Duniaindustri.com (Maret 2014) — PT Sri Rejeki Isman Tbk (SRIL), perusahaan tekstil, berencana mengakuisisi PT 99,9% saham perusahaan pemintalan PT Sinar Pantja Djaja milik PT Kapas Agung Abadi senilai Rp723 miliar.
Rencana ini tertulis dalam keterbukaan informasi. Iwan Setiawan, Direktur Utama Sritex, menuturkan salah satu pertimbangan utama mengakuisisi perusahaan tersebut adalah perseroan ingin menambah kapasitas produksi melalui akuisisi perusahaan tekstil yang sudah berjalan.
Selain itu, lanjutnya, akuisisi tersebut juga dapat mengatasi ketergantungan perseroan terhadap kebutuhan bahan baku dengan memperluas integrasi vertikal melalui ekspansi ke industri hulu tekstil.
“Sinar Pantja Djaja adalah perusahaan pemintalan yang memiliki prospek yang sangat baik sehingga dapat meningkatkan pendapatan perseroan,” tuturnya.
Dia menambahkan perusahaan tersebut juha memiliki manajemen yang baik sehingga selain meningkatkan pendapatan, secara otomatis posisi pangsa pasar Sritex di dalam maupun luar negeri akan meningkat.
Di tengah tertatih-tatihnya industri tekstil dan garmen dalam negeri terhadap serbuan barang impor dan melemahnya daya saing dengan produk luar, rupanya masih ada keyakinan dari PT Pan Brother Tbj (PBRX) untuk mencetak pertumbuhan penjualan dan laba di tahun politik saat ini.
Corporate Secretary PT Pan Brother Tbk Iswar Deni mengatakan, pihaknya mengincar pertumbuhan pendapatan sampai akhir tahun meningkat 30%. Bahkan, perseroan juga menargetkan kontribusi pendapatan hingga lima tahun mendatang sebesar 15%. “Pertumbuhan itu didorong oleh pembangunan tujuh pabrik Pan Brothers. Dalam pembangunan pabrik tersebut, perseroan menyiapkan dana sebesar US$ 60 juta,” ujarnya dalam siaran persnya di Jakarta.
Dia menuturkan, empat pabrik komersial direncanakan beroperasi pada pertengahan tahun ini. Sementara itu, dua pabrik baru komersial direncanakan dapat beroperasi di pertengahan 2015 serta satu pabrik baru komersial yang sudah bisa beroperasi di pertengahan 2016.
Kata Iswar, tujuan pembangunan tujuh pabrik untuk penambahan kapasitas produksi. “Saat ini kami menghasilkan 42 juta potong pakaian pertahun, dengan menambahkan tujuh pabrik maka kita bisa memperoleh 30 juta potong pakaian lagi,” ujarnya.
Ekspor Tekstil
Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) memperkirakan ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) Indonesia pada 2014 mencapai US$ 13,5 miliar – US$ 14 miliar, lebih tinggi dibanding proyeksi tahun ini US$ 13 miliar. Pemulihan permintaan di negara maju dan ekspansi pasar ekspor baru akan mendorong kinerja ekspor 2014.
Hingga akhir tahun ini, API memprediksi ekspor TPT nasional mencapai US$ 13 miliar dengan Amerika Serikat (AS) dan negara Uni Eropa yang menjadi tujuan utama. “Ekspor TPT Indonesia ke AS dan Uni Eropa mencapai 50%, sisanya masuk ke Jepang, Timur Tengah, dan negara Asean lainnya. Hingga akhir 2013 diproyeksikan nilai ekspor TPT mencapai US$13 miliar, meningkat 3% sampai dengan 4% dibandingkan realisasi ekspor pada tahun lalu,” kata Ketua Umum API, Ade Sudrajat.
Produk TPT buatan Indonesia, menurut Ade, sangat disukai konsumen di AS dan Uni Eropa. Hingga saat ini, industri TPT nasional masih memegang peranan strategis dalam mendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
“Nilai ekspor TPT hingga bulan Agustus 2013 mencapai US$8,6 miliar, naik 1,7% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu. Untuk surplus perdagangan TPT tahun ini diproyeksi mencapai US$ 4,7 miliar,” paparnya.
Pada tahun depan, lanjut Ade, pelaku usaha TPT menargetkan peningkatan ekspor sebesar US$13,5 miliar sampai dengan US$14 miliar. Faktor yang paling penting untuk meningkatkan nilai ekspor adalah pelayanan publik yang dilakukan oleh pemerintah.
“Selain meningkatkan pasar ekspor, kami akan meningkatkan penjualan TPT untuk pasar domestik. Nilai penjualan produk TPT untuk pasar domestik bisa mencapai US$7 miliar hingga US$8 miliar atau Rp 80 triliun,” ujarnya.
Ade Sudrajat juga meminta pemerintah mempercepat penandatanganan perjanjian perdagangan bebas antara Indonesia dengan Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa untuk meningkatkan nilai ekspor tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional.
“Kami berharap pemerintah segera merealisasikan free trade dengan AS serta Uni Eropa agar kinerja ekspor TPT bisa meningkat hingga 3 kali lipat. AS dan Uni Eropa adalah pasar ekspor utama produk TPT Indonesia dan rata-rata ekspornya mencapai 50% per tahun dari total ekspor TPT,” katanya.
Presiden Obama, menurut Ade, telah menawarkan free trade kepada pemerintah Indonesia dengan konsep Trans Pasifik Partnership (TPP). Jika Indonesia menandatangani perjanjian dengan AS, maka bea masuk produk TPT akan menurun dan hal ini juga terjadi dengan Uni Eropa.
“TPP dengan AS dan perjanjian dengan Uni Eropa sangat penting dan berpotensi menurunkan nilai bea masuk hingga 5% dari 12% sampai dengan 16%. Sedangkan untuk Uni Eropa, bea masuknya bisa 0% dari 12% hingga 16%,” paparnya.
Vietnam, lanjut Ade, telah mendapatkan keuntungan dari perjanjian TPP dan nilai ekspor TPT Vietnam ke AS dan Uni Eropa terus meningkat dari tahun ke tahun.
“Negara-negara tetangga lainnya selain Vietnam juga bergabung dengan TPP. Di negara Asean ada Vietnam, Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam dan ekspor TPT nasional ke Eropa semakin menurun,” ujarnya.
Ade menambahkan, kinerja ekspor TPT Vietnam semakin meningkat sejak menerapkan konsep TPP. “Vietnam bisa menikmati bea masuk hingga 0% ketika mengekspor produknya ke AS, sedangkan Indonesia harus membayar bea masuk 13% sampai dengan16%,” tandasnya.(*/berbagai sumber)