Duniaindustri.com (September 2016) – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk (SMGR) gagal mengakuisisi saham Holcim (Lanka) Limited di Sri Lanka karena kalah dalam penawaran tender. Adalah Siam City Cement, raksasa semen asal Thailand, yang berhasil merebut 99% saham Holcim Lanka.
Tidak tanggung-tanggung, Siam City Cement menggelontorkan investasi US$ 400 juta untuk menggaet 99% saham Holcim Lanka.
“Kami kalah tender di Sri Lanka karena Siam City Cement pasang harga gila-gilaan,” kata Direktur Utama Semen Indonesia Rizkan Chandra.
Dari delapan peserta lelang, kata Rizkan, hanya Siam City yang mengajukan harga penawaran secara bombastis. Sementara itu, tujuh perusahaan semen lainnya menawarkan harga yang lebih realistis dengan selisih pengajuan yang tidak terlalu jauh.
“Harga yang diajukan Siam City itu anomali. Karena harga terendah dari tujuh peserta tender lainnya itu hanya US$ 240 juta,” jelasnya.
Sebagai informasi, Siam City Cement merupakan perusahaan yang terbentuk pada 1969 dan mulai memproduksi semen pada 1972. Perusahaan semen ini kemudian melantai di Bursa Efek Thailand pada 1977.
Dalam beberapa tahun terakhir, Siam City melakukan ekspansi bisnis yang sangat pesat dan menjadi pesaing utama Siam Cement di negara asalnya. Bahkan, Siam City terus melebarkan sayap usahanya hingga masuk ke Indonesia, Kamboja dan Bangladesh.
Kekalahan ini, kata Rizkan Chandra, tidak membuat Semen Indonesia patah semangat. Dia menegaskan, perseroan tidak akan mengendurkan rencana ekspansinya di regional Asean meski di Indonesia tengah dihantam masalah kelebihan produksi semen akibat penurunan permintaan.
Untuk itu, kata Rizkan, Semen Indonesia terpaksa harus mencari lokasi strategis baru selain di Sri Lanka guna merealisasikan rencana ekspansi tersebut. “Akhir tahun ini ada satu (pabrik baru) lah,” kata Rizkan.
Menurut Rizkan, mendirikan pabrik baru di kawasan Asean merupakan salah satu strategi perseroan untuk bisa bertahan di tengah pemburukan pasar semen nasional. Namun, hanya negara-negara tetangga yang tidak punya sumber daya batu kapur yang akan dijajaki. Tujuan utamanya selain memperluas pasar adalah untuk memanfaatkan produksi bahan baku semen (klinker) yang berlebih di dalam negeri.
Sayangnya, Rizkan enggan menyebutkan negara-negara yang menjadi sasaran ekspansi Smeen Indonesia. Dia juga belum mau membocorkan jumlah modal yang disiapkan untuk mendukung ekspansi tersebut.
“Intinya kita sedang cari tempat-tempat yang tidak punya batu kapur sehingga klinkernya bisa dikirim dari Indonesia,” jelasnya.
Sebelumnya, Semen Indonesia menargetkan produksi hingga 100 juta ton pada 2030. Untuk itu, perseroan telah melakukan eskpansi dengan mengakusisi saham mayoritas perusahaan semen di Myanmar dan Vietnam. Selain itu, perusahaan juga membangun pabrik baru di Rembang, Jawa Tengah.(*/berbagai sumber/tim redaksi 02)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: