor US Chamber of Commerce (Kamar Dagang AS), Washington DC, Senin waktu setempat (Selasa WIB) untuk sejumlah agenda di antaranya diskusi meja bundar (business roundtable discussion) dengan para pengusaha AS di Library Room Kantor Dagang dan gala dinner dengan mereka.
Presiden Jokowi disambut oleh Presiden Kamar Dagang Tom Donohue, Presiden Dewan Bisnis AS (US ASEAN Business Council) Alex Feldman, dan Presiden UNISINDO Ambassador David Merril. Sedangkan total kesepakatan bisnis yang akan diumumkan maupun ditandatangani sebesar US$ 20,25 miliar, termasuk investasi Coca Cola serta ekspansi dari Philip Morris.
Angka itu terinci dalam dua kesepakatan di antaranya kesepakatan bisnis yang akan diumumkan sebesar US$ 15,705 miliar yakni perjanjian jual beli gas alam cair (LNG) antara Pertamina dan Corpus Christie Liquefaction senilai US$ 13 miliar, untuk pengiriman LNG ke FSRU Lampung bagi kebutuhan gas di wilayah barat Indonesia dan LNG Terminal untuk Indonesia Timur.
Ada pula kesepakatan bisnis antara PT PLN (Persero) dengan General Electric, yaitu antara PLN Gorontalo dengan General Electric dengan nilai sebesar US$ 100 juta untuk pembangunan 100 MW gas turbin dan cydepower di Gorontalo. Di samping itu, rencana pengembangan lahan shale gas Eagle Ford, Fasken milik Swift Energy yang akan dilakukan oleh Saka Energi dengan Swift Energy di Webb County, Texas dengan nilai sebesar US$ 175 juta.
Sebelumnya, The Coca Cola Company telah meresmikan dua lini produksi baru yang berlokasi di Pabrik Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) di Cikedokan, Bekasi, Jawa Barat. Investasi yang dikeluarkan senilai US$ 500 juta dari The Coca Cola Company untuk mempercepat pertumbuhan bisnisnya di pasar Indonesia dalam tiga hingga empat tahun ke depan.
Investasi baru tersebut akan menambah total nilai investasi yang telah mencapai US$ 1,2 miliar yang dilakukan oleh The Coca Cola System di Indonesia selama 25 tahun terakhir.
Muhtar Kent, Chairman and CEO Coca Cola Company mengatakan dia melihat Indonesia sebagai pasar yang menjanjikan dan merupakan salah satu motor pertumbuhan untuk meraih visi jangka panjang perusahaan.
“Investasi senilai US$ 500 juta itu menegaskan kembali keyakinan The Coca Cola Company pada Indonesia dan akan membantu menangkap peluang untuk terus berkembang di salah satu negara terbesar dan paling dinamis di dunia. Dan di saat yang sama memosisikan kami untuk lebih responsif terhadap kebutuhan konsumen dan para mitra bisnis kami. Kami percaya bahwa dengan menciptakan lapangan pekerjaan serta mengupayakan penyerapan tenaga kerja lokal, kami dapat turut mendorong perekonomian serta berkontribusi terhadap pertumbuhan Indonesia,” ujarnya.
Pada bulan Oktober lalu, The Coca Cola Company mengumumkan rencana investasi senilai US$ 500 juta pada anak perusahaan Coca Cola Amatil di Indonesia, dengan kompensasi berupa kepemilikan saham sebesar 29,4%. Adanya penambahan dana investasi kepada CCAI tersebut adalah untuk mendukung akselerasi perluasan sistem produksi, penyimpanan (warehousing) dan infrastruktur untuk pengadaan minuman dingin.
Investasi ini akan menciptakan efek berlipat-ganda terhadap tenaga kerja lokal, meningkatkan penyerapan tenaga kerja oleh The Coca Cola System, baik secara langsung maupun tidak langsung dari perkiraan 60.000 hingga 135.000 orang dalam tiga hingga empat tahun mendatang. Investasi ini akan direalisasikan setelah semua persyaratan berdasarkan peraturan Indonesia terlengkapi.
Dalam tiga tahun terakhir, CCAI telah meresmikan 18 lini produksi baru, menempatkan 150.000 lemari pendingin, serta membangun tiga pusat distribusi raksasa untuk meningkatkan kapasitas dan kapabilitas lokal dengan total nilai investasi lebih dari US$ 300 juta.
Sejak kini hingga 2020, penjualan ritel dari total kategori minuman siap saji non-alkohol secara global diprediksi meningkat hingga US$300 miliar, dan Indonesia mewakili salah satu segmen dengan pertumbuhan terpesat dalam peluang global ini. Dengan populasi lebih dari 240 juta orang, Indonesia menjadi negara dengan populasi terbesar keempat di dunia; memiliki tingkat pertumbuhan di kelas menengah, dengan tingkat konsumsi minuman siap minum non-alkohol yang masih terus berkembang.
The Coca Cola System telah beroperasi di Indonesia selama lebih dari 88 tahun. Saat ini, The Coca Cola System telah memasarkan 16 merek, mengoperasikan 10 pabrik pembotolan di seluruh Indonesia, mempekerjakan secara langsung lebih dari 12.000 masyarakat Indonesia, dengan lebih dari 200 pusat distribusi dan melayani langsung lebih dari 520.000 outlet ritel besar dan kecil setiap minggu.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: