Duniaindustri (Oktober 2011) – Industri pulp dan kertas Indonesia menempati peringkat kesembilan dunia dilihat dari kapasitas produksi. Hingga 2011, kapasitas produksi industri pulp dan kertas Indonesia menguasai 3,6% dari kapasitas produksi global.
Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas indonesia (APKI), saat ini industri pulp dan kertas Indonesia masih kalah dibanding China, Amerika Serikat, Jepang, Jerman, Kanada, Finlandia, Swedia, dan Korsel.
Total kapasitas terpasang produksi industri kertas Indonesia mencapai 12,9 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, produksi riil industri kertas Indonesia mencapai 11,5 juta ton pada 2010. Sementara kapasitas terpasang industri pulp nasional mencapai 7,9 juta ton per tahun. Produksi riil industri pulp Indonesia mencapai 6,3 juta ton pada 2010.
Volume ekspor kertas Indonesia pada 2010 meningkat 7,6% menjadi 4,2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,9 juta ton. Sementara ekspor pulp tumbuh 18% menjadi 2,6 juta ton pada 2010 dari tahun sebelumnya sebesar 2,2 juta ton.
Ketua Asosiasi Pulp dan Kertas indonesia (APKI) Muhammad Mansur mengatakan, industri pulp dan kertas nasional masih prospektif karena berpotensi menyediakan 240 ribu tenaga kerja dalam beberapa tahun ke depan. Industri pulp dan kertas nasional juga berdaya saing tinggi di pasar dunia.
Dia mengatakan industri pulp dan kertas nasional berpotensi untuk menempati peringkat 3-4 dunia. Untuk mencapai target tersebut, perlu dilakukan penambahan kapasitas pulp 7 juta ton per tahun melalui penambahan 7 pabrik pulp dan kertas dengan kapasitas satu juta ton per pabrik per tahun dengan nilai investasi US$ 8,5 miliar dan tambahan luasan Hutan Tanaman Industri (HTI) 1,5 juta hektare.
Mansur mengatakan, perlu berbagai upaya agar penaikan peringkat bisa berhasil, di antaranya perbaikan iklim investasi yang didukung oleh kestabilan politik, hukum, kepastian lahan, perbaikan infrastruktur dan kesamaan persepsi antar lembaga pemerintah. “Mengingat tingginya investasi, pemilik usaha harus yakin kalau investasinya aman,” katanya.
Direktur Utama PT Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) Kusnan Rahmin menilai pasar pulp dan kertas di Asia makin kuat seiring dengan pertumbuhan permintaan yang semakin tinggi dan tingkat persaingan diproyeksikan makin ketat seiring dengan krisis utang yang dialami Eropa. “Beberapa tahun terakhir Asia menjelma menjadi pasar utama dunia, seiring krisis Eropa yang terjadi membuat produksi dunia berkurang dan pabrik di sejumlah negara maju seperti di Amerika dan Eropa tutup,” ujarnya.
Tren pasar pulp bergeser dari pasar barat ke pasar timur yaitu ke Asia. “Pasar Asia menjadi tujuan utama ekspor komoditas ini dan memimpin dalam penggunaan kertas tertinggi,” kata Kusnan.
Pertumbuhan pasar pulp global diperkirakan meningkat 2,6% per tahun dari 26,5 juta ton pada 2010 menjadi 38,9 juta ton pada 2025. Pada 2010, permintaan pulp China sebesar 5,6 juta atau naik 6,4% per tahun menjadi 14,3 juta ton ton pada 2025. Sedangkan permintaan pulp di negara Asia sekitar 4,3 juta ton atau tumbuh 1,8% per tahun menjadi 5,7 juta ton pada 2025.
Kusnan mengatakan selama ini Amerika Serikat menjadi produsen sekaligus pasar utama pulp dan kertas dunia, namun dengan semakin kuatnya pasar Asia, Indonesia berpotensi menjadi pemain utama nomor 3 atau 4 di dunia.(Tim redaksi 02)