Duniaindustri (April 2012) – Wilmar Group, raksasa agribisnis terbesar di Asia, terus memupuk investasi di Indonesia hingga Rp 42 triliun atau setara US$ 4,6 miliar periode 1991-2016. Investasi itu dibagi dua, yakni periode 1991-2011 sekitar Rp 33 triliun dan periode 2012-2016 sekitar Rp 9,2 triliun.
Wilmar International Limited merupakan induk usaha Wilmar Group yang berbasis di Singapura dan menjadi salah satu perusahaan berkapitalisasi terbesar di bursa Singapura. Di Indonesia, Wilmar Group memiliki anak usaha seperti PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Musimas Nabati Indonesia, PT Sentana Adi Daya Pratama (di Gresik), dan PT Arya Persada Indonesia (di Gresik).
Komisaris Wilmar Nabati Indonesia MP Tumanggor mengatakan, sejak tahun 1991 Wilmar telah menanamkan investasinya di Indonesia sebesar Rp 33 triliun. Taufik Tamin, Direktur Eksekutif Wilmar Nabati Indonesia, menambahkan dalam lima tahun ke depan (periode 2012-2016) Wilmar akan menginvestasikan dana sekitar US$ 1 miliar untuk mengembangkan bisnisnya di Indonesia.
Wilmar telah membangun dua kawasan industri agri di Dumai dan Gresik. Investasi Wilmar Nabati Indonesia di Gresik diperkirakan telah mencapai US$ 400 juta dari 2008 sampai 2011.
Perusahaan yang mampu menghasilkan pendapatan US$ 30,3 miliar secara grup pada 2010 itu memfokuskan bisnis di minyak sawit mentah, gula, pupuk, terigu, dan komoditas lainnya.
Di kawasan Industri terpadu milik Wilmar di Gresik sedang dibangun sebuah bio refinery plant untuk mengolah minyak sawit menjadi jet fuel dan berbagai pengembangan industri turunan minyak kelapa sawit lainnya. Setidaknya ada 40 jenis turunan minyak kelapa sawit yang bisa dikembangkan, dan baru sekitar 20 jenis yang dikembangkan di Wilmar.
Minyak sawit mentah (CPO) yang berasal dari kebun Wilmar sendiri hanya sekitar 20%-30%. Selain itu Wilmar juga membeli sawit dari perusahaan perkebunan dan perkebunan milik BUMN. CPO yang dikelola Wilmar tahun 2011 senilai US$ 7,09 miliar, naik dari 2010 yang hanya senilai US$ 5,5 miliar. Dari nilai produksi CPO 2011, 70% atau sekitar US$ 5 miliar untuk ekspor.
“Wilmar membayar pajak ekspor lebih kurang Rp4,6 triliun dan restitusi pajak yang kami terima sebesar Rp1,4 triliun. Investasi kami di Indonesia sudah sekitar Rp33 triliun (periode 1991-2011),” kata Tumanggor dalam keterangan tertulis.
Tumanggor menjelaskan Wilmar Indonesia memiliki andil sekitar 15% dari Wilmar International yang bermarkas di Singapura. Penjualan Grup Wilmar Indonesia tahun 2007 sampai 2011 tercatat US$ 37,8 miliar atau setara dengan Rp 360 triliun, dari angka tersebut 63% merupakan penjualan ekspor dan 37% penjualan lokal.
Sedangkan pajak-pajak (pajak pungutan ekspor atau bea keluar) yang dibayarkan oleh Wilmar Indonesia pada periode 2007-2011 mencapai angka Rp 18,2 triliun, dengan restitusi PPN yang diterima pada periode tersebut tercatat Rp 7,6 triliun.
Tumanggor juga menjelaskan Wilmar merupakan produsen biodiesel terbesar pertama di dunia, yaitu di Pelintung (Riau) dengan kapasitas produksi 1,6 juta ton per tahun. Produknya sebagian dijual ke PT Pertamina dan sebagian lagi ekspor.
Wilmar akan terus meningkatkan produksi biodiesel dengan menambah plant berkapasitas 1.000 ton per hari di Wilmar Nabati Gresik dan Wilmar Nabati Dumai, Riau 1.000 ton per hari.
Taufik Tamin menjelaskan, Wilmar menargetkan produksi CPO tahun ini 22 juta ton dan akan naik menjadi 50 juta ton di 2030. Wilmar Nabati juga akan meningkatkan produksi biosolar dari 2.000 ton per tahun menjadi 3.000 ton per tahun pada 2012.
Di sektor olefin, Wilmar Nabati Indonesia akan mulai merealisasikan produksi olefin untuk campuran bahan bakar jet pada kuartal terakhir tahun 2012. Olefin untuk bahan bakar jet dihasilkan dari pengolahan inti sawit atau kernel. Berkapasitas 500 ton per hari, pabrik biorefinary Wilmar akan menghasilkan olefin dan biodiesel. Wilmar Nabati akan menggandeng PT Pertamina dan Elevance Renewable Sciences Inc asal Amerika Serikat (AS).
Wilmar Nabati juga akan meningkatkan produksi biosolar dari 2.000 ton per tahun menjadi 3.000 ton per tahun pada 2012. Wilmar juga akan menggenjot produksi minyak goreng menjadi 3.000 ton per hari pada tahun ini. Dengan peningkatan itu total produksi minyak goreng Wilmar akan naik menjadi 6.600 ton per hari. Dari jumlah itu sebanyak 65% diekspor.(Tim redaksi 02)