Duniaindustri.com (September 2015) – Standard & Poor’s (S&P), lembaga pemeringkat asal Amerika Serikat (AS), menilai Indonesia rentan terdampak pelarian modal asing yang berimbas pada pelemahan nilai kurs rupiah. Bahkan, Indonesia lebih rentan dibanding Malaysia yang sedang diterpa skandal politik, penurunan penerimaan minyak, dan kejatuhan nilai tukar mata uang, terparah dibanding negara Asean lainnya.
“Malaysia diuntungkan karena pasar modalnya lebih dalam, sehingga perusahaan dan perbankan tidak perlu bergantung pada modal asing untuk membiayai pertumbuhannya. Indonesia jauh lebih rentan mengalami pergeseran arus keluar dan arus masuk. Kami mengkhawatirkan cadangan devisa Indonesia,” kata Kyran Curry, direktur Standard & Poor’s untuk pemeringkat utang negara Singapura, seperti dikutip Bloomberg.
Cadangan devisa Bank Indonesia sudah menyusut mendekati 7% dalam lima bulan terakhir hingga akhir Juli lalu. Meskipun penurunannya lebih rendah dibanding Malaysia, Curry mengkhawatirkan langkah otoritas moneter yang banyak menggunakan devisa untuk menstabilkan volatilitas mata uang.
Rupiah terpuruk, sudah melemah 4,9% sejak akhir Juli lalu, kurang dari setengah pelemahan ringgit sebesar 11%, setelah China mendevaluasi yuan yang memicu depresiasi mata uang Asia. Harga saham dan obligasi negara berdenominasi rupiah turun lebih deras ketimbang Malaysia dalam tiga bulan terakhir, meskipun Malaysia didera kejatuhan harga minyak dan skandal korupsi Perdana Mentari Najib Razaak.
“Pemerintah dan bank sentral Indonesia perlu bekerja keras untuk mencoba dan memperdalam pasar modal dalam negeri, namun perlu waktu panjang untuk mengembangkannya,” kata Curry.
Dalam tiga bulan terakhir, indeks acuan saham di Indonesia merosot 15%, sedangkan indeks acuan saham Malaysia turun 10%. Harga obligasi berdenominasi mata uang lokal, menurut indeks Bloomberg, sudah turun 0,7% untuk Malaysia dan 1% untuk Indonesia.
Dana asing senilai US$ 467 juta sudah ditarik dari saham-saham Indonesia pada tahun ini, setelah memompakan dana neto senilai US$3,8 miliar ke pasar modal sejak 2014. Sedangkan dana asing yang sudah keluar dari saham-saham Malaysia mencapai US$3,8 miliar (16,4 miliar ringgit) sepanjang 2015, dan 6,9 miliar ringgit sepanjang 2014.(*/berbagai sumber)