Duniaindustri.com (April 2016) – Saham Latinusa atau PT Pelat Timah Nusantara Tbk (NIKL), emiten produsen pelat timah yang juga anak usaha PT Krakatau Steel Tbk (KRAS), meningkat hingga 326% hanya dalam waktu satu setengah bulan, dari posisi Rp 50 pada Februari 2016 menjadi Rp 213 per 18 April 2016. Karena itu, PT Bursa Efek Indonesia melakukan penghentian sementara (suspend) saham Latinusa mulai sesi I perdagangan 19 April 2016.
Hal ini dilakukan menyusul terjadi peningkatan harga kumulatif yang signifikan sekitar Rp129 atau 153,57%, yakni dari harga penutupan Rp84 pada 8 April 2016 menjadi Rp213 pada 18 April 2016.
“Oleh sebab itu, kami mengimbau kepada pihak-pihak yang berkepentingan untuk selalu memperhatikan keterbukaan informasi yang disampaikan perseroan,” tutur Kepala Pengawasan Transaksi BEI, Irvan Susandy, melalui publikasi resmi.
Pada 2015, Latinusa masih mencatat rugi tahun berjalan sebesar US$6,010 juta. Angka ini berkurang jika dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya sebesar US$6,851 juta.
Penjualan bersih Latinusa pada periode 31 Desember 2015 turun 15,7% menjadi US$137,363 juta dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya US$162,915 juta.
Duniaindustri.com menilai para investor terus mencermati pergerakan saham Latinusa dan saham emiten baja lainnya menyusul tren kenaikan harga baja dunia. Dalam empat bulan terakhir sejak level terendah, harga baja dunia telah naik sekitar 42% ke level US$ 415-US$ 425 per ton dari posisi US$ 300-US$ 310 per ton pada Desember 2015. Kenaikan harga baja dunia tampaknya tidak terbendung setelah pada April 2016 harga komoditas ini meroket 15% menjadi US$ 415-US$ 425 per ton dibanding Maret tahun ini di posisi US$ 360-US$ 370 per ton.
Kenaikan harga yang signifikan tersebut membuat posisi harga baja pada April 2016 sama seperti bulan April tahun lalu, mengindikasikan proses rebound harga telah terbentuk secara lengkap. Hal itu terlihat dalam riset duniaindustri.com berdasarkan data Middle East Steel untuk harga baja dengan patokan HRC ukuran >=2 milimeter dari China. Kenaikan harga baja dunia telah berlangsung sedikitnya tiga bulan terakhir pada awal 2016, menandakan penguatan permintaan seiring pemulihan ekonomi global.
Harga baja dunia telah melalui level terendah pada akhir 2015 di kisaran US$ 300-310 per ton, tepatnya pada Desember 2015. Setelah itu, harga baja dunia secara berangsung tapi pasti menunjukkan kenaikan.
Pada akhir 2015, harga baja dunia sempat bergejolak di tataran terendah sebelum akhirnya jatuh kembali pada Desember 2015. Pada November 2015, harga baja terutama HRC impor kembali turun ke level US$ 317 per ton, anjlok 12% dibanding September 2015 di posisi US$ 360 per ton. Menurut data duniaindustri.com yang dikompilasi dari beberapa produsen, harga baja HRC lokal dan HRC impor anjlok cukup dalam sejak awal 2015.
Pada Januari 2015, HRC impor berada di posisi US$ 553 per ton dan terus turun menjadi US$ 409 per ton pada Juli 2015, sebelum akhirnya turun hingga dasar pada Desember 2015. Sementara harga HRC lokal juga menunjukkan tren yang sama. Harga HRC lokal pada Januari 2015 berada di level Rp 7.350 per kilogram, dan kemudian turun hingga Rp 6.700 per kg pada Mei 2015, sebelum akhirnya turun lagi ke posisi Rp 5.700 per kilogram pada November 2015.
Penurunan harga HRC mempengaruhi harga produk hilir baja seperti pipa baja. Harga pipa baja pada Januari 2015 mencapai Rp 9.482 per kg dan turun terus menjadi Rp 8.126 per kg pada November 2015.(*/berbagai sumber/tim redaksi 06)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: