Duniaindustri (Januari 2011) — Remunerasi Komisaris dan Direksi PT Bumi Resources Tbk (BUMI) pada periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2011 mencapai Rp 33,5 miliar atau US$ 3,85 juta. Data laporan keuangan PT Bumi Resources Tbk menyebutkan, remunerasi komisaris dan direksi Bumi Resources pada 2010 mencapai Rp 31,3 miliar atau US$ 3,47 juta. Adapun dewan komisaris PT Bumi Resources Tbk adalah Suryo Bambang Sulisto sebagai presiden komisaris, Iman Taufik sebagai komisaris independen, Fuad Hasan Masyhur sebagai komisaris independen, Sulaiman Zuhdi Pane sebagai komisaris, Nalinkant Amratlal Rathod sebagai komisaris, Kusumo A Martoredjo sebagai komisaris, Jay Abdullah Alatas sebagai komisaris, dan Anton Setianto Soedarsono sebagai komisaris. Sedangkan jajaran dewan direksi PT Bumi Resources Tbk adalah Saptari Hoedaja sebagai presiden direktur, Eddie Junianto Subari sebagai direktur, Kenneth Patrick Farrell sebagai direktur, Dileep Srivastava sebagai direktur, dan Andrew C Beckham sebagai direktur. Bumi Resources mencatatkan pendapatan US$ 2,85 miliar atau Rp 25,65 triliun (dengan kurs Rp 9.000/US$) pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2011. Angka tersebut naik 34,4% dibanding periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2010 sebesar US$ 2,12 miliar atau Rp 19 triliun (dengan kurs Rp 9.000/US$). Laba bersih Bumi Resources pada periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2011 mencapai US$ 241,8 juta, naik 3,8% dibanding periode sembilan bulan yang berakhir 30 September 2010 sebesar US$ 232,8 juta. Dileep Srivastava, Direktur Bumi Resources, mengatakan pada 2011 Bumi Resources berharap produk batubara mencapai 66 juta ton, naik 10% dibanding 2010. Bumi Resources menargetkan produksi lebih dari 100 juta ton pada 2014. Bumi Resources merupakan produsen batubara terbesar di Indonesia. Indonesia menjadi eksportir batubara terbesar kedua di dunia, setelah Australia pada 2009-2010. Batubara dibutuhkan untuk pembangkit listrik dan sumber bahan bakar industri. Dewan Energi Nasional mengolah data dari International Energy Agency (IEA) yang menyatakan, Indonesia pada tahun 2009 mengekspor batubara sebesar 261,4 juta ton, sementara Australia mengekspor batubara 288,5 juta ton pada tahun itu. Pada 2010, ekspor batubara Indonesia diperkirakan mencapai 275 juta ton. Selain Australia dan Indonesia terdapat sejumlah negara lain yang juga menempati posisi dalam Top 8 Eksportir Batubara Terbesar di Dunia, yaitu Rusia (130,9 juta ton), Kolombia (75,7 juta ton), Afrika Selatan (73,8 juta ton), Amerika Serikat (60,4 juta ton), China (38,4 juta ton), dan Kanada (31,9 juta ton). Sedangkan menurut World Energy Council dalam Survey of Energy Resources-2010 pada akhir tahun lalu, cadangan batubara terbukti dunia terbesar terdapat di Amerika Serikat, Rusia, China, Australia, dan India. Amerika Serikat menempati tempat teratas dengan total cadangan batubara 237,29 juta ton (22,6% cadangan dunia), Rusia menempati tempat kedua dengan 157,01 juta ton (14,4% cadangan dunia), disusul China dengan cadangan sebesar 114,50 juta ton (12,6% cadangan dunia), kemudian Australia dengan cadangan terbukti 76,50 juta ton (8,9% cadangan dunia), dan posisi ke-5 diisi oleh India dengan 60,6 juta ton (7% cadangan dunia). Sementara Indonesia hanya menempati urutan ke-14 dengan jumlah total cadangan terbukti 5,529 juta ton (0,6% dari total cadangan batubara dunia). Berdasarkan data Statistical Review of World Energy di tahun 2009, China merupakan negara produsen batubara terbesar dengan 3,05 miliar ton (45,6% produksi dunia), sedangkan Indonesia menempati posisi ke-7 dengan jumlah produksi 252,5 juta ton (3,6% produksi dunia). Peran batubara sebagai sumber energi terus mengalami peningkatan dari 41 juta ton di 2005 menjadi 67 juta ton di 2010. Dalam struktur energi nasional, porsi batubara di 2005 sebesar 19% dan naik menjadi 23% di 2010.(Tim redaksi 01)