Duniaindustri.com (Desember 2014) – Nilai tukar rupiah terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Senin (15/12), rupiah anjlok 1,98% (246,5 poin) ke 12.713,5 per dolar AS. Posisi rupiah menyentuh kondisi terburuk sejak Agustus 2008.
Seiring dengan itu, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,01% (52 poin) ke 5.108,43 pada penutupan perdagangan hari ini.
Indeks langsung melemah sejak awal perdagangan. Titik terendah hari ini di 5.095,2. Indeks LQ45 turun 1 persen, indeks ISSI turun 1,06 persen, indeks Investor33 turun 1,33 persen. Sektor konsumsi naik 0,47 persen.
Sektor agri turun 3 persen, pertambangan turun 0,32 persen, industri dasar turun 1,56 persen, properti turun 1,97 persen, infrastruktur turun 0,74 persen, keuangan turun 1,52 persen, perdagangan turun 0,43 persen, manufaktur turun 0,56 persen, aneka industri turun 1,65 persen.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengaku khawatir pelemahan rupiah belakangan ini terus berlanjut dan menyentuh level sekitar Rp13 ribu hingga Rp14 ribu per dollar AS.
Ketua Apindo, Shinta Widjaja Kamdani, di sela-sela menghadiri Rapat Koordinasi Kredit Usaha Rakyat (KUR) di kantor Kemenko Perekonomian, Jakarta, Senin (15/12), mengatakan pelemahan rupiah yang masih terus bergulir ini mengharuskan pelaku usaha untuk segera mengantisipasi.
Namun demikian, lanjutnya, pergerakan rupiah yang sangat fluktuatif belakangan ini sangat menyulitkan pengusaha. Sebab pergerakan rupiah belakangan ini terlalu cepat sehingga menyulitkan pelaku usaha untuk melakukan perencanaan.
“Tentu saja saya khawatir (rupiah) bisa sampai Rp13 ribu hingga Rp14 ribu dan ini sudah di maksimum level dan banyak risiko, sehingga harus di-stop karena dampaknya kalau importir itu banyak sekali nilainya (mahal). Sulit harga jualnya,” kata Shinta.
Lebih lanjut Shinta menyatakan, dari segi produksi tentunya akan sangat mempengaruhi biayanya. Tidak hanya bagi importir, kata dia, eksportir juga tidak benar-benar diuntungkan. Dan pada dasarnya, Ia menuturkan, yang terpenting adalah stabilitas.
“Kita kan inginnya (rupiah) di level Rp11 ribu maksimum, tapi sekarang sudah jauh banget. Tapi faktornya kan tidak exchange rate USD, tapi banyak faktor yang lain. Yang kami harapkan pemerintah intervensi sampai di mana yang pas, karena takutnya dia (rupiah) jeblos terus,” ujarnya.
Kurs tengah BI nilai tukar rupiah hari ini anjlok di level Rp12.599 per dollar AS dari posisi akhir pekan lalu (12/12) yang berada di angka Rp12.432 per dollar AS. Posisi ini jauh dari angka pada akhir bulan lalu (28/11) rupiah masih berada di posisi Rp12.196 per dollar AS. Sementara itu, di pasar spot Rupiah tembus Rp11.714 per dollar AS.(*)