Latest News
You are here: Home | Elektronik | Problem Cash Flow dan Modal Kerja, Kunci Pemulihan Industri Pasca Pandemi
Problem Cash Flow dan Modal Kerja, Kunci Pemulihan Industri Pasca Pandemi

Problem Cash Flow dan Modal Kerja, Kunci Pemulihan Industri Pasca Pandemi

Duniaindustri.com (Mei 2020) – Pemerintah melalui Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menginventarisir permasalah utama yang dihadapi sektor industri akibat dampak pandemi Covid-19. Dampak tak langsung dari pandemi Covid-19 yang membatasi interaksi dan perdagangan telah melumpuhkan hampir 60% dari sektor manufaktur nasional, sehingga perlu upaya pemulihan secara cepat.

Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menilai pihaknya akan terus melakukan upaya agar sektor industri dapat kembali berproduksi usai mendapat tekanan yang berat akibat wabah Covid-19. Berbagai stimulus digulirkan pemerintah untuk sektor industri agar bisa meningkatkan produktivitas.

“Kami ingin industri kita bisa cepat rebound pasca-wabah virus korona ini, dengan memberikan berbagai stimulus yang komprehensif sesuai kebutuhan di sektornya,” kata Agus Gumiwang Kartasasmita dalam keterangan di Jakarta, Selasa (26/5).

Menurutnya, saat ini ada dua masalah utama yang dihadapi sektor manufaktur akibat pandemi Covid-19, yaitu kendala cash flow serta kebutuhan modal kerja. Dia mengatakan salah satu solusi untuk kendala cash flow adalah memberikan fasilitasi restrukturisasi kredit. Bank Indonesia, pemerintah dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sepakat menjalankan program restrukturisasi kredit pada industri terdampak.

Sedangkan modal kerja sangat dibutuhkan untuk memulai kembali industri ketika kondisi normal lagi dan bisa beraktivitas seperti semula. Sehingga diperlukan upaya untuk kembali mendorong investasi. Selain itu, juga dilakukan pemberian rangsangan untuk memacu pasar ekspor dan pemenuhan kebutuhan bahan baku.

“Guna menghadapi tantangan ini, Kementerian Perindustrian tidak bisa sendirian. Kami akan arahkan juga kementerian lain untuk satu perahu dengan kita agar sektor industri bisa rebound. Hampir semua perusahaan perlu dapat restrukturisasi kredit, bukan hanya sektor UMKM ,” ujar Agus.

Agus menjelaskan sebelum pandemi Covid-19, pemerintah berupaya meningkatkan daya saing sektor industri melalui implementasi Perpres No 40/2016 tentang Penetapan Harga Gas Bumi. Dengan harga industri yang terjangkau, dipastikan daya saing industri akan meningkat. “Kami akan terus perbarui atau menambah list penerima harga gas USD6 per MMBTU,” tuturnya.

Seperti diketahui, pandemi Covid-19 telah membawa keterpurukan bagi sejumlah sektor usaha, termasuk industri manufaktur nasional. Untuk mengatasi hal itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) telah menerbitkan 17.109 Izin Operasional dan Mobilitas Kegiatan Industri (IOMKI) bagi industri di tengah pandemi Covid-19. Pemerintah berharap dengan semakin banyaknya industri memperoleh IOMKI, aktivitas industri manufaktur mulai pulih kembali dari keterpurukan akibat dampak wabah Covid-19.

Menperin mengapresiasi perusahaan yang telah memegang IOMKI karena mengikuti dan melaksanakan aturan yang ditetapkan pemerintah untuk mencegah wabah menyebar di tengah aktivitas industri. Dia menegaskan bahwa industri atau perusahaan yang sudah mengantongi IOMKI tetap wajib menerapkan standar protokoler kesehatan agar izinnya tidak dicabut. “IOMKI adalah komitmen dari kami, bahwa industri harus tetap beroperasi dengan memperhatikan protokol kesehatan. Industri tidak boleh berhenti, karena industri adalah kontributor perekonomian terbesar bagi Indonesia,” kata Agus.

