Duniaindustri.com (September 2021) – Sektor pendidikan – yang menjadi salah satu sektor tertinggal akibat pandemic Covid-19 – mulai menggeliat dengan uji coba pembelajaran tatap muka di sejumlah kota besar. Seiring dengan itu, relaksasi kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) yang dimulai pertengahan Agustus 2021 mendorong perubahan mobilitas penduduk.
Indikator mulai menggeliatnya sektor pendidikan terlihat dari kenaikan inflasi terutama didorong sektor pendidikan. Deputi Bidang Statistik, Distribusi dan Jasa BPS, Setianto, mengatakan inflasi yang terjadi di bulan Agustus disebabkan oleh kenaikan biaya pendidikan. Tercatat besaran inflasi pada kelompok pengeluaran pendidikan pada periode itu adalah sebesar 1,20 persen dengan andil terhadap total inflasi sebesar 0,07 persen.
“Inflasi yang terjadi karena adanya kenaikan beberapa harga komoditas dan seperti diketahui bulan Agustus adalah tahun ajaran baru dimana terjadi kenaikan biaya pendidikan dari SD, SMP, SMA hingga perguruan tinggi,” kata Setianto dalam konferensi pers virtual, Rabu (1/9).
Dari 90 kota IHK (Indeks Harga Konsumen) yang disurvei BPS, terdapat 34 kota mengalami inflasi dan 56 kota mengalami deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di kota Kendari dengan besaran mencapai 0,62 persen. Kemudian inflasi terendah terjadi di Tanjung sebesar 0,01 persen. Sementara untuk kota dengan tingkat deflasi tertinggi terjadi di Sorong sebesar -1,04 persen dan terendah di Mauleboh, Sukabumi dan di Timika masing-masing sebesar -0,03 persen.
“Inflasi di Kendari karena terjadi kenaikan harga ikan seperti Ikan layang, kembung, ikan selar, ikan teri dan lainnya,” ucap dia.
Untuk inflasi inti pada Agustus 2021 adalah sebesar 0,21 persen mtom dengan andil sebesar 0,14 persen. Kemudian inflasi yang harganya ditetapkan pemerintah adalah sebesar 0,02 persen. Sedangkan kelompok barang volotile terjadi deflasi sebesar 0,64 persen.
“Untuk inflasi inti biasanya digunakan sebagai indikator daya beli masyarakat, pada Agustus inflasi inti kita adalah 0,21 persen kemudian kalo dilihat secara yoy sebesar 1,31 persen,” pungkas dia.
Sementara itu, relaksasi PPKM yang dimulai pertengahan Agustus 2021 mendorong perubahan mobilitas penduduk. Berdasarkan survei yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS), perubahan aktivitas masyarakat terjadi di hampir semua tempat.
Di tempat perdagangan ritel dan rekreasi terjadi perbaikan pergerakan masyarakat, meski masih di teritori negatif. Tercatat pada Juli 2021 terjadi penurunan aktivitas di tempat itu sebesar 20 persen. Namun seiring pelonggaran kebijakan PPKM, penurunannya menjadi 13,2 persen, atau terjadi kenaikan tingkat kunjungan masyarakat.
Kemudian di tempat belanja kebutuhan sehari-hari terjadi kenaikan mobilitas masyarakat dari 12,8 persen pada Juli 2021 menjadi 15,3 persen. “Sejak PPKM Darurat di Jawa Bali pada Juli lalu terlihat mobilitas penduduk di tempat ritel perdagangan dan rekreasi turun cukup tajam hingga 20 persen, numun kemudian pada pertengahan Agustus di mana positivity rate (virus korona) turun dan bed occupancy ratio juga turun, maka mobilitas masyarakat mulai membaik,” kata Setianto.
Hal yang sama juga terjadi di taman, yang mengalami perbaikan tingkat kunjungan sehingga angka penurunan aktivitas masyarakat menciut dari 45,3 persen di Juli 2021 menjadi 38,3 persen pada Agustus.
Lalu di tempat transit seperti bandara, stasiun dan terminal juga terjadi perbaikan kunjungan. Tercatat pada Agustus 2021 tingkat penurunan kunjungan membaik menjadi 24,1 persen dari sebelumnya 28,9 persen.
Sementara untuk aktivitas masyarakat di rumah selama relaksasi kebijakan PPKM juga berkurang. Padahal sebelumnya saat pengetatan aturan, masyarakat lebih banyak beraktivitas di rumah. Pada Agustus 2021 persentase aktivitas masyarakat di rumah mengecil menjadi 10 persen dari sebelumnya 13 persen pada Juli.
“Di tempat transit sangat dipengaruhi oleh kebijakan PPKM , namun di Agustus kembali membaik, di tempat kerja juga seperti itu. Karena kegiatan masyarakat yang tadinya di rumah pada Juli kemudian Agustus mereka mulai beraktivitas kembali di luar rumah,” kata dia.
Pemulihan Berlanjut
Di sisi lain, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa proses pemulihan ekonomi terus berlanjut. Diyakini recovery ekonomi yang tertekan akibat pandemi Covid-19 bisa dilakukan pada kuartal III 2021 ini walaupun secara bertahap.
“Kita berharap mulai Agustus dan September nanti, momentum pertumbuhan akan terjaga kembali,” jelas Sri Mulyani dalam keterangannya, Selasa (31/8).
Dijelaskan bahwa salah satu penopang pertumbuhan ekonomi adalah konsumsi rumah tangga. Dengan mulai dilonggarkannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Masyarakat ( PPKM ) diharapkan bisa kembali menggairahkan permintaan sehingga pemulihan ekonomi bisa diakselerasi.
Diakui bahwa PPKM yang diputuskan pemerintah dan terus diperpanjang hingga saat ini memberikan tekanan pada beberapa aspek ekonomi. Namun pilihan ini harus diambil agar penyebaran Covid-19 bisa ditekan dan tidak kembali melonjak seperti beberapa waktu lalu.
“Kalau kita lihat koreksi yang terjadi akibat PPKM , terutama level 4 di Jawa-Bali, memang menyebabkan beberapa indikator konsumsi kita mengalami koreksi yang cukup dalam pada bulan Juli,” jelas dia.
Sebagai informasi, Data Mandiri Spending Index (MSI) dari Mandiri Institute menunjukkan, indeks nilai belanja masyarakat pada tanggal 1 Agustus 2021 turun dalam hingga ke level 73,3. Meskipun demikian, nilai tersebut berbalik naik ke level 79,7 per 15 Agustus 2021. Pemulihan belanja masyarakat ini terjadi seiring dengan relaksasi PPKM dan menurunnya kasus positif Covid-19.(*/berbagai sumber/tim redaksi 10/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 235 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 235 database, klik di sini
- Butuh 25 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 11 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini: