Duniaindustri.com (Januari 2019) – Tahun 2018 menjadi momen emas bagi sektor industri pariwisata di Indonesia. Segudang prestasi dicatatkan sektor industri ini, dan mendapat pengakuan lembaga internasional.
Paling gemilang, prestasi sektor pariwisata Indonesia pada 2018 diakui World Travel & Tourism Council (WTTC). Menurut data WTC, pertumbuhan pariwisata Indonesia menjadi yang tercepat kesembilan di dunia, nomor tiga di Asia, dan nomor satu di kawasan Asia Tenggara.
Pada 2017 pertumbuhan sektor pariwisata di Indonesia melaju pesat 22%, mengungguli rata-rata pertumbuhan sektor pariwisata di dunia 6,4% dan 7% untuk kawasan ASEAN. Dalam beberapa tahun terakhir, pertumbuhan pariwisata Indonesia mencapai 25,68%. Sedangkan di kawasan ASEAN, industri pariwisata tercatat hanya tumbuh 7%, sedikit di atas pertumbuhan pariwisata secara global yang hanya 6%.
Indeks daya saing pariwisata Indonesia menurut World Economy Forum (WEF) juga menunjukkan perkembangan menggembirakan. Berdasarkan data WEF, peringkat Indonesia naik 8 poin dari 50 di 2015, ke peringkat 42 pada 2017.
Pertumbuhan tinggi pariwisata mendorong sumbangan devisa dari sektor tersebut juga terus meningkat dari US$ 12,2 miliar pada 2015, menjadi US$ 13,6 miliar di 2016 dan naik lagi menjadi US$ 15 miliar pada 2017. Pada 2019, pemerintah menargetkan sektor pariwisata meraup devisa US$ 17 miliar dan US$ 20 miliar di 2020.
Bahkan, Menteri Pariwisata Arief Yahya membuat target yang lebih bombastis. “Tahun lalu (devisa) dari pariwisata diprediksi mencapai US$17 miliar, maka pada tahun ini pariwisata diproyeksikan menjadi nomor 1 penyumbang devisa negara,” kata Arief.
Angka itu diklaim akan mengalahkan pemasukan devisa dari sektor minyak sawit dengan nilai sebesar US$16 miliar (Rp228,6 triliun), migas serta pertambangan batu bara.
Namun, kondisi di 2019 tidaklah semudah yang dibayangkan. Tantangan silih berganti muncul di awal tahun ini. Kenaikan tiket pesawat yang drastis di pekan kedua 2019 menjadi tantangan terberat sektor pariwisata tahun ini. Kenaikan harga tiket pesawat secara drastis secara riil memangkas jumlah wisatawan domestik maupun wisatawan asing yang transit ke daerah lain di Indonesia.
Di Padang, kunjungan wisatawan ke Padang turun sebesar 40%. Wali Kota Padang, Mahyeldi Ansharullah mengaku ada penurunan kunjungan wisatawan semenjak harga tiket pesawat naik. “Dengan jarak yang sama, Jakarta ke Padang dengan Jakarta ke Bali, maka ke Bali harganya Rp 600 ribu, tapi ke Padang Rp 1,4 juta sampai Rp 1,5 juta,” kata Mahyeldi.
Jika masalah harga tiket pesawat yang tinggi tidak terselesaikan dengan baik, bukan tidak mungkin pertumbuhan tinggi sektor pariwisata di Indonesia tahun ini bisa terancam melambat. Target 2019 pun sulit dicapai.(*/berbagai sumber/tim redaksi 04/Safarudin)