Duniaindustri.com (Oktober 2015) – Rupiah dan indeks harga saham gabungan (IHSG) menguat secara bersamaan seiring penguatan saham-saham di Asia, menyusul indikasi Bank Sentral Amerika Serikat (AS) yang tidak akan terburu-buru menaikkan suku bunga. Rupiah pada Jumat (10/9) menguat hingga level Rp 13.408/US$, sementara IHSG terbang 116,7 poin (2,59%) ke posisi 4.608 poin.
Apresiasi rupiah yang dibarengi penguatan IHSG membuat investasi saham makin bergairah. Menurut data Bursa Efek Indonesia, indeks saham-saham unggulan IDX30 naik 13,5 poin (3,37%) ke level 413 poin, indeks saham-saham paling likuid LQ45 juga melonjak 25,6 poin (3,3%) ke level 794 poin.
Penguatan IHSG sejalan dengan kenaikan saham-saham di Asia. Selaiknya, dolar AS melemah setelah pertemuan terbaru dari the Federal Open Market Committee’s mengindikasikan bank sentral AS tidak akan terburu-buru untuk menaikkan suku bunga. Minyak mentah Brent memperpanjang kenaikan setelah naik 3,4% pada hari Kamis.
“Saya tidak berpikir The Fed akan menaikkan suku bunga tahun ini,” kata Masashi Murata, Wakil Presiden di Brown Brothers Harriman & Co di Tokyo, seperti dikutip Bloomberg.com. Sentimen negatif terhadap pasar negara berkembang telah mereda setelah data jumlah pekerjaan baru di AS yang lebih lemah dari perkiraan pekan lalu.
Dalam seminggu ini, rupiah dan IHSG telah menguat cukup signifikan mengindikasikan arus kepercayaan investor mulai bangkit. Dampaknya, investasi saham bergairah. Secara kumulatif, IHSG telah naik 6,6% dalam tiga hari terakhir.
Menurut Kepala Riset PT NH Korindo Securities Indonesia, Reza Priyambada, penguatan rupiah dalam beberapa hari terakhir masih dapat berlanjut, jika sentimen yang ada terus mendukung. “Meski rawan diserbu aksi ambil untung, jika terjadi pelemahan, tidak akan terlalu dalam,” kata Reza.
Apalagi, lanjut dia, pergerakan indeks dolar AS cenderung tertekan, sehingga laju rupiah dapat memanfaatkan kondisi tersebut untuk melanjutkan kenaikan. “Para pelaku pasar harus tetap dapat menyesuaikan kondisi riil di lapangan dan mencermati sentimen di pasar. Laju rupiah di atas target resisten Rp13.950,” ujarnya.
Sebelumnya, jelas dia, NH Korindo menyampaikan bahwa kebijakan moneter Jepang yang tidak berubah telah memberikan sentimen positif bagi rupiah. Selain itu, lanjut Reza, penguatan rupiah juga didukung oleh kenaikan harga minyak mentah dunia dan apresiasi euro. “Kami harapkan sentimen ini masih dapat berlanjut untuk dapat mempertahankan tren kenaikan lanjutan pada rupiah,” ucap Reza.
Sementara itu, penguatan rupiah juga ditopang oleh sentimen positif dari Paket Kebijakan Ekonomi Jilid III yang dikeluarkan pemerintah, serta Paket Kebijakan September II yang dirilis Bank Indonesia.(*/berbagai sumber)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: