Duniaindustri.com (Oktober 2024) — Laporan yang dirilis oleh Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) terkait program Makan Bergizi Gratis (MBG) mengklaim bahwa alokasi belanja sebesar Rp 71 triliun pada tahun 2025 akan membawa dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dengan proyeksi pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) sebesar 0,06% atau Rp 14,61 triliun, peningkatan penyerapan tenaga kerja sebesar 0,19%, dan kenaikan upah sebesar 0,39%, laporan ini mencoba memberikan gambaran optimistis atas program MBG.
Namun, Achmad Nur Hidayat, MPP (Ekonom Dan Pakar Kebijakan Publik UPN Veteran Jakarta) menilai beberapa elemen laporan tersebut memerlukan kajian ulang dan analisis yang lebih kritis. Ada beberapa alasan mengapa klaim yang diajukan dalam laporan ini tampak kurang kuat dan cenderung terlalu optimistik.
“Ketidakselarasan antara besaran anggaran yang dialokasikan dengan dampak ekonomi yang dihasilkan, proyeksi impor yang tinggi, serta penggunaan data yang terbatas menunjukkan bahwa laporan ini jauh dari kata sempurna,” kata Achmad dalam keterangan tertulis, kemarin.
Sebuah pendekatan yang lebih kritis diperlukan untuk memahami apakah program MBG benar-benar dapat mencapai manfaat yang disebutkan. Pertama, proyeksi dampak program terhadap PDB menimbulkan banyak tanda tanya. Alokasi belanja sebesar Rp 71 triliun diharapkan hanya menghasilkan pertumbuhan PDB sebesar 0,06% atau sekitar Rp 14,61 triliun.
Jika kita membandingkan besarnya anggaran dengan dampak ekonomi yang dihasilkan, rasio ini tampak sangat rendah. Dalam teori ekonomi, efek pengganda (multiplier effect) dari pengeluaran pemerintah biasanya diharapkan dapat memicu pertumbuhan ekonomi yang lebih besar. Namun, dalam laporan tersebut, multiplier effect yang disajikan tampak terlalu kecil untuk membenarkan alokasi anggaran yang begitu besar.
Hal ini menimbulkan pertanyaan mendasar: apakah dana sebesar itu benar-benar diperlukan untuk program MBG, atau ada masalah dengan perhitungan dampak ekonomi yang digunakan dalam laporan? Jika alokasi belanja sebesar Rp 71 triliun hanya mampu menghasilkan pertumbuhan PDB sebesar Rp 14,61 triliun, maka efektivitas penggunaan anggaran patut dipertanyakan.
Apakah ini cara terbaik untuk memaksimalkan penggunaan anggaran negara, atau seharusnya dana tersebut dapat dialokasikan ke sektor lain yang memiliki dampak ekonomi lebih besar?
Kedua, salah satu tujuan utama dari program MBG adalah untuk mendukung penggunaan bahan baku lokal guna mengurangi ketergantungan pada impor. Namun, laporan INDEF justru menunjukkan bahwa alokasi belanja MBG diproyeksikan akan mendorong pertumbuhan impor sebesar 0,24%, yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekspor (0,13%) dan investasi domestik (0,06%).
Angka-angka ini jelas bertentangan dengan tujuan awal program, yang seharusnya fokus pada pengembangan sektor pertanian lokal dan pemberdayaan UMKM. Pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada ekspor dan investasi dalam negeri ini mencerminkan bahwa program MBG, meskipun diklaim bertujuan untuk memberdayakan sumber daya lokal, pada kenyataannya justru bisa memperburuk ketergantungan Indonesia pada impor bahan pangan.
Hal ini berpotensi memperburuk defisit neraca perdagangan Indonesia dan merusak keseimbangan ekonomi domestik. Sebuah program yang dimaksudkan untuk mendukung perekonomian lokal seharusnya tidak mendorong peningkatan impor sebesar itu.
Laporan dari para peneliti tersebut juga tidak memberikan penjelasan yang memadai mengenai alasan di balik pertumbuhan impor yang lebih tinggi daripada ekspor dan investasi domestik.
Jika program MBG benar-benar bertujuan untuk mengurangi impor, maka pertanyaan kritis yang harus dijawab adalah: mengapa proyeksi pertumbuhan impor masih lebih tinggi?
Jika kebijakan ini terus berjalan tanpa evaluasi yang memadai, maka ketergantungan pada impor dapat terus meningkat, yang bertentangan dengan visi pemerintah untuk mengurangi defisit neraca perdagangan.
Ketiga, laporan peneliti INDEF tersebut didasarkan pada uji coba program MBG di beberapa kota dengan melibatkan survei terhadap 58 pelaku UMKM dan 165 mitra pengemudi ojek online. Mengingat skala besar program yang direncanakan untuk dilaksanakan secara nasional, ukuran sampel ini terlalu kecil untuk dapat memberikan gambaran yang akurat tentang dampak program. Ukuran sampel yang kecil ini berisiko memberikan hasil yang bias dan tidak representatif, terutama ketika proyeksi dampak ekonomi program diperluas ke tingkat nasional.
Selain itu, survei tersebut hanya mencakup 10 kota/kabupaten, sementara program MBG direncanakan untuk diterapkan di seluruh wilayah Indonesia. Dengan demikian, data yang dihasilkan dari uji coba ini tidak cukup untuk menggambarkan kompleksitas dan tantangan logistik yang akan dihadapi ketika program MBG diimplementasikan secara luas.
Wilayah perkotaan dan pedesaan di Indonesia memiliki karakteristik ekonomi dan sosial yang sangat berbeda, sehingga dampak program di kota-kota besar mungkin tidak dapat diterapkan dengan cara yang sama di wilayah pedesaan.(*/tim redaksi 09/Safarudin/Indra)
Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:
Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 296 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di siniDatabase Riset Data Spesifik Lainnya:
- Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 296 database, klik di sini
- Butuh 28 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
- Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
- Butuh 20 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
- Butuh 21 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
- Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
- Butuh 17 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
- Butuh 9 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
- Butuh 7 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
- Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
- Butuh copywriter specialist, klik di sini
- Butuh content provider (online branding), klik di sini
- Butuh market report dan market research, klik di sini
- Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
- Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customize direktori database perusahaan, klik di sini
Duniaindustri Line Up:
detektif industri pencarian data spesifik
Portofolio lainnya:
Atau simak video berikut ini:
Contoh testimoni hasil survei daerah: