Latest News
You are here: Home | Baja | Rebound Berlanjut, Harga Baja Naik 11% ke Level US$ 360-370 per Ton
Rebound Berlanjut, Harga Baja Naik 11% ke Level US$ 360-370 per Ton

Rebound Berlanjut, Harga Baja Naik 11% ke Level US$ 360-370 per Ton

HARGA SAHAM EMITEN BAJA DIUNTUNGKAN

Duniaindustri.com (Maret 2016) – Setelah melalui level terendah pada akhir 2015, harga baja naik pada Maret 2016 yang mengindikasikan rebound secara bulanan terus berlanjut. Pada Maret 2016, harga baja dengan acuan baja canai panas (hot rolled coils/HRC) naik ke level US$ 360-370 per ton setelah sempat menyentuh level terendah US$ 300-310 per ton pada Desember 2015.

Secara bulanan, harga baja global pada Maret 2016 tumbuh 11%-12% ke level US$ 360-370 per ton dibandingkan posisi pada Februari tahun ini di kisaran US$ 325-330 per ton. Meski demikian, harga baja pada Maret 2016 masih di bawah posisi bulan yang sama tahun lalu (Maret 2015) yang berkisar US$ 435-445 per ton. Data tersebut diperoleh duniaindustri.com dari data Midle East Steel (mesteel.com) untuk harga baja dengan patokan HRC ukuran >=2 milimeter dari China.

Pada akhir 2015, harga baja dunia sempat bergejolak di tataran terendah sebelum akhirnya jatuh kembali pada Desember 2015. Pada November 2015, harga baja terutama HRC impor kembali turun ke level US$ 317 per ton, anjlok 12% dibanding September 2015 di posisi US$ 360 per ton. Menurut data duniaindustri.com yang dikompilasi dari beberapa produsen, harga baja HRC lokal dan HRC impor anjlok cukup dalam sejak awal 2015.

Pada Januari 2015, HRC impor berada di posisi US$ 553 per ton dan terus turun menjadi US$ 409 per ton pada Juli 2015, sebelum akhirnya turun hingga dasar pada Desember 2015. Sementara harga HRC lokal juga menunjukkan tren yang sama. Harga HRC lokal pada Januari 2015 berada di level Rp 7.350 per kilogram, dan kemudian turun hingga Rp 6.700 per kg pada Mei 2015, sebelum akhirnya turun lagi ke posisi Rp 5.700 per kilogram pada November 2015.

Penurunan harga HRC mempengaruhi harga produk hilir baja seperti pipa baja. Harga pipa baja pada Januari 2015 mencapai Rp 9.482 per kg dan turun terus menjadi Rp 8.126 per kg pada November 2015.

Harga baja dunia terus melemah seiring minimnya sentimen perbaikan harga komoditas di pasar internasional. Penurunan harga yang terus berlanjut masih disebabkan oleh rendahnya harga komoditas di pasar internasional, perbaikan ekonomi global yang belum signifikan, serta kelebihan pasokan baja di China sebagai produsen terbesar dunia. Sementara konsumsi baja global melambat seiring perlambatan perekonomian dunia.

Di China sendiri, perlambatan perekonomian negeri ini dalam lima tahun terakhir menjadi 7,4% pada 2014 telah memangkas konsumsi baja sebesar 6,62% menjadi 54,34 juta ton tahun lalu. Padahal, produksi baja China tetap tumbuh 1,52% menjadi 63,3 juta ton pada periode yang sama.

Dampaknya, China mengalami kelebihan pasokan sekitar 8,96 juta ton pada 2014, lebih tinggi dibanding posisi 2013 sebesar 4,16 juta ton. Kelebihan pasokan dari China itu kemudian diekspor dan berpotensi membanjiri pasar di Asia, terutama negara dengan aktivitas infrastruktur tinggi seperti Indonesia.

Untungkan Emiten
Kenaikan harga baja dunia, meski baru sebatas rebound terbatas dan temporer, diperkirakan ikut menguntungkan produsen-produsen baja di Indonesia. Duniaindustri.com menilai sejumlah investor ikut mengapresiasi kenaikan harga baja dunia yang diterjemahkan sebagai sentimen positif bagi pergerakan harga saham emiten baja di Indonesia.

Menurut kompilasi data duniaindustri.com, harga saham PT Krakatau Steel (Persero) Tbk (KRAS) naik pada akhir Februari 2016 ke awal Maret 2016, dari posisi Rp 364 per saham menjadi Rp 423 per saham. Kenaikan 16% pada periode singkat tersebut antara lain ditopang ekspektasi perbaikan kinerja seiring penguatan harga baja dunia.

Demikian juga yang terjadi pada harga saham PT Pelat Timah Nusantara (Persero) Tbk (NIKL) atau lebih dikenal Latinusa. Anak usaha Krakatau Steel yang merupakan produsen pelat timah ini juga ikut diapresiasi investor seiring tren penguatan harga baja global. Harga saham NIKL naik tajam dari posisi akhir Februari 2016 di level Rp 50 per saham menjadi Rp 87 per saham pada awal Maret 2016. Dalam hitungan hari, harga saham NIKL telah naik 74%.(*/tim redaksi 01)

Riset Komprehensif Industri Baja 2007-2017

datapedia

DIVESTAMA2 (1)

desainbagus kecil

d-store

CONTACT US BY SOCIAL MEDIA:

TwitterLogo Like-us-on-Facebook

logo slideshare google-plus-logo

watch_us_on_youtube

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top