Sebelumnya, diketahui sekitar 60% dari total perusahaan industri di Indonesia mengalami ekses negatif paling menderita (hard hit/hard suffer) akibat pandemi corona, menurut data Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Kemenperin telah mengelompokkan tiga kelas industri yang terdampak wabah corona di Indonesia, masing-masing industri yang paling terdampak (hard hit/suffer), kelas moderat dan kelas dengan demang yang tinggi. Meski banyak industri yang terkena dampak buruk dari wabah ini, namun ternyata terdapat beberapa industri yang justru memetik berkah dari wabah tersebut.

Beberapa contoh kelompok industri yang masuk dalam kelas suffer di antaranya adalah industri logam, industri otomotif, industri peralatan listrik, industri semen, keramik, industri pariwisata, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan lainnya. Sementara kelas yang moderat adalah industri petrokimia. Sedangkan kelas dengan demand tinggi industri kesehatan, farmasi dan makanan – minuman.

Berdasarkan pemantauan Duniaindustri.com, memang terjadi perubahan besar dan drastis dalam iklim usaha di Indonesia sejak pandemi corona mulai menyerang. Perdagangan dan aktivitas industri yang dilakukan secara fisik paling terdampak mengingat adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diterapkan sejumlah daerah. Dan kondisi itu dihadapi sejumlah sentra industri, sementara di sisi lain market demand mulai menurun tajam seiring melemahnya aktivitas harian masyarakat.

Duniaindustri.com menggarisbawahi sejumlah kelompok industri yang masuk dalam kelas suffer di antaranya adalah industri logam, industri otomotif, industri peralatan listrik, industri semen, keramik, industri pariwisata, industri tekstil dan produk tekstil (TPT) dan lainnya. Sementara kelas yang moderat adalah industri petrokimia. Sedangkan kelas dengan demand tinggi industri kesehatan, farmasi dan makanan-minuman. Industri farmasi dan turunannya serta industri makanan terutama makanan siap saji hingga frozen food.(*/tim redaksi 08/Safarudin/Indra)

 

Mari Simak Coverage Riset Data Spesifik Duniaindustri.com:

Market database
Manufacturing data
Market research data
Market leader data
Market investigation
Market observation
Market intelligence
Monitoring data
Market Survey/Company Survey
Multisource compilation data
Market domestic data
Market export data
Market impor data
Market directory database
Competitor profilling
Market distribution data
Company database/directory
Mapping competition trend
Profiling competitor strategy
Market data analysist
Historical data
Time series data
Tabulation data
Factory directory database
Market segmentation data
Market entry strategy analysist
Big data processor
Financial Modeling/Feasibility Study
Price trend analysist
Data business intelligence
Customized Direktori Database

* Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
** Butuh competitor intelligence, klik di sini
*** Butuh copywriter specialist, klik di sini
**** Butuh content provider (branding online), klik di sini
***** Butuh jasa medsos campaign, klik di sini

Database Riset Data Spesifik Lainnya:

  • Butuh data spesifik atau riset pasar, total ada 181 database, klik di sini
  • Butuh 24 Kumpulan Database Otomotif, klik di sini
  • Butuh 18 Kumpulan Riset Data Kelapa Sawit, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Semen dan Beton, klik di sini
  • Butuh 8 Kumpulan Riset Data Baja, klik di sini
  • Butuh 15 Kumpulan Data Transportasi dan Infrastruktur, klik di sini
  • Butuh 9 Kumpulan Data Makanan dan Minuman, klik di sini
  • Butuh 6 Kumpulan Market Analysis Industri Kimia, klik di sini
  • Butuh 3 Kumpulan Data Persaingan Pasar Kosmetik, klik di sini
  • Butuh competitor intelligence ataupun riset khusus (survei & observasi), klik di sini
  • Butuh copywriter specialist, klik di sini
  • Butuh content provider (online branding), klik di sini
  • Butuh market report dan market research, klik di sini
  • Butuh perusahaan konsultan marketing dan penjualan, klik di sini
  • Butuh menjaring konsumen korporasi dengan fitur customized direktori database perusahaan, klik di sini

Duniaindustri Line Up:

detektif industri pencarian data spesifik

Riset Pasar dan Data Outlook Kosmetik 2014-2020 (Top 10 Perusahaan Kosmetik & Market Analysis)
Riset Data Populasi Mobil 1950-2025 (Market Analysis Persaingan Pangsa Pasar Mobil)

Portofolio lainnya:

Buku “Rahasia Sukses Marketing, Direktori 2.552 Perusahaan Industri”

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

*

Scroll To Top