Duniaindustri.com (Oktober 2015) – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR), BUMN produsen semen dengan pangsa pasar terbesar di Indonesia, telah merealisasikan dana belanja modal (capex) sebesar Rp5,44 triliun hingga Oktober 2015, atau setara 68% dari total capex Rp 8 triliun tahun ini. Alokasi terbesar dari belanja modal yang telah terpakai antara lain untuk membangun pabrik baru semen di Rembang dan Indarung serta pembangkit listrik di Tuban sebesar 30,6 megawatt.
“Sudah 68% dana belanja modal yang terealisasi di tahun ini,” kata Direktur Utama Semen Indonesia Suparni.
Belanja modal yang sudah terealisasi 68% itu, dia menyebutkan, paling utama untuk pembangunan pabrik baru di Rembang, Jawa Tengah (Jateng) dan Indarung, Sumatera Barat (Sumbar).
Selain membangun pabrik, dana belanja modal juga digunakan untuk packing plant di Pontianak dan Balikpapan, serta membangun pembangkit listrik yang memanfaatkan gas buang atau Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) di Tuban sebesar 30,6 Megawatt (MW).
“Jadi dengan bangun listrik di Tuban, tidak perlu minyak dan batubara lagi untuk mengerjakan proyek-proyek besar kami,” kata dia.
Pada tahun depan, lanjut Suparni, perseroan bakal menganggarkan dana belanja modal sebesar Rp5 triliun. Jikalau dibutuhkan dana tambahan, maka perseroan bakal menambah dana belanja modal tersebut.
“Kalaupun ada tambahan, mungkin dana belanja modal akan ditambahkan, tapi kami anggarkan untuk tahun depan sebesar Rp5 triliun,” jelas Suparni.
Pabrik Baru
Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyatakan lima pabrik baru semen beroperasi semester II 2015. Dengan demikian, industri semen nasional berpotensi memperoleh tambahan kapasitas produksi sekitar 11 juta ton pada semester II 2015.
Namun, di sisi lain tambahan produksi itu berpeluang membuat pasar semen nasional kelebihan pasokan (oversupply) menyusul pelemahan permintaan hingga Juli tahun ini.
Widodo Santoso, Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI), mengatakan pada semester II 2015 terdapat lima produsen yang siap mengoperasikan pabrik barunya di sejumlah wilayah di Indonesia. Pabrik baru tersebut antara lain Semen Bosowa dengan kapasitas produksi sebanyak 3 juta ton per tahun, PT Semen Holcim Indonesia Tbk (SMCB) dengan kapasitas produksi sekitar 1,7 juta ton per tahun, Semen Merah Putih 3 juta ton per tahun, Semen Jawa 1,7 juta ton per tahun, dan Anhui Conch Cement sebanyak 1,7 juta ton per tahun.
“Dengan demikian, maka pada semester II tahun ini industri semen akan memperoleh tambahan kapasitas sekitar 11 juta ton,” kata Widodo.
Tambahan kapasitas baru tersebut akan meningkatkan total kapasitas pabrik semen dalam negeri tahun ini menjadi 75 juta ton, melebihi jumlah permintaan semen nasional yang diperkirakan sebesar 62,9 juta ton atau mungkin melemah menjadi 58 juta – 60 juta ton seiring dengan pelemahan daya beli masyarakat saat ini.
“Kondisi oversupply sangat merisaukan para produsen semen. Sehingga kami berharap proyek infrastruktur yang diprogramkan pemerintah bisa segara terealisasi pada semester II ini sehingga bisa sedikit menyerap pasokan yang berlebih,” kata Widodo.
Menurut dia, jika proyek infrastruktur tidak segera berjalan, sementara pabrik baru mulai beroperasi, maka jumlah pasokan semen yang diproduksi di dalam negeri akan semakin besar dan terjadi oversupply hingga 2020. Jika tahun ini kapasitas produksi dalam negeri sekitar 75 juta ton, tahun depan jumlahnya diperkirakan kembali meningkat menjadi 92,8 juta ton dengan beroperasinya beberapa pabrik baru seperti pabrik PT Semen Padang, PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP) dan PT Semen Indonesia Tbk (SMGR). Sementara permintaan semen nasional pada 2016 diperkirakan hanya sekitar 69 juta ton dengan asumsi permintaan semen tumbuh 8% dengan catatan pembangunan infrastruktur berjalan normal.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: