Latest News
You are here: Home | Umum | Sandiaga S Uno via Saratoga Akuisisi 51% Saham Medco Power
Sandiaga S Uno via Saratoga Akuisisi 51% Saham Medco Power

Sandiaga S Uno via Saratoga Akuisisi 51% Saham Medco Power

Duniaindustri (Oktober 2012) – Pengusaha nasional Sandiaga S Uno melalui Saratoga Capital mengakuisisi 51% saham PT Medco Power Indonesia (MPI). Suntikan dana dari Saratoga kepada Medco Power mencapai US$ 112 juta.

Medco Power merupakan perusahaan pembangkit listrik yang bakal menawarkan saham perdana (IPO) pada 2016. Saat ini pembangkit yang dimiliki Medco Power sebesar 250 megawatt. Ke depan, Medco Power akan mengoperasikan lebih dari 1.500 megawatt dari kerjasama Operation and Maintenance (OM).

Beberapa pembangkit yang menjadi aset Medco Power antara lain adalah PLTG Panaran I dan II di Batam, PLTG TM 2500 di Batam, PLTG Sengkang, PLTGU EPE, PLTGU MPE dan PLTGU Singa di Sumatera Selatan.

Sedangkan pembangkit dengan pola OM yang juga dikelola Medco Power adalah PLTGU Tanjung Jati B.

Fazil E Alfitri, Presdir Medco Power, mengungkapkan tahun 2011 pendapatan usaha Medco Power sebesar Rp900 miliar. Tahun ini pendapatan Medco Power ditargetkan meningkat menjadi Rp1 triliun.

Laba bersih Medco Power tahun lalu sebesar Rp30 miliar. “Sebagian keuntungan kita investasikan lagi untuk pengembangan usaha,” ujar Fazil.

Investasi pembangkit listrik di Indonesia merupakan salah satu sektor yang prospektif karena tingginya pertumbuhan ekonomi nasional. Konsumsi listrik rata-rata naik 10% setiap tahun.

Saat ini, kebutuhan listrik di Jawa-Bali mencapai 35.000 megawatt (MW), sedangkan pasokannya hanya 22.900 MW.

Untuk memenuhi kekurangan tersebut, PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) menargetkan ada tambahan pasokan listrik 5.000 MW pada 2013, dengan kebutuhan investasi sebesar US$ 9,6 miliar atau Rp 92,6 triliun.

PLN sudah menyediakan Rp 60 triliun, sisanya dipenuhi sejumlah perusahaan swasta yang sudah menandatangani kontrak dengan PLN.

Pasokan listrik di Indonesia sekitar 30 ribu MW, dengan rasio masyarakat di Tanah Air yang mendapatkan akses listrik baru 70%.

Dengan terus ber tambahnya investasi yang masuk ke negeri ini, konsumsi listrik di Tanah Air tumbuh rata-rata 10% setiap tahun.

Investor swasta asing maupun lokal, banyak yang sudah menandatangani kerja sama untuk membangun pembangkit listrik di Indonesia. Misalnya Tenaga Nasional Berhad (TNB) dan PT Bukit Asam, bekerja sama dengan PLN untuk membangun pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) di Riau.Total investasi sekitar Rp 15 triliun, dengan menghasilkan listrik 2.000 MW mulai tahun 2017.

China Huadian Group Co juga mulai membangun pembangkit listrik tenaga batubara di Bali.

Total investasi pembangkit berkapasitas 3×142 MW itu senilai US$ 638 juta, dan mulai beroperasi pada semester I-2014.Perusahaan listrik milik negara China ini juga memiliki dua pembangkit listrik di Batam.

PLN juga sudah meneken perjanjian dengan raksasa energi dan teknologi asal Amerika Serikat, General Electric (GE), untuk mendirikan pembangkit listrik ber tenaga biomassa dengan kapasitas 1 MW di Nusa Tenggara Timur.

Selain itu, konglomerat Melayu terkaya di Malaysia, Tan Sri Syed Mokhtar Al-Bukhary, berminat menggarap proyek pembangkit listrik di Indonesia.

Direktur Utama PLN Nur Pamuji mengatakan, BUMN tersebut menganggarkan investasi sekitar Rp 60 triliun pada 2013.

“Perseroan mengucurkan dana investasi dari internal sekitar Rp 10 triliun dan sisanya dari pinjaman. Besar pinjaman biasanya mencapai 80 persen,” kata dia.

Dana tersebut bakal dialokasikan ke beberapa proyek pembangkit listrik, transmisi, dan jaringan distribusi. PLN dipastikan mengucurkan investasi untuk beberapa PLTU Program Percepatan 10 Ribu MW, tahap I dengan kapasitas 4.000 MW.

Selain itu, perseroan sudah memulai proyek pembangkit yang masuk dalam program percepatan tahap II. PLN juga akan merampungkan pembangunan tower listrik Jawa-Bali senilai US$ 200 juta.

Untuk pembangunan PLTU, perseroan bekerja sama dengan sejumlah BUMN. BUMN tersebut adalah PT Barata Indonesia, PT Pindad, dan PT Boma Bisma Indra.

Selain dana internal PLN, Dirjen Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jarman mengatakan, pemerintah mengucurkan dana sebesar US$ 1 miliar atau sekitar Rp 9,6 triliun lewat APBN. Hal ini terkait kebutuhan Indonesia untuk menambah pasokan listrik 5.000 MW setiap tahun dengan total investasi US$ 9,6 miliar.

Dana tersebut digunakan untuk investasi pembangkit sebanyak 60 persen dan sisanya untuk transmisi. “Ini perlu dilakukan untuk mengejar pertumbuhan ekonomi nasional 6,5% setahun. Sebagian investasi itu ditanggung oleh PLN, namun pemerintah maupun swasta juga harus mengucurkan dana investasi. Kalau dihitung-hitung (dari asal dana) investasi yang ditanggung swasta mencapai lebih dari 50%,” papar dia.(Tim redaksi 02)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top