Duniaindustri.com (April 2025) — Gejolak volatilitas mata uang dunia, termasuk rupiah, mulai mendapat perhatian khusus publik, seiring dengan makin sengitnya perang dagang dan tarif tinggi yang ditetapkan pemerintahan Amerika Serikat (AS). Bahkan, sejumlah bank di Indonesia kini menjual dolar Amerika Serikat (AS) atau USD dengan harga di atas Rp17.000.
Menurut data nilai tukar atau kurs terbaru USD terhadap rupiah hari ini, PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) mematok harga tertinggi di Rp17.083 per dolar AS. PT Bank Central Asia Tbk (JK:BBCA) menyusul dengan harga jual Rp16.995 per dolar AS, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (JK:BBRI) Rp16.944 per dolar AS, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (JK:BBNI) Rp16.800 per dolar AS.
Berikut ini kurs jual dan beli dolar sejumlah bank di Indonesia: NISP (update 8 April 2025 pukul 6.05 WIB) mematok kurs jual bank notes Rp17.083 per USD, sementara kurs beli bank notes Rp16.533 per USD; berbeda dengan BBCA (update 8 April 2025 pukul 6.01 WIB) yang mematok kurs jual e-Rate Rp16.995 per USD dan kurs beli e-Rate Rp16.600 per USD. Sedangkan BBRI (Update 8 April 2025 pukul 2.38 WIB) mematok kurs jual e-Rate Rp16.944 per USD, kurs beli e-Rate Rp16.678 per USD, dan BBNI (Update 8 April 2025 pukul 5.50 WIB) mematok kurs jual Special Rates Rp16.800 per USD, kurs beli Special Rates Rp16.500 per USD.
Achmad Nur Hidayat, Ekonom dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta, menilai dalam menghadapi kondisi ini, Bank Indonesia (BI) kembali mengulangi narasi klasik: tekanan eksternal adalah biang kerok pelemahan rupiah ke level Rp17.000 per dolar AS. Namun, klaim ini mengabaikan fakta bahwa negara-negara dengan fundamental ekonomi domestik solid—seperti Vietnam, Filipina, atau India—tidak mengalami depresiasi seburuk Indonesia.
“Rupiah justru menjadi mata uang terlemah di Asia Tenggara pada April 2025, padahal gejolak tarif AS-China berdampak global. Ini bukan sekadar persoalan eksternal, melainkan ketidaksiapan BI dan pemerintah dalam membangun ketahanan ekonomi domestik yang tahan banting,” ujarnya.
BI mengumumkan intervensi di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) pada 7 April 2025, tepat setelah Rupiah terjun bebas mendekati ke Rp17.200 di pasar luar negeri.
“Langkah ini terkesan berulang namun hasilnya kurang memuaskan hanya sebagai upaya damage control yang tidak efektif, bukan antisipasi matang,” paparnya.
Padahal, sejak awal Maret 2025, sinyal kenaikan tarif AS-China sudah jelas. Ketika AS mengumumkan kebijakan tarif resiprokal pada 2 April, BI seharusnya langsung mengaktifkan segenap langkah antisipasi (protokol) depresiasi lebih dalam, bukan menunggu liburan panjang hingga Rupiah terjerembap di level terendah sejarah.
Perbandingan dengan kebijakan Bank Sentral Filipina (BSP) dan Bank Sentral lainnya menunjukkan perbedaan mencolok. Sejak AS mulai mengancam kenaikan tarif pada Februari 2025, BSP telah memperkuat cadangan devisa melalui forward contracts.
Alhasil, peso Filipina hanya terdepresiasi 6,8% pada periode 1 Februari- 7 April 2025, sementara Rupiah merosot 13,2% pada periode yang sama. BI, di sisi lain, bereaksi DNDF setelah depresiasi besar terjadi—bukti nyata ketidaksiapan.
Meskipun demikian, kebijakan moneter adalah kebijakan yang bersifat kompleks dan responsif terhadap berbagai faktor, dan perbedaan strategi dengan bank sentral lain bukti independensi bank sentral. Ada pengambil kebijakan (policy makers) yang tepat (smart) dan ada juga yang tidak tepat, itu semua diukur dari kinerja penurunan depresiasinya.
Satu hal yang pasti yaitu depresiasi Rupiah yang terpuruk tersebut menunjukan kinerja Bank Indonesia yang buruk dan seharusnya dievaluasi karena sejumlah kebijakannya berbiaya besar namun tidak efektif.(*/berbagai sumber/tim redaksi 07/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 305 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 305 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: