Duniaindustri.com (November 2015) – PT Buyung Poetra Sembada (BPS), produsen dan distributor beras, berencana melakukan penawaran umum perdana saham (initial public offering/IPO) dengan melepas 710 juta saham baru atau 30,08% dari modal yang ditempatkan dan disetor penuh. Saham perdana itu akan dihargai Rp420-Rp500 per lembar, sehingga perseroan menargetkan perolehan dana IPO berkisar Rp 298,2 miliar hingga Rp 355 miliar.
Pada pelaksanaan IPO ini, perseroan menunjuk PT Bahana Sekuritas sebagai penjamin pelaksana emisi efek. Menurut Direktur Bahana Sekuritas, Novita Lubis, Buyung Poetra Sembada menawarkan sebanyak-banyaknya 710 juta saham baru yang merupakan saham biasa atas nama atau sebesar 30,08% dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah IPO dengan nilai Rp100/saham.
Dia menjelaskan, perusahaan berharap bisa menghimpun dana dari hasil IPO berkisar Rp298,2 miliar-Rp355 miliar. “Harga perdana pada kisaran Rp420 sampai Rp500 per saham,” ucapnya.
Novita mengatakan, dana hasil IPO setelah dikurangi biaya-biaya emisi akan dialokasikan seluruhnya untuk modal kerja, seperti pembelian bahan baku beras dan bahan penunjang produksi.
Lebih lanjut dia menyebutkan, rencana pernyataan efektif dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 8 Desember 2015 dan masa penawaran awal pada 18-26 November 2015.”Perkiraan masa penawaran umum pada 10-11 Desember 2015 dan perkiraan penjatahan pada 14 Desember 2015,” ucapnya seraya menambahkan, saham ini direncanakan akan dicatat di Bursa Efek Indonesia pada 16 Desember 2015.
Di segmen beras, Buyung Poetra Sembada bersaing dengan PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) Food Tbk (AISA). TPS Food, emiten produsen pengolahan beras, makanan ringan, dan perkebunan, menargetkan pendapatan divisi beras (TPS Rice) mencapai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 13 triliun pada dua tahun mendatang. Menurut direksi perusahaan, setelah target tersebut tercapai, TPS Rice akan melakukan IPO.
“TPS Rice belum dapat IPO karena pendapatan kami belum mencapai US$ 1 miliar. Kemungkinan IPO baru dapat dilakukan dua atau tiga tahun lagi,” kata Sjambiri Lioe, Direktur Keuangan TPS Food.
Berdasarkan laporan keuangan perseroan hingga kuartal III 2014, perseroan berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 3,66 triliun atau naik 24,49% dibandingkan pendapatan tahun sebelumnya Rp 2,94 triliun.
Sementara pendapatan lini beras memiliki kontribusi terbesar bagi pendapatan konsolidasi perusahaan dibanding dengan dua lini bisnis perseroan lainnya, yakni manufaktur makanan dan perkebunan kelapa sawit. Pendapatan lini beras hingga kuartal III 2014 berkontribusi 63,66% terhadap pendapatan perseroan. Sedangkan lini manufaktur makanan berkontribusi 35,79% dan sisanya lini perkebunan kelapa sawit.
TPS Rice kini tercatat memiliki kapasitas produksi sebesar 480 ribu ton beras per tahun. Lini ini dijalankan oleh tiga anak usaha TPS Food, yakni PT Sukses Abadi Karya Inti, PT Jatisari Sri Rejeki, dan PT Indo Beras Unggul. Pada 2020, TPS Rice menargetkan pangsa pasar sebesar 5% dari pasar beras nasional.
Perseroan berencana untuk menambah tiga pabrik baru pengolahan beras tahun ini dengan nilai investasi Rp 628 miliar. Penambahan pabrik tersebut merupakan strategi perseroan untuk tetap menjaga pertumbuhan pendapatan sebesar 45% per tahun hingga lima tahun mendatang.
Joko Mogoginta, Chief Executive Officer TPS Food, mengatakan terkait penambahan pabrik pengolahan beras, TPS Rice telah melakukan penandatanganan kontrak pengadaan dan instalasi pabrik beras dengan Bühler, perusahaan pengolahan pangan asal Swiss. Kerjasama ini meliputi penyediaan dua line pabrik beras dengan kapasitas 240 ribu ton per tahun dengan kapasitas gudang sebesar 30 ribu ton, berikut dengan instalasinya yang dibangun di Sidrap, Sulawesi Selatan. Selain itu, perseroan akan membangun satu line lagi di Bone, Sulawesi Selatan, dengan kapasitas 90 ribu ton beras per tahun.
Dia menilai teknologi yang ditawarkan oleh Bühler sangat menarik minat perseroan dengan mesin-mesin yang memiliki efisiensi tinggi. Ini menjadi salah satu alasan perseroan agar dapat berkompetisi dengan efisiensi dari teknologi-teknologi yang ada di Indonesia selama ini.
Pembangunan pabrik-pabrik baru itu ditargetkan tahun ini dan dapat selesai hingga akhir kuartal II atau awal kuartal III 2016. Dengan pembangunan tiga pabrik baru ini, kapasitas produksi perseroan pada pertengahan tahun depan akan meningkat 68,7% menjadi 810 ribu ton beras per tahun.
“Saat ini perseroan telah memiliki tiga pabrik beras dengan empat line produksi di tiga lokasi antara lain di Cikampek dan Cikarang (Jawa Barat) serta di Sragen (Jawa Tengah) dengan kapasitas total saat ini sebesar 480 ribu ton per tahun. Dengan penambahan nantinya menjadi 810 ribu ton beras per tahun,” ujar Joko.
Tahun ini TPS Food menargetkan pertumbuhan penjualan mencapai 45% menjadi Rp 7,3 triliun dibandingkan 2014. Strategi penambahan pabrik beras setiap tahun diyakini dapat terus meningkatkan pendapatan dari sektor beras sekitar US$ 1 miliar atau Rp 13 triliun pada dua tahun mendatang. Perseroan juga menargetkan untuk menguasai market share nasional mencapai 5% pada 2020 dengan target total 17 kepemilikan pabrik.(*/berbagai sumber/tim redaksi 03)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: