Duniaindustri.com (Oktober 2013) — Pemerintah akan mencanangkan Jaminan Kesehatan Nasional pada awal 2014. Perusahaan-perusahaan farmasi Indonesia gencar melakukan investasi untuk berkontribusi dalam program tersebut, termasuk perusahaan farmasi SOHO Group.
SOHO melakukan kerja sama joint venture (JV) dengan perusahaan farmasi Jerman, Fresenius Kabi. Kerja sama ini diharapkan dapat menambah percaya diri SOHO jelang Jaminan Kesehatan Nasional 2014.
Presiden Direktur SOHO Group Marcus Pitt mengatakan, JV dilakukan melalui anak usahanya PT ETHICA Industri Farmasi yang akan fokus pada obat-obat generik. Kerja sama ini juga termasuk pembangunan pabrik produk steril di Jababeka, Cikarang. “Pabrik ini akan memproduksi produk injeksi dan infus dengan investasi bersama senilai US$ 60 juta,” kata Pitt.
Pabrik steril tersebut rencananya akan selesai di 2015. Kerja sama ini juga dilakukan untuk memperbaiki kualitas produk-produk generik perseroan jelang Jaminan Kesehatan Nasional. Perseroan merupakan salah satu perusahaan farmasi yang mensuplai produk-produk untuk electronic catalog Kementerian Kesehatan.
Kerjasama dengan perusahaan Jerman diharapkan dapat meningkatkan kualitas produk-produk yang dimiliki perseroan. Ini merupakan salah satu strategi perseroan dalam mengembangkan produk generik dan menempatkan SOHO pada posisi yang lebih kuat di pasar. “Saat ini porsi produk generik kami 50 persen dan sisanya produk herbal,” kata Pitt.
Kerjasama dengan Fresenius Kabi ini bukan yang pertama kali bagi SOHO. Sebelumnya perseroan telah melakukan sejumlah kerja sama dengan 46 perusahaan lain. Hanya saja, ini merupakan kerja sama dengan nilai yang terbesar. SOHO menguasai 49% kepemilikan saham perusahaan JV tersebut. Sisanya dimiliki oleh Fresenius Kabi.
Kementerian Kesehatan telah menyiapkan roadmap kebijakan obat nasional, guna menjamin ketersediaan obat, menjelang beroperasinya Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan pada tahun 2014. Saat PBJS berjalan, kebutuhan obat diperkirakan naik hingga 2,5 sampai 3 kali lipat.
Kemenkes optimis kapasitas produksi perusahaan farmasi Indonesia masih bisa memenuhi peningkatan permintaan hingga 3 kali lipat. Cakupan obat publik yang dibeli pemerintah saat ini baru menjangkau 95 juta orang, sisanya masyarakat membayar sendiri.
Dengan berlakunya BPJS kesehatan di 2014, kebutuhannya bisa untuk memenuhi sekitar 240 juta orang. Saat ini, industri farmasi saling berlomba untuk membuat obat generik dan memasukan produk mereka dalam Daftar dan Plafon Harga Obat (DPHO).
Potensi pertumbuhan pasar obat generik dan alat kesehatan diperkirakan mencapai Rp 9,2 triliun seiring peningkatan permintaan dengan adanya program SJSN. Berdasarkan data International Marketing Services (IMS) Health, Indofarma memimpin pasar obat generik nasional dengan pangsa 17,59% dengan nilai penjualan sebesar Rp 521,5 miliar di 2011.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF), emiten farmasi milik negara, menguasai 14% pasar obat generik nasional dengan penjualan sebesar Rp 416,7 miliar, kemudian PT Hexpharm Jaya dengan pangsa pasar 14%. Nilai pasar obat generik nasional di 2011 mencapai Rp 2,96 triliun, atau 11,8% dari total pasar obat resep nasional sebesar Rp 25 triliun.
PT Kimia Farma Tbk (KAEF) dan PT Indofarma Tbk (INAF), dua emiten farmasi milik negara, berencana memproduksi obat baru untuk mengantisipasi penerapan Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN). Produksi obat baru untuk memenuhi peningkatan permintaan seiring penerapan SJSN di 2014. Kimia Farma akan memproduksi dan memasarkan 11 item obat kanker. Sedangkan Indofarma akan memproduksi 15 item obat baru. PT Indofarma Tbk juga akan meningkatkan kapasitas produksi obat generik hingga mencapai 6,9 miliar tablet pertahun pada akhir 2013, naik 200% dibanding kapasitas produksi saat ini 2,3 miliar tablet pertahun.
PT Dexa Medica akan meningkatkan kapasitas produksi dari 1,5 miliar tablet obat generik menjadi 2 miliar tablet untuk memnuhi pertumbahan di 2014. Saat ini, Dexa Medica menguasai 19% pasar obat generik nasional.
PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) memproyeksikan pertumbuhan penjualan obat generik perusahaan tumbuh di atas 20-25% seiring penerapan SJSN di 2014. Kalbe Farma telah menyelesaikan pembangunan pabrik baru obat generik yang menelan investasi sebesar Rp 150 miliar. Meskipun kontribusi penjualan obat generik dari Kalbe Farma hanya memberi kontribusi 2-3% terhadap penjualan Kalbe Farma, tetapi Kalbe Farma akan serius untuk membidik pasar obat generik.
Selain itu, PT Pfizer Indonesia, produsen farmasi asing asal Amerika Serikat, membangun pabrik baru untuk memproduksi obat generik dengan menelan investasi senilai US$ 3 juta di Bogor, Jawa Barat. Dengan pabrik baru itu, kapasitas produksi perusahaan akan meningkat 50% menjadi 300 juta tablet per tahun dari sebelumnya 200 juta tablet per tahun.(*tim redaksi)