Latest News
You are here: Home | Elektronik | Semikonduktor Langka Selama Pandemi, Padahal Vital Bagi Remote Working, AI, dan Electric Vehicle
Semikonduktor Langka Selama Pandemi, Padahal Vital Bagi Remote Working, AI, dan Electric Vehicle

Semikonduktor Langka Selama Pandemi, Padahal Vital Bagi Remote Working, AI, dan Electric Vehicle

Duniaindustri.com (Desember 2022) – Prospek bisnis industri semikonduktor di Indonesia memiliki peluang yang sangat besar. Industri ini sempat mengalami kelangkaan saat pandemi, padahal semikonduktor sangat dibutuhkan di era kecerdasan buatan saat ini terutama untuk remote working, artificial intelligence (AI), hingga electrical vehicle.

Indonesia perlu mempercepat pembangunan ekosistem industri semikonduktor dalam upaya memenuhi kebutuhan pasar domestik yang semakin melonjak. Langkah strategis ini akan menopang peningkatan produktivitas dan daya saing sejumlah sektor industri manufaktur yang membutuhkan semikonduktor sebagai komponen utamanya.

“Pembangunan ekosistem industri semikonduktor ini sejalan dengan target Making Indonesia 4.0. Oleh karena itu, kami kerahkan kemampuan bangsa dari ahli elektronik hingga mikroelektronik,” kata Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kementerian Perindustrian, Taufiek Bawazier di Jakarta, kemarin.

Taufiek mengungkapkan, Indonesia pernah memiliki pabrik semikonduktor pada tahun 1986 silam. Bahkan, mampu ekspor dalam bentuk chip semikonduktor yang nilainya mencapai Rp 135 juta pada masa itu.

“Oleh karenanya, upaya membangun kembali industri semikonduktor di era kecerdasan buatan atau artificial intelligence ini menjadi peluang yang sangat besar. Sebab, butuh peta jalan 10-20 tahun ke depan tentang industri semikonduktor yang bisa mengisi kebutuhan dalam negeri,” paparnya.

Menurut Taufiek, Kemenperin sedang menyiapkan pusat desain semikonduktor di Bandung, Jawa Barat. “Seluruh universitas dan akademisi akan masuk dalam skema ekosistem tersebut,” ujarnya.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kimia Farmasi dan Tekstil (IKFT) Ignatius Warsito mengatakan, industri semikonduktor menghasilkan komponen vital dari teknologi di tengah megatrend seperti remote working, artificial intelligence (AI) dan electric vehicle (EV). “Semikonduktor diproduksi sebagai komponen peralatan listrik/elektronik seperti dioda, integrated circuit (IC) dan transistor,” ujarnya.

Adapun silikon menjadi material building block bagi industri semikonduktor. Silikon dapat dihasilkan dari pengolahan bahan baku silika (SiO2), antara lain pasir silika, kuarsit, dan batu kuarsa dengan beragam proses. “Tetapi saat ini belum ada industri pengolahan silika hingga wafer silikon (1-5) di Indonesia,” ungkap Warsito.

Untuk itu, Kemenperin terus berupaya menguasai industri strategis mulai dari sektor hulu, intermediate, hingga hilir, termasuk dalam pengembangan industri semikonduktor. Langkah ini perlu diikuti dengan kebijakan strategis yang menunjang iklim usaha yang kondusif.

“Investasi industri hulu intermediate seperti MG-Si dengan kapasitas 32 ribu metrik ton per tahun butuh USD 300 juta. Untuk industri polysilicon dengan kapasitas 6.500 metrik ton per tahun membutuhkan dana USD 373 juta. Sedangkan industri ingot monocry monocrystalline dan wafer silicon butuh investasi USD 85 juta,” sebutnya.

Presiden Direktur PT Astra Visteon Indonesia, Prihantanto Agung mengibaratkan sektor industri semikonduktor seperti kecil-kecil cabai rawit. Barangnya kecil tetapi menentukan dalam proses produksi otomotif. “Barangnya kecil harganya cuma 0,1 dolar, namun bisa membuat kami jualan mobil yang harganya ratusan juta,” ujarnya.

Selama pandemi, lanjut Prihantanto, rantai pasok semikonduktor global terputus dan berdampak bagi sektor otomotif di Indonesia. “Ini memukul industri kami,” tuturnya. Harga semikonduktor yang semula sekitar USD 0,1 melonjak berkali lipat hingga menyentuh USD 9-25.

Bagi industri otomotif produk otomotif tidak akan jalan tanpa semikonduktor. “Terpaksa kami beli. Kalau tidak, industri mobil bisa mati,” imbuhnya.

Country Manager Indonesia STMicroelectronics, Slamet Wahyudi mengatakan, bahan baku utama semikonduktor, foundry, sekitar 56 persen dikuasai TSMC. Kemudian Samsung 16 persen, UMC 7 persen, Global Foundry 6 persen, SMIC 4 persen, dan lainnya 12 persen.

“Proses manufaktur setelah foundry ada beberapa proses yang dikerjakan oleh robot dan diawasi oleh manusia. Ada beberapa orang Indonesia yang bekerja di bagian research and development (R&D),” kata Slamet.

Menurut dia, ekosistem semikonduktor perlu penguatan pada proses R&D agar dapat berkembang dan dikomersialisasikan. Langkah baik tersebut sudah dipraktikkan oleh Singapura dan Malaysia.

Director of Enterprise Intel Indonesia Corporation, Fransiskus Leonardus mengungkapkan menurut perhitungan Intel pembuatan pabrik manufaktur pada periode 2020 membutuhkan nilai investasi sebesar USD 10-15 miliar. “Jumlah tersebut mengalami kenaikan dibandingkan pada 2010 dengan nilai investasi sebesar USD 6 miliar,” ujarnya.

Di sisi lain, Intel mendukung penuh pengembangan industri semikonduktor dalam negeri yang akan ditindaklanjuti oleh Kemenperin melalui nota kesepahaman, antara lain untuk membangun sumber daya manusia (SDM) yang mampu melakukan desain chip.

“Sebab, dalam proses desain semikonduktor hal yang perlu diperkuat adalah dari sisi R&D, termasuk penyiapan SDM. Selama ini belum ada desain made in Indonesia. Negara tetangga seperti Malaysia sudah memiliki desain tersendiri. Bahkan, satu negara tertentu bisa memiliki lebih dari 20 desain,” ungkap Fransiskus.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 259 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 259 database, klik di sini
  • Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

Atau simak video berikut ini:

Contoh testimoni hasil survei daerah:

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top