Duniaindustri.com (Agustus 2015) – PT Semen Indonesia Tbk (SMGR) berencana membeli kembali (buyback) sahamnya senilai lebih dari Rp 1 triliun seiring anjloknya harga saham produsen semen terbesar itu. Akibatnya, harga saham Semen Indonesia naik Rp 950 (12,34%) menjadi Rp 8.650 hingga pukul 15.00 WIB perdagangan 26 Agustus 2015, kenaikan harga harian terbesar sepanjang sejarah perusahaan.
“Dalam waktu dekat kami akan melakukan buyback, sebab kami tidak ingin kehilangan momentum,” ungkap Direktur Keuangan Semen Indonesia, Ahyanizzaman, seperti dikutip Reuters.com. Namun, ia mengakui, perseroan belum menunjuk broker untuk keperluan aksi korporasi itu.
Harga saham Semen Indonesia anjlok lebih dari 50% dalam tahun ini, seiring pelemahan ekonomi domestik dan meningkatnya kompetisi.
Sementara itu, masih menurut Reuters, mengutip para eksekutif sejumlah BUMN, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), dan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA)belum memutuskan apakah akan melakukan pembelian kembali saham mereka yang juga mengalami penurunan.
Sekitar 13 BUMN akan melakukan pembelian kembali sahamnya dengan dana minimum yang disiapkan sekitar Rp 10 triliun. Strategi itu dilakukan untuk mengantisipasi kejatuhan harga saham BUMN terseret kepanikan investor global akibat kebijakan pemerintah China mendevaluasi nilai tukar yuan.
Menteri BUMN Rini Soemarno mengatakan sekitar 13 BUMN akan melakukan pembelian kembali sahamnya. Menurut Rini, dana minimum yang disiapkan untuk merealisasikan buyback mencapai Rp 10 triliun.
Dua bank BUMN, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), hingga kemarin mengaku belum membeli kembali atau buyback saham di Bursa Efek Indonesia, karena masih melihat kondisi pasar.
“Kami pada posisi wait and see. Harga saham Selasa rebound. Jadi, buyback belum dieksekusi, tapi saham sudah menguat,” kata Direktur Utama (Dirut) BRI Asmawi Syam.
Dalam kondisi pasar saham sedang bergejolak seperti saat ini, menurut Asmawi, BRI tentu tidak menunggu saham merosot lebih dalam. Namun demikian, pertimbangan melakukan buyback juga disesuaikan dengan kondisi global, karena pemegang saham BRI didominasi investor asing. “Kami siap, tetapi melihat situasi dan sentimen di pasar saham juga,” ujar dia.(*/berbagai sumber)