Duniaindustri.com (Januari 2017) – Produksi minyak sawit Indonesia sepanjang 2016 hanya turun 3% menjadi 34,5 juta ton dibanding tahun 2015 sebanyak 35,5 juta ton, menurut data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki). Realisasi tersebut lebih baik dari perkiraan sebelumnya yang mengestimasi penurunan produksi hingga 30%.
“Secara garis besar produksi minyak sawit pada 2016 masih relatif baik. Banyak kekhawatiran bahwa produksi minyak sawit Indonesia akan anjlok hingga 30%, namun akhirnya penurunan hanya 3% dibanding tahun sebelumnya. Untuk 2017, diharapkan kondisi akan lebih baik dibanding 2016,” kata Ketua Umum Gapki Joko Supriyono dalam jumpa pers “Refleksi Industri Kelapa Sawit 2016 dan Prospek 2017” di Jakarta.
Menurut dia, penurunan produksi CPO Indonesia akibat El Nino yang terjadi di negeri ini dengan periode cukup panjang. Berdasarkan data Gapki, total produksi minyak sawit Indonesia pada 2016 sebanyak 34,5 juta ton yang terbagi dari crude palm oil (CPO) sebanyak 31,5 juta ton dan palm kernel oil (PKO) sebanyak 3 juta ton. Sementara pada 2015, produksi CPO Indonesia sebanyak 32,5 juta ton dan PKO sebanyak 3 juta ton, sehingga total produksi minyak sawit sebanyak 35,5 juta ton.
Hingga akhir 2016, stok CPO Indonesia sebanyak 1 juta ton, atau yang terendah, dimana rata-rata stok pada akhir tahun sebanyak 4,5 juta ton.
Berdasarkan catatan Gapki, beberapa permasalahan yang dihadapi pada 2016 antara lain wacana pemerintah untuk moratorium penanaman sawit yang dinilai akan menghambat industri minyak sawit dalam negeri. Selain itu, belum ada kepastian hukum menyangkut lahan atau tata ruang. Industri sawit masih belum mendapatkan dampak signifikan dari program deregulasi pemerintah.
Masalah lain adanya kampanye hitam dari dalam dan luar negeri, terutama saat terjadi kebakaran lahan. Kampanye negatif juga mulai masuk pada ranah hak asasi manusia seperti mempekerjakan anak di bawah umur serta perampasan hak masyarakat adat.
“Tahun 2017, harapannya pemerintah membantu dalam menyelesaikan hambatan perdagangan di berbagai negara, dan berharap pasar Amerika tetap naik meskipun masih tergantung kebijakan Donald Trump,” kata Joko.
Duniaindustri.com menilai salah satu faktor yang menjadi alternatif penopang produksi CPO Indonesia adalah efektif berjalannya program mandatori biodiesel (B20). Sebelumnya diberitakan, pProgram mandatori biodiesel sebesar 20% (B20) untuk dicampur dengan minyak diesel (solar) sebagai solusi energi terbarukan telah menyerap 2,7 juta kiloliter (KL) biodiesel sawit sepanjang 2016, melampaui target 2,5 juta kiloliter. Selain itu, program ini menghemat devisa negara senilai US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp 14,8 triliun.
Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit Bayu Krisnamurthi menjelaskan penyerapan mandatori biodiesel pada tahun lalu juga lebih tinggi dibanding 2014 yang hanya 1,84 juta kiloliter. Program mandatori biodiesel B20 tahun 2016 telah memberikan manfaat besar dalam bentuk pengurangan greenhouse gas emissions (GHG) sekitar 4,49 juta ton CO2.
Menurut dia, utilisasi bahan bakar nabati berbasis produk dalam negeri 45.500 barel/hari, menciptakan nilai tambah industri Rp4,4 triliun, dan penyerapan tenaga kerja 385.000 orang. ”Ada penghematan devisa dan pengurangan ketergantungan pada bahan bakar fosil senilai US$ 1,1 miliar atau sekitar Rp14,8 triliun,” ujar Bayu. Dia menuturkan, pada tahun lalu BPDP Kelapa Sawit mengelola dana sebesar Rp11,7 triliun dari hasil pungutan ekspor minyak sawit.
Dia melihat, dengan semakin bertambahnya penyerapan mandatori biodisel, industri sawit ke depan memiliki prospek cukup kuat. ”Program mandatori biodiesel tahun lalu juga menyerap dana sawit yang digunakan untuk mendukung program B20 tahun 2016 mencapai Rp10,6 triliun,” ujarnya. Selain untuk dukungan program B20, lanjut Bayu, pemanfaatan dana sawit selama 2016 digunakan untuk program strategis lainnya seperti peremajaan kebun sawit rakyat, riset, pendidikan, dan pelatihan petani, serta promosi dan diplomasi sawit.
”Seperti pelatihan 2.784 petani sawit, pelatihan 723 anak petani sawit, pelatihan 300 guru SMK pertanian tentang sawit, pelatihan 540 anggota dan pengurus koperasi perkebunan sawit dan diberikan 330 beasiswa pendidikan D1 dan D3 untuk anak-anak petani dan buruh pabrik sawit,” paparnya.
Menurutnya, masalah yang masih dihadapi dalam penyaluran dana sawit adalah replanting perkebunan rakyat. Dari usulan kegiatan peremajaan seluas 26.500 hektare, sebanyak 61% masih menghadapi kendala kejelasan status lahan. Bayu menambahkan, tahun ini BPDP menyiapkan dana sawit Rp9,6 triliun untuk mendukung program mandatori B20 dan target penggunaan biodiesel berbahan baku sawit dalam negeri.
Selama 2016, Indonesia sebagai penguasa pangsa pasar dunia dengan total ekspor dan ISPO terbesar di dunia melakukan dua strategi, yakni 1) implementasi program B20 diesel dan 2) mengaktifkan secara penuh pemanfaatan dana sawit melalui BPDP, baik untuk mendukung program B20 maupun program strategis lain, seperti peremajaan kebun sawit rakyat, riset sawit, pendidikan dan latihan petani sawit serta promosi dan diplomasi sawit.(*/berbagai sumber/tim redaksi 01)
CONTACT US BY SOCIAL MEDIA: