Duniaindustri (Desember 2012) – Ternyata bukan hanya pemain global yang mencaplok perusahaan Indonesia, tapi sebaliknya. PT Semen Gresik Tbk, BUMN produsen semen terbesar di Indonesia, mampu mengakuisisi 70% saham Thang Long Cement Joint Stock Company (TLCC) yang dimiliki Ha Noi General Export-Import Joint Stock Company (Geleximco), perusahaan asal Vietnam, senilai US$ 157 juta. Akuisisi tersebut menunjukkan kemampuan BUMN Indonesia berkancah di pasar global.
Dirut Semen Gresik Dwi Soetjipto dalam siaran pers mengatakan, aksi korporasi itu menindaklanjuti penandatanganan perjanjian jual beli bersyarat (CSPA) pada 14 November 2012. Dalam perjanjian tersebut, Geleximco dan Semen Gresik telah memenuhi semua persyaratan yang diatur dalam CSPA, dan telah berhasil mencapai kesepakatan pengambilalihan Thang Long Cement.
Thang Long Cement merupakan salah satu produsen semen terkemuka di Vietnam dengan total kapasitas produksi 2,3 juta ton semen per tahun. Perusahaan Vietnam itu berlokasi di Provinsi Quang Ninh dengan pabrik penggilingan yang terletak di pinggiran kota Ho Chi Minh dan memiliki cadangan deposit batu kapur sekitar 76 juta ton.
“Pabrik semen Thang Long Cement di Quang Ninh berdekatan dengan pelabuhan laut Cai-Lan dan pabrik penggilingan ke jalur transportasi sungai Delta Mekong, serta jalan raya antar-daerah dan pelabuhan internasional, ini menjadikan sistem distribusi akan efektif dan efisien,” papar Dwi Soetjipto.
Selain itu, Thang Long Cement memiliki potensi untuk mengembangkan dua pabrik semen baru di provinsi Quang Ninh dan Binh Phuoc, dengan didukung deposit batu kapur lebih dari 200 juta ton.
Menurut dia, hal itu akan membuka peluang untuk memenuhi permintaan pasar domestik yang terus meningkat di Vietnam serta memiliki kesempatan untuk memenuhi kekurangan pasokan di pasar Indonesia.
Setelah akuisisi, Thang Long Cement akan menjadi anak usaha Semen Gresik dan laporan keuangan akan dikonsolidasikan ke perseroan. “Dalam beberapa minggu ke depan, Semen Gresik akan menempatkan wakil-wakilnya untuk mengisi posisi ‘Board of management’ dan Direktur di Thang Long Cement,” kata dia.
Selain Vietnam, Semen Gresik juga merancang perluasan usaha di Myanmar. Semen Gresik berniat membangun pabrik semen di Myanmar berkapasitas 1,5-2 juta ton dengan perkiraan investasi US$ 300 juta. Ekspansi itu ditujukan untuk menangkap peluang pertumbuhan penjualan semen di Myanmar seiring prospektifnya perekonomian negara tersebut.
Direktur Keuangan Semen Gresik Ahyanizzaman mengatakan, “Tahun depan baru akan dibangun, karena kita fokus untuk optimalisasi kebutuhan domestik terlebih dahulu.”
Dana untuk pembangunan pabrik semen di Myanmar itu akan berasal dari pinjaman perbankan serta obligasi. Hingga semester I-2012, perseroan memiliki dana sebesar Rp3,8 triliun. Hingga semester I-2012, Semen Gresik sudah merealisasikan belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar US$ 180 juta atau 60% dari anggaran tahun ini sebesar US$ 300 juta. “Tahun depan, kami menganggarkan belanja modal sebesar US$ 500-600 juta,” tuturnya.
Semen Gresik juga sedang merancang ekspansi pembangunan pabrik di Manokwari, Papua, dengan kapasitas 600 ribu ton senilai Rp 1,2 triliun. Selain itu, Semen Gresik juga akan membangun pabrik pengemasan semen curah (packing plant). “Total investasi mencapai Rp 1,2 triliun,” ujar Direktur Utama Semen Gresik Dwi Sutjipto.
Semen Gresik juga akan membangun dermaga sepanjang 150 meter, yang mampu menampung kapal berbobot 10.000 dead weight ton (DWT). Ekspansi Semen Gresik untuk mengejar pertumbuhan penjualan domestik yang pada 2011 melonjak melewati proyeksi. Berdasarkan data Asosiasi Semen Indonesia (ASI), penjualan semen di Indonesia pada 2011 mencapai 48.000.345 ton, naik 17,7% dibanding 2010 sebanyak 40,78 juta ton.
Pertumbuhan penjualan semen tertinggi masih terjadi di Pulau Jawa, khususnya di Banten dan Yogyakarta. Penjualan semen di Pulau Jawa mencapai 26,5 juta ton di 2011, melonjak 20,5% dibanding 2010 sebesar 21,99 juta ton. Penjualan semen di Banten melesat 32,9% di 2011, di Yogyakarta naik 24,6%, di Jakarta naik 21,2%.
Semula, ASI hanya menaksir penjualan semen di 2011 hanya naik 6%. ASI sebelumnya menyatakan, penjualan semen nasional pada tahun lalu cukup stabil, atau linear dengan pertumbuhan ekonomi nasional. Sekitar 60-65% penjualan semen masih didominasi Pulau Jawa, sisanya di luar Pulau Jawa.
Penjualan semen nasional pada 2011 berpotensi naik 6% menjadi 43 juta ton dibandingkan tahun 2010. Ternyata, penjualan semen di 2011 menembus 48 juta ton atau setara Rp 48 triliun. Nilai pasar semen di Indonesia dibuat berdasarkan perhitungan tim redaksi duniaindustri dengan mempertimbangkan volume penjualan semen dikalikan harga rata-rata per sak semen yang berisi 50 kilogram. Satu ton semen setara dengan 20 sak berisi 50 kilogram semen.
Data Asosiasi Semen Indonesia (ASI) menyebutkan, penjualan semen di Indonesia 2010 sebanyak 40,7 juta ton atau meningkat 6% dari tahun 2009 sebesar 38,4 juta ton. Rata-rata harga semen buatan PT Semen Gresik Tbk berada di kisaran Rp 50.000 per sak isi 50 kilogram (kg) pada 2010. PT Semen Bosowa menjual produksinya seharga Rp 50.000 per sak isi 50 kg.
Sedangkan Semen Tiga Roda produksi PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk dijual Rp 48.000 hingga Rp 49.000 per sak. Sementara harga jual semen produksi PT Semen Tonasa dan PT Semen Padang berkisar Rp 52.000 hingga Rp 53.000 per sak. Harga Semen Gresik dan Semen Tonasa lebih mahal karena masyarakat sekitar lebih banyak mengkonsumsi kedua merek tersebut.
Pada 2010, PT Indocement Tunggal Perkasa Tbk memiliki pangsa 31% di Indonesia, kedua terbesar setelah Semen Gresik Group (PT Semen Gresik Tbk, PT Semen Padang, dan PT Semen Tonasa), yang menguasai 43% pasar semen nasional, PT Holcim Indonesia Tbk dengan pangsa 14%, dan produsen lainnya seperti PT Semen Bosowa, PT Semen Andalas, PT Semen Baturaja 12%.(Tim redaksi 03/berbagai sumber)