Duniaindustri (Mei 2012) — Asia Pulp and Paper (APP), raksasa produsen pulp dan kertas yang dibentuk oleh Sinar Mas Group, memperkirakan produksi pulp dan kertas di 2012 mencapai 2,6 juta ton. Produksi itu dilakukan oleh enam anak usaha di Indonesia, yakni PT Pabrik kertas Tjiwi Kimia, PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, PT Pindo Deli Pulp and Papers Mills, PT Lontar Papyrus Pulp & Paper Industry, PT The Univenus, dan PT Ekamas Fortuna.
Produksi tidak akan terganggu meski perusahaan mulai Juni 2012 menghentikan sementara pembukaan sekitar 500.000 hektare hutan alam di areal konsesinya selama kawasan itu menjalani penilaian Hutan Bernilai Konservasi Tinggi (HCVF). Menurut CEO Sinar Mas Forestry Robin Mailoa, kebijakan penghentian sementara pembukaan hutan alam untuk kepentingan penilaian HCVF ini merupakan upaya perusahaan untuk mencapai standar internasional dalam perlindungan hutan. Perusahaan akan memanfaatkan pasokan kayu dari hutan tanaman yang sudah terbangun.
Direktur Sustainability dan Stakeholder Engagement APP, Aida Greenbury, menambahkan upaya penghentian pembukaan hutan alam itu jadi komitmen perusahaan dalam menerapkan pengelolaan hutan berkelanjutan karena hutan secara lestari dan berkelanjutan adalah bagian dari bisnis.
“Luasan konsesi APP lebih dari satu juta hektare dan baru 500.000 hektare yang menjadi Hutan Tanaman Industri. Sekitar 500.000 hektare sisanya berupa hutan alam dan itulah target HCVF,” kata Aida seraya menambahkan pasokan bahan baku dari kayu alam saat ini hanya 10%-15%.
Menurut dia, APP diuntungkan oleh daur tanaman yang hanya 6-7 tahun dan jauh lebih cepat dibanding negara lain. “Kami sudah menjalin kerja sama melindungi kawasan konservasi dan habitat satwa, seperti program orang utan di Kutai, Kalbar, konservasi badak di Ujung Kulon, program suaka harimau di Senepis, Sumatera Selatan, dan konservasi 178 ribu hektare cagar biosfer Giam Siak Kecil di Riau,” kata Aida.
Catatan duniaindustri.com menyebutkan, industri pulp dan kertas Indonesia menempati peringkat kesembilan dunia dilihat dari kapasitas produksi. Hingga 2011, kapasitas produksi industri pulp dan kertas Indonesia menguasai 3,6% dari kapasitas produksi global.
Sinar Mas Group dan Raja Garuda Mas menjadi dua perusahaan raksasa kertas di Indonesia. Sinar Mas Group (Asia Pulp & Paper), melalui anak usaha PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk serta PT Lontar Papyrus, menguasai kapasitas pulp 40% dan kertas 31,8% nasional atau setara 2,68 juta ton. Sementara Raja Garuda Mas/Asia Pacific Resources International melalui anak usaha PT Riau Andalan Pulp & Paper menguasai 33,3% pulp dan kertas 7,8% nasional atau setara 2,21 juta ton. Kedua perusahaan itu menguasai 73,3% kapasitas pulp dan 39,6% kertas nasional.
Raja Garuda Mas didirikan oleh konglomerat Sukanto Tanoto, yang namanya masuk daftar orang terkaya di Indonesia pada 2011 menurut Forbes dengan taksiran kekayaan US$ 2,8 miliar. Bos Raja Garuda Mas International ini dilahirkan di Belawan, Sumatera Utara, 25 Desember 1949. Bernama asli Tan Kang Hoo, ia menjadi pengusaha yang sukses di lebih 10 negara. Usahanya, banyak bergerak di bidang agrikultur, mulai dari bubur kertas hingga kelapa sawit. Semuanya kelas dunia.
Sukanto Tanoto merintis usaha dengan mendirikan perusahaan kayu, CV Karya Pelita, pada 1972. Kemudian usaha ini berubah menjadi perusahaan kayu lapis dan mengubah nama menjadi PT Raja Garuda Mas.
Sukanto juga membuat PT Inti Indorayon Utama, perusahaan yang mengelola hutan tanaman industri dan pabrik bubur kertas. Indorayon sempat ditentang masyarakat dan aktivis lingkungan hidup karena ditengarai mencemari Danau Toba. Indorayon pun ditutup. Sukanto lantas membuka perusahaan pulp di Riau, yaitu PT Riau Pulp. Pabrik kertas terpadu ini merupakan pabrik terbesar di dunia.
Sementara Sinar Mas Group dibentuk oleh Eka Tjipta Widjaja yang lahir di Coan Ciu, Fujian, Republik Rakyat Cina dengan nama Oei Ek Tjhong, 3 Oktober 1923. Eka Tjipta Widjaja adalah pengusaha dan pendiri serta pengendali Grup Sinar Mas yang merupakan orang ke 3 terkaya di Indonesia pada 2011 menurut Forbes dengan taksiran kekayaan US$ 8 miliar.
Eka Tjipta dilahirkan dari keluarga miskin di Fujian, Republik Rakyat Cina. Pada tahun 1931. ia melakukan migrasi ke Makassar, Sulawesi Selatan. Ia juga merupakan pendiri dari Yayasan Eka Tjipta Foundation.
Berdasarkan data Asosiasi Pulp dan Kertas indonesia (APKI), saat ini total kapasitas terpasang produksi industri kertas Indonesia mencapai 12,9 juta ton per tahun. Dari jumlah itu, produksi riil industri kertas Indonesia mencapai 11,5 juta ton pada 2010.
Sementara kapasitas terpasang industri pulp nasional mencapai 7,9 juta ton per tahun. Produksi riil industri pulp Indonesia mencapai 6,3 juta ton pada 2010. Volume ekspor kertas Indonesia pada 2010 meningkat 7,6% menjadi 4,2 juta ton dibandingkan tahun sebelumnya yang mencapai 3,9 juta ton. Sementara ekspor pulp tumbuh 18% menjadi 2,6 juta ton pada 2010 dari tahun sebelumnya sebesar 2,2 juta ton.(Tim redaksi 02)