Duniaindustri (April 2012) — PT Krakatau Steel Tbk, BUMN produsen baja, akan membangun pabrik baja untuk sektor otomotif dengan menggandeng raksasa baja asal Jepang, Nippon Steel Trading Co Ltd, dan dua investor lokal. Keempat perusahaan tersebut telah menandatangani joint venture agreement (JVA) pembentukan perusahaan patungan bernama PT Indojapan Coil Center yang bermodal dasar Rp 400 miliar.
Pembangunan pabrik berkapasitas 120.000 ton per tahun akan dilakukan di Kawasan Industri Mitra Karawang, Desa Parangmulya, Kecamatan Ciampel, Karawang, Jawa Barat. Indojapan akan memproduksi dan menjual processed steel sheets dan atau steel sheets in coil, memproses steel sheets dan steel sheet in coil berbasis konsinyasi, serta menyimpan steel sheet dan produk baja lainnya.
Presiden Direktur PT Krakatau Steel Tbk, Fazwar Bujang, pernah mengatakan peluang pasar baja untuk industri otomotif sangat menjanjikan. Jika rata-rata kebutuhan baja satu mobil 700 kilogram (kg), maka kebutuhan baja industri otomotif diperkirakan 560.000 ton per tahun.
Indojapan Coil Center diharapkan bisa mengurangi impor baja untuk industri otomotif nasional yang saat ini mencapai 1 juta ton per tahun.
Saat ini Krakatau Steel hanya memasok sekitar 5% dari kebutuhan baja di sektor otomotif. Sisanya, ditutup dengan impor.
Baja khusus untuk sektor otomotif umumnya memiliki kandungan spesifik sehingga mampu menahan panas dan temperature tertentu. Baja khusus merupakan bagian kecil dari total pasar baja di Indonesia.
Pasar baja di Indonesia diperkirakan naik 7,9% di 2012 menjadi 10,25 juta ton dibanding 2011. Jika harga baja dunia—menurut Middle East Steel—mencapai US$ 690-720 per ton di Januari 2012, maka pasar baja di Indonesia ditaksir senilai US$ 7,38 miliar atau Rp 66,4 triliun pada tahun ini.
Nilai pasar baja di Indonesia dihitung tim redaksi duniaindustri.com berdasarkan data World Steel yang disesuaikan dengan data Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Indonesian Iron and Steel Industry Association (IISIA). Harga baja yang digunakan merujuk pada data Middle East Steel—lembaga riset baja—yang menyebutkan harga baja canai panas (hot rolled coils/HRC) yang menjadi patokan harga baja dunia mencapai US$ 690-720 per ton.
Nilai pasar baja di Indonesia di 2012 diperkirakan naik 4,2% dibanding 2011 sebesar Rp 63,7 triliun. Peningkatan dipicu oleh konsumsi baja di sektor konstruksi dan manufaktur yang diperkirakan naik sejalan dengan pertumbuhan ekonomi yang diramalkan bisa mencapai 6,5%. Sektor konstruksi diperkirakan tumbuh 7,3%, sedangkan dan sektor manufaktur ditargetkan tumbuh di atas 6,5%.(Tim redaksi 03)