Duniaindustri.com (Januari 2025) — Bank Indonesia dinilai memiliki peran krusial dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui berbagai instrumen kebijakan moneter. Namun, dengan nilai tukar rupiah yang berada di level Rp16.120 per dolar AS pada 9 Januari 2025, perlu dilakukan evaluasi mendalam terhadap efektivitas langkah-langkah yang selama ini diambil.
Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPNVJ, menilai kebijakan mempertahankan suku bunga kebijakan di level yang cukup tinggi belum mampu menahan depresiasi rupiah, sekaligus memberikan tekanan besar pada sektor riil, termasuk pengusaha dan kelas menengah.
“Langkah BI yang mempertahankan suku bunga kebijakan di level tinggi bertujuan menarik modal asing dan menekan inflasi. Namun, langkah ini tampaknya sudah mencapai titik jenuh dalam efektivitasnya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, kemarin.
Ketergantungan pada suku bunga tinggi justru memperlambat laju pertumbuhan ekonomi, menekan daya beli masyarakat, dan membebani dunia usaha. Jika dibandingkan dengan negara-negara kawasan, seperti Thailand yang mempertahankan suku bunga acuan di level 2.50% dan Malaysia di 3.00%, suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) yang saat ini berada di level 6.00% menunjukkan perbedaan yang signifikan.
Meski suku bunga ini bertujuan menarik arus modal asing dan menahan inflasi, efektivitasnya dalam menjaga stabilitas nilai tukar rupiah tetap diragukan, mengingat nilai tukar masih melemah hingga Rp16.120 per dolar AS. Kebijakan ini menambah tekanan pada sektor riil tanpa hasil yang sebanding dalam stabilitas pasar valuta asing.
Dalam konteks ini, Bank Indonesia perlu berinovasi dan keluar dari pendekatan konvensional. Kebijakan moneter harus lebih fleksibel dan adaptif terhadap perubahan situasi global. Misalnya, BI dapat lebih proaktif dalam mendorong penggunaan instrumen derivatif valas untuk manajemen risiko bagi pelaku usaha, memperluas penerapan sistem pembayaran yang sederhana untuk menarik investasi langsung, atau bahkan menjalin kerja sama dengan bank sentral di negara-negara mitra dagang untuk memperkuat likuiditas rupiah dalam perdagangan internasional.
Selain itu, langkah intervensi pasar valas yang dilakukan BI perlu diimbangi dengan diversifikasi cadangan devisa ke instrumen yang lebih likuid dan strategis. Pendekatan ini akan memberikan fleksibilitas lebih besar bagi BI dalam menghadapi volatilitas pasar.
Di sisi lain, pemerintah harus mengambil langkah konkret untuk mendukung stabilitas rupiah. Mengandalkan fundamental ekonomi yang kuat saja tidak cukup jika tidak diiringi dengan kebijakan yang mendukung efisiensi dan daya saing.
Dengan neraca perdagangan yang saat ini tertekan oleh ketergantungan pada barang impor, diversifikasi ekonomi menjadi langkah yang sangat mendesak. Pemerintah perlu mendorong hilirisasi industri yang berbasis sumber daya alam lokal untuk meningkatkan nilai tambah ekspor.
Investasi asing langsung (Foreign Direct Investment/FDI) juga perlu difokuskan pada sektor-sektor strategis yang memberikan dampak jangka panjang terhadap perekonomian.
Reformasi birokrasi dan penyederhanaan regulasi harus lebih diarahkan untuk mendorong kolaborasi antara investor asing dan lokal, menciptakan lapangan kerja, serta mengurangi ketergantungan pada barang impor.
Lebih jauh, pemerintah dapat mengeksplorasi instrumen fiskal baru untuk mendukung stabilitas rupiah. Misalnya, penerapan insentif fiskal berbasis kinerja bagi eksportir yang mampu meningkatkan penerimaan devisa secara signifikan atau pemberlakuan kebijakan wajib valas bagi perusahaan yang memiliki penghasilan dalam dolar.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 304 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 304 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: