Duniaindustri.com (April 2025) — Pasar modal Indonesia dibuka dengan kabar kurang menggembirakan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) langsung terjun bebas saat pembukaan perdagangan hari ini, Selasa, 8 April 2025.
Banyak analis yang menyebut, ini adalah respons pasar terhadap sentimen global yang makin tidak pasti, khususnya soal kebijakan tarif impor Amerika Serikat. Berdasarkan data RTI, IHSG dibuka di level 5.914,28. Namun hanya dalam beberapa menit, indeks langsung turun 9,19 persen atau anjlok 598,55 poin ke level 5.912,02 pada pukul 09.02 WIB.
Volume saham yang diperdagangkan sudah mencapai 1,59 miliar lembar dengan nilai transaksi Rp1,92 triliun di awal sesi. Sebanyak 552 saham melemah, hanya 9 saham yang menguat, dan 65 saham stagnan. Ini menunjukkan tekanan jual yang sangat besar di pasar sejak bel pembukaan berbunyi.
Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat seluruh sektor saham memerah pagi ini. Dua sektor yang paling terpukul dalam perdagangan pagi ini adalah teknologi dan material dasar. Masing-masing turun 10,38 persen dan 10,07 persen. Sementara itu, hanya sektor industri yang mengalami penurunan terendah yakni 4,27 persen.
Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, menjelaskan pasar keuangan Indonesia kembali diguncang tekanan jual masif pada Selasa, 8 April 2025. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok hingga memicu penghentian sementara perdagangan (trading halt).
Meski sempat dibuka kembali, indeks tetap terjebak di zona merah dengan pelemahan signifikan. Banyak analis menyebut sentimen negatif dari pasar AS dan Eropa sebagai biang keladi. Penurunan yang begitu drastis, melampaui ambang batas wajar, memaksa otoritas bursa mengambil langkah darurat: trading halt atau penghentian sementara perdagangan.
“Sebuah sinyal bahaya yang tak bisa diabaikan, menandakan kepanikan luar biasa di kalangan pelaku pasar. Setelah jeda singkat untuk mendinginkan suasana, perdagangan dibuka kembali, namun luka belum pulih. Indeks tetap terkapar di zona merah, mengonfirmasi bahwa tekanan jual masih sangat kuat,” paparnya.
Namun, pertanyaan kritis tetap menganga: mengapa IHSG jatuh lebih dalam dibandingkan bursa saham regional seperti Singapura, Malaysia, atau Thailand?
Jawabannya tidak hanya terletak pada guncangan global, tetapi pada kerapuhan struktural pasar keuangan Indonesia dan sikap reaktif otoritas yang abai membangun ketahanan sistemik.
Penurunan tajam di pasar AS dan Eropa pada Senin, 7 April 2025, menjadi pemicu awal kepanikan di Asia. Indeks pan-Eropa STOXX 600 anjlok 4,5%, disusul penurunan serupa di London (FTSE 100 -4,38%) dan Paris (CAC 40 -4,78%).
Di AS, Dow Jones kehilangan 0,91%, meski Nasdaq masih bertahan di wilayah positif. Guncangan ini memang berdampak pada pasar Asia, termasuk Indonesia. Namun, klaim bahwa IHSG hanya menjadi “korban pasif” dari gejolak global adalah penyederhanaan yang berbahaya.
Faktanya, pasar saham regional seperti Malaysia (KLCI) dan Filipina (PSEi) hanya mengalami koreksi moderat, sementara IHSG terjerembap lebih dalam. Hal ini mengindikasikan bahwa masalah utama bukan hanya pada arus global, melainkan pada kerentanan spesifik Indonesia. Sebagai pasar berkembang (emerging market), Indonesia memang rentan terhadap aliran modal asing yang fluktuatif.
Tapi mengapa negara dengan fundamental makro “cukup sehat” seperti Indonesia justru lebih rapuh dibandingkan negara ASEAN lain?
Di sinilah kita perlu menggali lebih dalam, mencari akar masalah yang mungkin tersembunyi di balik permukaan. Penurunan IHSG yang berlebihan ini bisa jadi merupakan manifestasi dari kombinasi berbagai faktor internal yang membuat pasar kita lebih rentan terhadap guncangan.
Salah satu faktor yang patut dicermati adalah komposisi investor di BEI. Dominasi investor ritel yang cenderung lebih mudah panik dan mengikuti sentimen jangka pendek, ditambah dengan porsi investor asing yang signifikan dengan aliran dana bersifat hot money (mudah masuk dan keluar), menciptakan struktur pasar yang kurang stabil.
Ketika sentimen global memburuk, investor asing cenderung menarik dananya (capital outflow) dari pasar negara berkembang yang dianggap lebih berisiko, sementara investor ritel lokal ikut panik menjual (panic selling), menciptakan efek bola salju yang menekan indeks secara drastis.
Berbeda dengan pasar lain yang memiliki basis investor institusional domestik yang lebih kuat dan berorientasi jangka panjang, yang bisa berfungsi sebagai penahan (buffer) saat terjadi gejolak. Faktor lain yang mungkin berperan adalah isu likuiditas dan struktur pasar itu sendiri. (*/berbagai sumber/tim redaksi 06)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 305 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 305 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: