Duniaindustri.com (September 2025) — Pemerintah akan menghentikan insentif impor utuh (CBU) mobil listrik (EV) impor berbasis baterai yang menyumbang sekitar 64% dari total penjualan EV di Indonesia, menurut laporan salah satu media asing. Penghentian insentif diperkirakan dapat melemahkan permintaan.
Pemerintah akan mencabut insentif pajak untuk EV impor mulai Januari 2026. Kebijakan ini berpotensi menekan momentum produsen China, yang masih sangat bergantung pada impor untuk membangun pasar.
Langkah ini juga bisa menekan sektor otomotif yang sudah menghadapi penurunan penjualan akibat lemahnya permintaan konsumen. Indonesia memiliki dua skema berbeda untuk EV – untuk model yang dirakit di dalam negeri, dan untuk impor utuh . EV yang diproduksi lokal menikmati beban pajak yang jauh lebih rendah.
Insentif impor yang membebaskan bea masuk dan pajak, sebelumnya telah membantu BYD, Geely, XPeng, dan Aion untuk merebut pangsa besar di pasar Indonesia. Namun, dengan pencabutan insentif, harga EV impor bisa naik dan memperlambat adopsi.
Mobil listrik berbasis baterai impor mencakup sekitar 64% dari total penjualan EV di Indonesia, menegaskan ketergantungan besar pasar terhadap impor dan menimbulkan kekhawatiran bahwa pencabutan insentif dapat mendorong harga naik serta memperlambat adopsi EV.
Dari Januari hingga Juli, impor mobil listrik CBU Indonesia melonjak 70,45% yoy, dengan mayoritas pengiriman berasal dari China.
“Dalam jangka pendek, permintaan untuk model impor berharga lebih tinggi mungkin melemah,” kata Koketso Tsoai, analis otomotif Fitch Solutions’ BMI, seperti dikutip The Business Times, Kamis (25/9).
Wuling dan Hyundai sudah memproduksi EV dengan kandungan lokal minimal 40%, sehingga hanya dikenakan PPN 2% tanpa pajak barang mewah. Dari produsen China, hanya BYD yang berkomitmen investasi lokal USD1 miliar untuk membangun pabrik di Subang.
Namun hingga Agustus, konstruksinya baru 45% selesai. BYD menyatakan akan mematuhi aturan Indonesia, dengan target produksi lebih dari 150.000 unit per tahun pada akhir 2025.
Sejauh ini, pasar otomotif Indonesia sedang lesu. Data Gaikindo menunjukkan penjualan mobil Agustus turun 19% yoy. Ketua Gaikindo, Jongkie Sugiarto, menekankan pencabutan insentif akan memberatkan konsumen dengan pendapatan rata-rata USD5.000 per tahun.
“Harga adalah faktor penentu. Dengan pendapatan per kapita saat ini, sebagian besar orang hanya mampu membeli mobil di bawah Rp300 juta,” ujarnya.
BYD memimpin penjualan EV China di Indonesia, dengan lebih dari 45.000 unit terjual hingga Agustus 2025. Model M6 tujuh penumpang menjadi populer meski harga Rp380-400 juta, dengan waktu tunggu 75 hari.
Merek premium Denza juga cepat mendapat pasar, menjual lebih dari 6.500 unit sejak Januari. Namun, analis memperingatkan harga akan naik dan minat konsumen teruji jika model-model ini tidak segera diproduksi lokal.
Pemerintah menegaskan langkah ini untuk mendorong investasi domestik. “Arah kebijakannya jelas: bangun EV secara lokal. Kami ingin investasi, produksi, dan lapangan kerja tumbuh, bukan sekadar impor,” kata Rachmat Kaimuddin, Deputi Kemenko Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan. Ia menilai ketika penetrasi pasar EV mencapai 5-10%, adopsi akan meningkat pesat.
“Keputusan ini memperkuat daya tarik Indonesia bagi investasi manufaktur EV,” tambah Tsoai. “Pasarnya besar, ekonominya tumbuh, dan ekosistem pengisian daya berkembang. Menempatkan pabrik di sini hari ini akan membuahkan hasil saat lini produk lokal meluas dan biaya turun.”(*/berbagai sumber/tim redaksi 09)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 312 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 312 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: