Duniaindustri.com (September 2018) – Industri pendukung otomotif pada semester II 2018 menawarkan prospek bisnis yang cukup cerah. Terbukti trend akuisisi di sektor industri ini relatif marak karena ditopang outlook pertumbuhan yang prospektif.
Hal itu ikut didukung prospek industri otomotif yang masih diperkirakan tumbuh positif di Indonesia, menyusul faktor dominan bahwa industri otomotif (mobil dan motor) masih menjadi alat transportasi utama masyarakat. Seiring dengan itu, perkembangan teknologi digital di sektor otomotif ikut menumbuhkan minat konsumen untuk menjaga kesinambungan permintaan di sektor industri ini.
Dampak berantai prospek positif industri otomotif ikut menular pada industri pendukungnya, mulai dari komponen motor, mobil, oli pelumas, velg, ban, cat, busi, hingga industri multifinance, asuransi, dan lainnya. Pada semester II 2018, Duniaindustri.com mencatat sedikitnya ada dua akuisisi dengan nilai besar di industri pendukung otomotif.
Pertama, Zurich Insurance Group (Zurich) mengakuisisi 80% kepemilikan PT Asuransi Adira Dinamika (Adira Insurance). Total nilai transaksi akuisisi ini mencapai US$ 414 juta atau sekitar Rp 6,15 triliun. Transaksi juga mencakup dua perjanjian kerja sama strategis jangka panjang dengan Bank Danamon dan Adira Finance, perusahaan penyedia solusi pembiayaan sepeda motor dan mobil terbesar kedua di Indonesia.
Dari transaksi ini, Zurich akan menjadi perusahaan asuransi umum patungan terbesar di Indonesia. “Zurich menjadikan Asia Pasifik sebagai mesin pertumbuhan utama untuk Grup, dan Indonesia adalah pasar utama bagi kami. Transaksi hari ini membuktikan komitmen kami kepada Indonesia dan merupakan peluang yang baik untuk memperluas keberadaan kami di wilayah ini, dan membantu lebih banyak lagi nasabah untuk memenuhi kebutuhan asuransi mereka,” kata Jack Howell, Chief Executive Officer Zurich untuk Asia Pasifik dalam siaran pers.
Dia menuturkan alasan membangun kemitraan dengan Bank Danamon dan Adira Finance karena kedua perusahaan merupakan merek yang sudah sangat dikenal dan memiliki jaringan distribusi yang luas. Ini akan dikombinasikan dengan keahlian Zurich dalam hal underwriting dan manajemen risiko yang sudah punya reputasi internasional.
Indonesia merupakan salah satu pasar asuransi paling menarik di dunia. Selain itu juga merupakan perekonomian terbesar di Asia Tenggara dengan potensi pertumbuhan yang kuat dan jumlah masyarakat kelas menengah yang berkembang pesat.
Faktor-faktor ini, ditambah dengan tingkat penetrasi asuransi yang rendah, menghadirkan potensi pertumbuhan yang signifikan untuk pasar asuransi. Asuransi Adira didirikan pada 1996, saat ini sudah membukukan premi bruto sebesar 158 juta dolar AS pada tahun 2017. Setelah selesai, Zurich akan memegang 80% kepemilikan Asuransi Adira, dan Bank Danamon akan memiliki 20%.
Kedua, PT Nipress Tbk (NIPS) berencana menjual saham anak perusahaan, PT Nipress Energi Otomotif (NEO) kepada Johnson Controls Battery Investment, LLC (JCBI). Langkah ini ditandai dengan penandatanganan persyaratan jual beli pertama dan kedua, share subcription agreement (SSA), option agreement, antara perseroan dan JCBI pada 28 Agustus 2018.
JCBI telah melakukan penilaian-penilaian dan evaluasi terhadap NEO dengan kesimpulan enterprise value (EV) NEO dinilai sekitar US$75 juta atau ekuivalen Rp1,1 triliun. Nilai tersebut setara dengan 18,5 kali nilai ebitda NEO pada 2017. EV ini akan dijadikan acuan untuk menentukan nilai transaksi. “Rencana transaksi akan dilakukan setelah terpenuhinya seluruh syarat yang diatur oleh perjanjian jual beli pertama dan kedua, termasuk diperolehnya persetujuan dari instanssi pemerintah yang berwenang,” tutur Direktur Utama Jackson Tandiono, dalam keterbukaan informasi.
Dia menambahkan, perjanjian jual beli yang pertama berisi mengenai rencana penjualan 10 lembar saham kepemilikan NIPS di NEO kepada JCBI dan SSA berisi mengenai rencana penerbitan 14.865 lembar saham baru NEO yang akan dibeli oleh JCBI.
Selanjutnya, perjanjian jual beli yang kedua berisi mengenai rencana penjualan 24.993 lembar saham kepemilikan NIPS di NEO kepada JCBI. “Setelah rencana transaksi tersebut berhasil dilakukan, maka total kepemilikan saham JCBI di NEO adalah sebesar 24,50%,” ujarnya.
Selain itu, penyertaan saham NIPS di NEO akan berkurang sebesar 24,50% dari awalnya 99,99% menjadi 75,50%. Akan tetap, NIPS akan tetap memiliki pengendalian di NEO. “Dengan adanya pengurangan kepemilikan tersebut, maka berakibat penurunan pendapatan dividen NIPS dari NEO di masa mendatang. Namun, NIPS mendapatkan aliran dana yang akan digunakan untuk menambah modal kerja perusahaan,” jelas dia.
Sementara, option agreement berisi mengenai pemberian call option kepada JCBI untuk membeli saham kepemilikan NIPS di NEO dengan jumlah lembar saham tersebut, harga per lembar saham tertentu dan dalam periode waktu tertentu.
NEO melihat adanya potensi sinergi yang positiif dan eksponensial dalam perkembangan industri aki baik di pasar domestik maupun internasional, diiringi dengan perkembangan teknologi aki yang sangat maju mengikuti perkembangan teknologi kendaraan bermotor, sehingga NEO berusaha menggandeng JCBI sebagai pesuplai aki berteknologi tinggi terbesar di dunia.
“Dengan menjalin kerja sama dengan JCBI, maka NEO akan dapat membuka pangsa pasar di pasar global untuk aki kendaraan roda dua dan memperbesar peluang aki kendaraan bermotor roda empat komersial di pasar ASEAN, sehingga berdampak pada peningkatan performa NIPS di masa mendatang,” paparnya.(*/berbagai sumber/Danang F/tim redaksi 04)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: