Duniaindustri.com (September 2024) – Bank Indonesia (BI) menurunkan menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 6 persen dari sebelumnya 6,25 persen. Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, terdapat lima faktor yang menjadi pertimbangan BI dalam menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate.
“Ada lima pertimbangan kenapa kami menurunkan BI-Rate sebesar 25 bps sekarang,” kata Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI di Jakarta, pekan lalu.
Pertimbangan pertama yaitu makin besarnya potensi penurunan suku bunga The Fed atau Fed Fund Rate (FFR). Hingga sejauh ini, BI memperkirakan FFR bakal turun sebanyak tiga kali pada tahun ini dan empat kali pada tahun depan.
“Dengan data terbaru, kemungkinan turunnya adalah September, November, dan Desember tahun ini, masing-masing 25 bps. Untuk tahun depan, ada empat kali di kuartal I dan II,” kata Perry.
Pertimbangan berikutnya yaitu pergerakan rupiah yang belakangan ini cenderung menguat dan stabil. Membaiknya pergerakan rupiah juga menjadi salah satu hasil kejelasan FFR. Faktor lainnya yaitu konsistensi bauran kebijakan moneter BI dan meningkatnya aliran masuk modal asing.
Pertimbangan ketiga, inflasi yang tetap rendah dan berada dalam sasaran 2,5 plus minus 1 persen. Perry meyakini kinerja inflasi juga dipengaruhi oleh koordinasi BI bersama pemerintah pusat maupun daerah melalui gerakan nasional pengendalian inflasi pangan.
Kemudian, seiring dengan turunnya suku bunga acuan, BI yakin pertumbuhan ekonomi tahun ini bakal berada dalam target kisaran 4,7-5,5 persen atau pada titik tengah 5,1 persen.
Pertimbangan terakhir adalah penyaluran kredit pembiayaan perbankan. Dengan menurunnya BI-Rate, diharapkan dapat membuat perbankan makin giat menyalurkan kredit.
“Tidak hanya perbankan, ini juga mendukung fiskal, khususnya untuk pembiayaan fiskal karena imbal hasil (yield) surat berharga negara (SBN) juga akan turun dan rendah, sehingga pembiayaan fiskal itu juga terdukung,” tutur Perry.
Melalui Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI pada 17-18 September 2024, BI menurunkan suku bunga acuan atau BI-Rate sebesar 25 bps menjadi 6 persen. Suku bunga deposit facility dan suku bunga lending facility juga turun 25 bps menjadi masing-masing 5,25 persen dan 6,75 persen.
Seiring dengan itu, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI) akan menurunkan suku bunga kredit secara bertahap setelah Bank Indonesia (BI) dan Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan.
Yohan Setio, Head of Investor Relations BBNI, menjelaskan bahwa langkah BI tersebut tidak terduga, karena sebelumnya BBNI memperkirakan pemangkasan baru akan terjadi pada akhir 2024. “Ternyata dilakukan lebih cepat, bahkan sebelum The Fed,” ujar Yohan.
Yohan menyatakan bahwa BBNI akan menyesuaikan suku bunga simpanan, terutama deposito, sebelum mengevaluasi penurunan suku bunga kredit. Proses ini diperkirakan memakan waktu satu hingga dua kuartal. Menurut Yohan, penurunan suku bunga kredit kemungkinan lebih kecil dibandingkan penurunan suku bunga dana pihak ketiga (DPK).
Yohan optimis bahwa langkah ini akan meningkatkan marjin bunga bersih (NIM) BBNI. Selain itu, BBNI terus menggenjot dana murah (CASA) dengan meluncurkan aplikasi super, Wondr by BNI, yang memudahkan nasabah membuka rekening. Hal ini diharapkan meningkatkan porsi CASA dalam DPK.
Pada semester I 2024, rasio CASA BBNInaik menjadi 70,7%, meningkat dari 69,6% pada periode yang sama tahun sebelumnya. CASA tercatat tumbuh 2,5% year-on-year (yoy) menjadi Rp545,69 triliun. Secara total, DPK BBNI naik 1,0% menjadi Rp772,32 triliun.
Efisiensi biaya dana (CoF) juga membaik, turun menjadi 2,72% pada kuartal II 2024 dari 2,79% di kuartal sebelumnya. NIM pun terdongkrak menjadi 4%, dan Yohan optimis NIM di paruh kedua 2024 akan lebih dari 4%.(*/berbagai sumber/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 298 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 298 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: